Anisa A

16 Maret 2024 05:11

Iklan

Anisa A

16 Maret 2024 05:11

Pertanyaan

Sebutkan pola kalimat di bawah ini: a. Lalu, di ruangan pengap tanpa kamar kecil, ia memutuskan keluar dari ketentaraan b. Saat anak-anak memegang smartphone, Anda perlu memberikan pengawasan ekstra c. Kulit, jaringan, dan otak mereka yang lebih tipis memungkinkan mereka untuk menyerap radiasi dua kali lipat dari orang dewasa

Sebutkan pola kalimat di bawah ini:

a. Lalu, di ruangan pengap tanpa kamar kecil, ia memutuskan keluar dari ketentaraan

b. Saat anak-anak memegang smartphone, Anda perlu memberikan pengawasan ekstra

c. Kulit, jaringan, dan otak mereka yang lebih tipis memungkinkan mereka untuk menyerap radiasi dua kali lipat dari orang dewasa

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

14

:

55

:

53

Klaim

6

1


Iklan

Farsyah F

10 April 2024 15:21

<p>A. K - S - P - Pel</p><p>&nbsp;</p>

A. K - S - P - Pel

 


Iklan

Mau jawaban yang terverifikasi?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

Roboguru Plus

Dapatkan pembahasan soal ga pake lama, langsung dari Tutor!

Chat Tutor

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Pendidikan di Indonesia nampaknya sedang banyak mengalami perubahan yang cukup signifikan di berbagai bidangnya. Hal tersebut terlihat dari pemakaian teknologi secara komprehensif, juga sistem belajar yang telah banyak bertransisi ke dunia online. Artinya, pendidikan bersifat dinamis, serta tak dapat dimungkiri bahwa, dunia pendidikan saat ini akan lebih fleksibel dan mudah sehingga dapat meningkatkan mutu intelektual siswa bahkan masyarakat umum. Pendidikan saat ini lebih diarahkan pada pola pendidikan yang lebih modern. Siswa tidak perlu lagi belajar di ruangan. Mereka bisa be/ajar di mana saja dan tidak perlu membawa berbagai buku-buku yang memberatkan mereka. Cukup dengan membawa smartphone karena buku sudah dalam bentuk e-book. Hal yang lebih menarik, siswa tidak perlu lagi membayar sekolah yang sangat mahal (otomatis uang pendidikan mereka bisa dialihkan pada pengeluaran lain yang lebih bermanfaat). Anak-anak pelajar ini akan sangat dimanjakan oleh teknologi, khususnya dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, suka atau tidak suka. pemerintah dan aparaturnya, bahkan sekolah juga harus mendukung hal tersebut. Namun, berbeda ketika kita melihat ke sisi yang lain, sungguh begitu bertolak belakang. Apabila melihat lebih mendalam terhadap kondisi keseluruhan pendidikan yang ada di Nusantara ini. banyak ketidakmerataan dan jauh dari kesan maju (dalam hal pendidikan). Ha1 terse but terlihat dari sekolah yang jauh dari kelayakan. kondisi sekolah, dan sebagainya. Padahal, di dalamnya terdapat anak-anak yang begitu bersemangat untuk belajar dan menuntut ilmu. Namun, karena keterbelakangan akses dan berbagai kekurangan lainnya, hal itu membuat mereka sulit dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Alhasil, mereka akan jauh tertinggal dibandingkan anak-anak yang mengenyam pendidikan di kota yang umumnya sistem pendidikan lebih mumpuni. Terkait persoalan mutu pendidikan di Indonesia di antaranya keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru yang belum merata, serta kualitas guru itu sendiri dinilai masih kurang. Terbatasnya akses pendidikan di Indonesia, terlebih lagi di daerah, berujung pada meningkatnya arus urbanisasi untuk mendapatkan akses ilmu yang lebih baik di perkotaan. Sumber: https:/ /mahasiswaindonesia. id/problematika-pendidikan-di-indonesia/ Pernyataan yang sesuai dengan isi teks tersebut adalah .. . A. Problematika pendidikan di Indonesia di tengah perkembangan era digital. B. Peningkatan mutu pembelajaran di semua jenjang sekolah, mulai dari SD, SMP, hingga SMA/SMK. C. Pembelajaran di perkotaan berhasil karena didukung oleh media digital yang memadai. D. Pendidikan dengan proses digitalisasi pendidikan lebih berhasil diterapkan di perdesaan daripada di perkotaan. E. Sistem pendidikan di Indonesia sudah mumpuni dengan fakta masuknya digitalisasi dalam dunia pendidikan.

231

0.0

Jawaban terverifikasi

Bola-Bola Waktu Oleh Rakhma Subarna Ivan menendang kerikil di jalan dengan kasar hingga terpelanting berhamburan. Debu mengepul dari kerikil-kerikil itu. Lagi-lagi ia dijadikan bahan tertawaan! Ini semua gara-gara kue basah Ibu! Setiap hari Ivan harus bangun pukul setengah empat pagi dan membantu Ibu membuat aneka kue basah. Ivan juga harus pergi lebih pagi untuk mengantarkan kue-kue itu ke beberapa warung menuju sekolah. Hal yang paling memalukan, Ivan menitipkan kue itu juga di kantin sekolah! Ketika Fiam, anak paling usil di kelasnya tahu, ia segera mengejek Ivan. Dan begitu Fiam memulai, julukan “tukang kue” untuknya pun langsung diikuti teman-teman sekelas. Seolah belum cukup memalukan, bangun pagi dan rasa lelah bekerja sejak subuh membuat Ivan sering tertidur saat pelajaran. “Wah, tukang kue mau alih profesi jadi tukang tidur,” ejek Fiam yang memancing tawa sekelas. Ivan masih menendang kerikil-kerikil itu. “Aku tidak mau lagi!” teriak Ivan dalam hatinya. “Aku tidak mau lagi berjualan kue. Aku ingin menjadi anak SMP yang keren dan dikagumi oleh teman-temanku!” “Kau yakin?” Ivan menengok. Seorang pria berkerudung hitam memandangnya. Bibir pria itu tersenyum ramah. Di meja di hadapannya tergeletak aneka bola warnawarni. Ivan memandang pria itu sambil mengerutkan alisnya. Apakah dia peramal? tanya Ivan dalam hati. “Kau ingin melihat apa yang terjadi apabila kau berhenti berjualan kue?” Ragu-ragu, Ivan mengangguk. Ia lalu mengambil bola merah yang disodorkan pria itu. Seketika, tubuhnya terasa ringan, dunia di sekitarnya berputar. Ivan terkesiap. Ia terbangun di sebuah kamar yang terasa asing. Dengan heran, ia menatap Nina dan Danu, adiknya. Mengapa mereka tidur di sini? Ivan menatap sekeliling. Kamar itu sempit, pengap, dan terutama sangat berantakan! Barang-barang miliknya tergeletak di mana saja, sementara tumpukan buku koleksi Nina dan mainan Danu memenuhi sudut-sudut kamar. “Pukul 06.00? Aku terlambat untuk membuat kue!” Ivan segera berdiri dan keluar kamar. “Kamu sudah bangun, Van?” suara Ibu menyapanya. Mata Ivan membelalak lebar melihat kerut-kerut yang bertambah di wajah Ibu dan kelelahan yang tergambar jelas di sana. “Syukurlah. Ibu pergi dahulu, ya. Jangan lupa, antar adik-adikmu ke sekolah.” Ivan termangu. Ia menatap sosok Ibu yang membawa kotak-kotak berisi aneka kue basah. Jadi, tampaknya mereka masih berjualan kue basah. Hanya, kali ini, Ibu tidak meminta bantuannya. Akhirnya, Ivan terbebas dari tugasnya! Lalu, di mana Ayah? Biasanya Ayah yang mengantar Ibu untuk pergi berjualan. Ivan memandang ke sekeliling ruangan. Saat itulah Ivan menatap sebuah foto berbingkai hitam di dekat meja makan. Di dalamnya, wajah lelah ayahnya tersenyum ramah. “Van, nanti siang jangan lupa latihan basket, ya. Minggu depan kita lawan SMP Bina Bangsa.” Ivan hanya mengangguk lesu. Sekarang ia tahu, ia berada di tahun 2022. Tidak ada lagi teman-teman sekelas yang mengejeknya. Malah bisa dikatakan, ia memiliki cukup banyak teman. Nilai-nilainya bukan yang terbaik, tetapi bukan pula yang paling jelek. Ia berhasil masuk tim basket selama dua tahun berturut-turut. Semua tampak sempurna. Namun, mengapa Ivan menyesal berada di tahun ini? Tadi pagi ia mengetahui bahwa ayahnya tidak lagi bersama mereka. Ayah meninggal karena sakit. Kata Ibu, Ayah sering mengabaikan sakit yang dideritanya dan berkeras membantu Ibu. Ayah bahkan menolak tawaran Ibu untuk membayar seorang pekerja. Ayah ingin hasil penjualan kue ditabung untuk biaya kuliah Ivan nanti. “Hai, Van! Apakah Ibumu sudah sembuh? Mamaku ingin pesan kue basah untuk arisan, tetapi Ibumu bilang ia sedang tidak enak badan.” Perkataan Hario menyadarkan Ivan lagi dari lamunannya. Ivan menunduk. Ia teringat wajah menua dan lelah ibunya tadi pagi, bahkan Ibunya tidak mengatakan kepadanya bahwa ia sedang sakit. Ivan menelengkupkan kepala di atas meja. Andai saja penyesalan bisa memutar kembali waktu, ia lebih memilih membantu kedua orang tuanya berjualan kue. Matanya terasa panas. Kepalanya terasa berputar. Ivan mengerjap. Seseorang mengguncang tubuhnya lembut. “Ivan, bangun, Nak.” Ivan memicingkan mata. Ia mengenal suara tegas tetapi lembut itu. “Ayah! Syukurlah!” Ivan segera tersadar dan memeluk ayahnya erat. “Wah, wah, wah …! Tadi kamu mimpi buruk, ya?” Pagi masih gelap saat Ivan melihat ke luar jendela. Ivan tahu ia harus bangun lebih pagi karena mereka mendapat pesanan kue untuk acara pernikahan dan rapat di kantor RW. Memikirkan pesanan kue itu, Ivan melompat dari tempat tidur dengan penuh semangat. “Ayah, Ibu, tahu nggak? Kue-kue basah buatan Ibu ini banyak yang suka, loh!” cerita Ivan. Untuk sesaat, Ayah dan Ibu saling memandang dan menyimpan senyum geli. Mungkin mereka heran melihat Ivan yang tak lagi menggerutu dan malas-malasan saat membantu. “Eih, aku serius loh ini,” tambah Ivan lagi melihat reaksi kedua orang tuanya. “Van, kamu nggak apa-apa, Van?” suara Hario terdengar cemas dan makin jauh. Lalu segalanya gelap. Ayah tergelak. Ia mengusap kepala Ivan dengan lembut, “Tentu saja kami tahu, ini kan resep warisan turun-temurun!” Tepat pukul 05.00, kue-kue basah nan cantik telah siap. Harum manis kue memenuhi rumah. Meski lelah, Ivan merasa bangga melihat kue-kue yang baru ditatanya. Rasanya ia makin mahir menata kue-kue ini. “Van, tolong masukkan setiap jenis ke dalam kotak untuk pesanan kawinan dan Pak RW, ya. Biar Ayah yang menyiapkan untuk dibawa ke pasar. Ibu mau membuat sarapan dahulu sebelum adik-adikmu bangun,” kata Ibu. Ivan mengangguk. Saat memasukkan kue-kue ke dalam setiap kotak, sebuah ide melintas dalam benaknya. Masih ada 30 menit sebelum ia harus bersiap ke sekolah. Ivan mengambil selembar kertas, lalu segera menggambar sebuah kotak berisi aneka kue cantik. “Camilan Cantik Akhir Minggu,” begitu Ivan memberi judul gambar tersebut. Di bagian bawah gambar, Ivan menulis, “Untuk pemesanan, hubungi Ivan – kelas VII B.” 1. Siapakah nama tokoh cerita Bola-Bola Waktu?

146

3.0

Jawaban terverifikasi

Iklan