Fadelia B

21 Januari 2022 06:49

Iklan

Iklan

Fadelia B

21 Januari 2022 06:49

Pertanyaan

Teks 1 Hikajat Pertapa dengan Tjerpelai Sudah pula kita dengar tjeritera itu," titah radja kepada pendeta "Sekarang tjeriter akanlah oleh guru perumpamaan seorang jang tergesa-gesa dalam segala pekerdjaannja, serta tiada dengan usul periksanja." "Ampun tuanku, djawab Baidaba, "adapun orang jang bekerdja tiada dengan usul periksanja, tak dapat tidak menjesal djuga achir kelaknja. Adalah seperti hikajat seorang aliin membunuh tjerpelai jang dikasihinja, kemudian menjesallah ia "Tjeriterakanlah supaja kita dengar." "Di negeri Djurdjan ada diam seorang alim dengan isterinja. Keduanya sudah lama bergaul, akan tetapi diberi Tuhan belumlah mempunjai anak seorang djuga. Pada suatu ketika tiba-tiba hamillah isteri orang alim itu. Maka tiadalah dapat ditjeriterakan betapa girang hati kedua suami-isteri ketika mengetahui hal itu. Tiap-tiap sudah sembahyang tiada lupa alim itu mendoa kepada Tuhan, meminta supaja dikaruniai anak laki-laki. "Senangkanlah hatimu, hai isteriku!" katanja pada suatu Jiari "Keras sangkaku doaku akan dikabulkan Tuhan dan kita dikaruniai anak laki-laki, seperti jang kita harap harapkan. Apabila ia telah lahir nanti, kuberi nama jang sebaik-baiknja, dan kupilih guru jang pandai-pandai untuk mengadjarinja." "Mengapakah tuan berani-berani sadja memastikan barang jang belum tuan ketahu? kata isterinja setelah mendengar kata suaminja itu. "Entah djadi, entah tidak anak kita lahir. Orang jang suka berbuat begitu nanti serupa keadaannja dengan seorang fakir jang kena siram minjak samin sekudj badannja "Bagaimanakah mulanja maka djadi begitu?" "Ada seorang fakir, tiap hari diberi hadiah minjak samin dan madu oleh seorang saudagar, Dari pada hadiah itulah makanannja sehari-hari, dan jang tinggal disimpannja dalam sebuah tempajan, digantungkannya pada sebuah paku didinding pondoknja Beberapa lamanja tempajan itupun penuhlah. Pada suatu hari duduklah ia bersandar ke dinding, sambil memegang sebuah tongkat. Waktu itu di pasar minjak samin sedang mahal harganja "Kudjual isi tempajanku sedinar, katanja, "lalu kubelikan sepuluh ekor induk kambing. Sekali enam bulan tiap-tiap induk beranak dua ekor, atau letakkanlah seekor sadja. Dalam setahun sudah djadi tiga puluh kambingku Setahun pula kemudian lalu mendjadi sembilan puluh ekor. Wah, alangkah senangnya hatiku melihat pada tahun jang ketiga kambingku telah hampir tiga ratus ekor djumlahnja. Kemudian kudjual semuanja pembade kubelikan sapi, djantan dan betina. Jang djantan pemba betina diternakkan, didjual susunja. Ketika itu kajalah aku, kugadji sawah dan ladang, jang beberapa mengusahakan tanah-tanahku Sudah tentu kudirikan sebuah rumah jang besar dan bagus, dan kutjari s seorang orang untuk gadis jang tantik untuk isteri. Setelah setahun kawin te melahirkan anak, seorang anak laki-laki jang baik parasnja, bagus pula tingkah lakunja njang baik dan pendidikannya kudjaga sungguh-sungguh. Ja harus menurut Namanja kuljanj kata dan djika melawan sedikit sadja kupukulis dengan tongkat, begini" Lalu diajunkan tongkat jang ditangannja, kena tempajan di atas kepalanga, isanjapun tumpahlah Maka habislah sekudjur badannja disiram minjak samin. Demikianlah kesudahannya kalau orang suka memimpi-mimpikan barang jang belum tentu akan terdjadi. Mendengar tjeritera isterinja itu diamlah pertapa. Setelah tjukuplah hitungan bulannja, maka pada suatu jang baik isteri orang alim itupun sakitlah hendak bersalin. Tiada lama antaranja berkat pertolongan Tuhan lahirlah seorang anak laki-laki jang elok rupanja dengan selamat sedjahtera. Sangat-lah besar hati kedua laki isteri melihat doanja dikabulkan Tuhan. Pada suatu hari, ketika isteri orang alim itu hendak pergi kesungai bersutji, diberikannja anaknja kepada suaminja disuruhinja djaga. Orang alim itupun duduklah mendjaga anaknja. Tetapi sesaat kemudian datanglah seorang pesuruh radja menjampaikan titah menjuruh datang ke penghadapan, Oleh karena tiada seorang djuga di rumahnja jang dapat disuruhnja mendjaga anaknja, dipanggilnjalah tjerpelai, disuruhnja duduk dekat anak itu. Adapun tjerpelai itu sedjak ketjil telah dipeliharanja, dan kasihnja kepada hewan itu tak ubah dengan kepada anaknja sendir. Lalu dikuntjinjalah pintu, dan berdjalanlah ia mengikutkan pesuruh radja. Tidak lama sepeninggal alim itu, datanglah ketempat itu seekor ular jang bisa. Demi tjerpelai terlihat akan ular, diterkamnjalah hewan itu, digigitnjalah hingga mati. Maka merahlah mulutnja berlumuran dengan darah ular itu. Sedjurus antaranja pulanglah orang alim itu, lalu dibukanja pintu. Melihat tuannja datang, berlari-lari tjerpelai menjongsong, seakan-akan hendak memperlihatkan perbuatannja jang mulia itu, Akan tetapi demi orang alim itu melihat mulutnja merah oleh darah, terbanglah semangatnja, putjat mukanja. Sangkanja tentulah hewan itu telah membunuh anaknja. Dengan tiada berpikir pandjang lagi, diambilnja sepotong kaju, dipukulnja kepala tjerpelai itu. Hewan itupun matilah disitu djuga Kemudian masuklah alim itu ke dalam rumah. Ketika dilihatnja anaknja tidur dengan njenjaknja, dan di dekatnja ular berpotong-potong mati, teranglah kepadanja apa jang kedjadian sebenarnja. Maka menjesallah ia sedjadi-djadinja telah membunuh hewan jang tiaberdosa. Ditamparinja mukanja, ditindjunja dadanja, seraja berkata: "Wahai tjelakanja aku karena anak ini, Alangkah baiknja ia tidak djadi dilahirkan dan aku tiada berbuat dosa begini." Dalam ia mengata-ngatai dirinja itu, datanglah isterinja. "Mengapa tuan hamba menangis memukuli diri begini?" tanjanja. Maka menjesallah ia sedjadi-djadinja telah membunuh hewan jang tiada berdosa. Alim itu lalu mentjeriterakan kepada isterinja bagaimana setia tjerpelai mendjaga anaknja, dan bagaimana kedjam pembalasannja kepada hewan jang tiada berdosa itu. "Itulah buahnja pekerdjaan jang tiada dengan usul periksa", kata isterinja. Teks 2 Sial! Sial! Sial! Oleh: Beatrix Vena Maharani Pagi itu lebih gelap dari biasanya karena awan yang tebal, sehingga tidak salah kalau aku berpikir hari masih malam padahal sudah pukul setengah 7 pagi. Sial! Umpatku. Aku segera membuka kunci kamarku dan berlari kesana kemari bersiap untuk ke sekolah. Aku terus-terusan mengeluh kenapa Ibu tidak membangunkanku. la terus menjelaskan bahwa sudah membangunkanku berkali-kali, tetapi aku tetap tidak bangun. Paling hanya bualan saja, batinku. Saat aku hendak menggunakan sepatuku, ibu mengatakan bahwa ia akan memasukkan uang jajan harianku ke saku tas. "Enggak usah, taruh aja di meja makan. Aku masukkin dompet aja biar gak kemana-mana" jawabku. Roti yang dibuat ibu pun tidak sempat kumakan karena kata-kata 'terlambat' terus terngiang-ngiang di kepalaku. Sial! umpatku untuk kedua kalinya pada pagi itu. Aku baru ingat kalau Ayah pasti sudah berangkat ke kantor dari tadi. Aku harus naik apa ke sekolah? Tiba-tiba terdengar gemerincing bel. "Hei, mau ikut aku naik sepeda ke sekolah? Tapi aku mau mengantarkan donat ke rumah Pak RT dulu" ternyata itu Rara, tetanggaku yang sekaligus menjadi penjual donat di kompleks untuk bayar uang sekolah Pasti lama kalau harus mengantarkan donat dulu! Aku pun menolak ajakan Rara dan memutuskan untuk ngojek saja. Mau tidak mau, aku harus menggunakan uang jajanku hari ini hanya untuk membayar ojek. Ya ampun! Sial sekali hari ini, dimana uangku? Batinku sambil meraba-raba saku dan membuka dompet Pasti tertinggal di meja makan! Ah Ibu, kenapa tidak dimasukkan ke saku tasku saja sih? Saat itulah terdengar gemerincing bel yang kudengar sebelumnya. "Ini mas duit nya. Biar saya yang bayar Rara tiba-tiba mengulurkan uang kepada tukang ojek tersebut. "Terima kasih ya, Ra! Aku mau masuk ke kelas dulu," kataku dengan cepat sambil berlari memasuki pagar sekolah yang hampir saja ditutup. "Sama-sama! Saling peduli kepada teman kan hal yang baik!" jawab Rara setengah berteriak dan mulai mengayuh sepedanya menjauh dari daerah sekolahku. Aku tersentak. Tanpa aku sadari hari ini sudah ada 2 orang yang peduli kepadaku. Aku yang salah karena mengunci pintu kamarku sehingga Ibu tidak bisa masuk ke kamar dan membangunkanku secara langsung. Aku yang salah karena menyuruh Ibu meletakkan uang jajan harian ke meja makan padahal Ibu sudah berniat memasukkannya ke tas. Aku yang salah karena tidak memakan roti buatan Ibu, padahal bisa dimakan sembari berangkat ke sekolah. Aku yang salah karena berpikir bahwa mengantar donat memakan waktu yang lama padahal rumah Pak RT dan sekolahku searah. Aku yang salah karena telah menyalahkan orang-orang di sekitarku. Padahal, mereka peduli. Dan hari itu, bukannya aku mengucapkan terima kasih' kepada mereka, tetapi terus-terusan mengucap sial. Hari itu, bukanlah hari yang sial, tapi hari dimana aku sadar bahwa aku dikelilingi orang-orang yang masih peduli kepadaku. Sesuai dengan teks manakah pernyataan di bawah ini? Pernyataan: Banyak memakai partikel -lah' dan '-pun".


15

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

M. Saddam

Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Jakarta

23 Januari 2022 04:55

Jawaban terverifikasi

Halo, Fadelia B. Terima kasih sudah bertanya ke Roboguru. Kakak bantu jawab ya :) Teks yang banyak memakai partikel "-lah" dan "-pun" adalah teks (1). Yuk kita simak pembahasan berikut. Hikayat adalah karya sastra lama berbentuk prosa yang mengisahkan kehidupan keluarga istana atau kaum bangsawan, orang-orang ternama, orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan, dan mukjizat tokoh utamanya. Beberapa ciri teks hikayat adalah sebagai berikut. 1. Menggunakan bahasa Melayu lama. 2. Pralogis, yaitu ceritanya kadang-kadang sulit diterima akal. 3. Istana sentris, yaitu pusat cerita berada di lingkungan istana. 4. Anonim, maksudnya adalah prosa tersebut tidak jelas siapa pengarangnya. 5. Statis, yaitu bersifat baku dan tetap. 6. Menggunakan kata arkais, yaitu kata yang lawas dan jarang digunakan lagi. Cerpen merupakan suatu karya sastra dalam bentuk tulisan yang mengisahkan tentang sebuah cerita fiksi lalu dikemas secara pendek, jelas dan ringkas. Beberapa ciri teks cerpen adalah sebagai berikut. 1. Pada umumnya cerpen bersifat fiktif atau berupa karangan dari penulis. 2. Cerpen memiliki susunan kata yang tidak lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) kata. 3. Saat membaca cerpen biasanya selesai dengan sekali duduk. 4. Cerpen memiliki bentuk cerita yang sangat singkat. 5. Cerpen memiliki diksi atau pilihan kata yang tidak rumit sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Kata partikel juga disebut kata tugas. Beberapa kata yang termasuk kata partikel yaitu ada "-lah", "-kah", "-tah", "pun", dan "per". Partikel "-lah" biasanya digunakan untuk memperhalus kata perintah, mempertegas kalimat pernyataan, dan mempertegas kata ganti. Sementara itu, penulisan partikel "pun" biasanya digunakan untuk menegaskan makna kata yang dirinya, memberikan makna yang berlawanan, atau menunjukkan sesuatu sedang dimulai. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa teks (1) tergolong dalam teks hikayat sedangkan teks (2) tergolong dalam teks cerpen. Dilihat dari penggunaan partikel "-lah" dan "pun", teks (1) lebih banyak menggunakan kedua partikel tersebut karena berfungsi sebagai penegasan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh seorang tokoh. Partikel "-lah" dan "pun" juga menjadi salah satu ciri khas teks hikayat karena gaya bahasa tersebut merupakan bentuk gaya bahasa arkais atau lawas. Hal ini dapat dibuktikan pada kalimat "Lalu dikuntjinjalah pintu, dan berdjalanlah ia mengikutkan pesuruh radja." Dengan demikian, teks yang banyak memakai partikel "-lah" dan "-pun" adalah teks (1). Semoga membantu :)


Iklan

Iklan

lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

(1) Kisah pembuatan film biasanya melewati proses yang panjang dan rumit. (2) Ide membuat film dan cerita datang dari Castle Production yang bergerak di bidang film animasi ini sangat bermanfaat. (3) Castle cukup berhasil bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyaring siswa SMK yang memiliki kemampuan untuk membuat gambar. (4) Dari seleksi gambar animasi kiriman siswa, Castle memilih lima puluh siswa SMK, tiga di antaranya perempuan, untuk mengikuti pelatihan menggambar animasi lalu memproduksi film animasi. (5) Untuk keperluan itu, Castle mengerahkan animator profesional seperti Boy Wahyudi dan Dony Moersito untuk mengajar mereka. Kalimat utama paragraf tersebut terletak pada kalimat nomor ... A. (1) D. (4) B. (2) E. (5) C. (3)

460

5.0

Jawaban terverifikasi