Vaniya A

04 November 2024 13:10

Iklan

Vaniya A

04 November 2024 13:10

Pertanyaan

sebuah wilayah mengalami peningkatan tekanan tekanan terhadap sumber daya air akibat dari kombinasi pertumbuhan penduduk, industrilisasi dan perubahan iklim, ketersediaan air bersih menjadi semakin terbatas, memicu strategi pengelolaan yang efektif. kebijakan yang paling inovatif dan berkelanjutan untuk mengatasi krisis air di wilayah tersebut adalah

sebuah wilayah mengalami peningkatan tekanan tekanan terhadap sumber daya air akibat dari kombinasi pertumbuhan penduduk, industrilisasi dan perubahan iklim, ketersediaan air bersih menjadi semakin terbatas, memicu strategi pengelolaan yang efektif.

 kebijakan yang paling inovatif dan berkelanjutan untuk mengatasi krisis air di wilayah tersebut adalah

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

01

:

14

:

13

:

43

Klaim

93

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Tyrannosaurus T

04 November 2024 13:21

Jawaban terverifikasi

<p>Untuk mengatasi tantangan air akibat tekanan pada sumber daya air, kebijakan inovatif dan berkelanjutan yang dapat diterapkan mencakup pendekatan berbasis teknologi, konservasi, dan manajemen terpadu. Berikut adalah beberapa kebijakan yang efektif:</p><p><strong>1. Pengelolaan Air Terpadu (</strong><i><strong>Integrated Water Resource Management - </strong></i><strong>IWRM)</strong><br>IWRM adalah pendekatan holistik yang melibatkan berbagai sektor (pertanian, industri, rumah tangga) dalam pengelolaan air. Dengan mengoordinasikan penggunaan dan distribusi air secara efisien, IWRM memastikan alokasi yang adil dan perlindungan sumber daya air dari pemanfaatan berlebihan.</p><p><strong>2. Penggunaan Teknologi Desalinasi</strong><br>Desalinasi air laut bisa menjadi solusi inovatif, terutama di wilayah pesisir. Teknologi desalinasi yang lebih hemat energi, seperti reverse osmosis berbasis membran, dapat menyediakan sumber air minum yang berkelanjutan untuk wilayah dengan sedikit sumber air tawar alami.</p><p><strong>3. Pengolahan dan Daur Ulang Air Limbah</strong><br>Dengan menerapkan teknologi pengolahan air limbah untuk mengubah air limbah menjadi air yang dapat digunakan kembali (reuse water), air bekas rumah tangga dan industri dapat dimanfaatkan untuk irigasi, industri, atau bahkan diproses lebih lanjut sebagai air minum. Sistem daur ulang air terbukti mengurangi tekanan pada sumber air alamiah.</p><p><strong>4. Penggunaan Infrastruktur Hijau dan Solusi Berbasis Alam (</strong><i><strong>Nature-based Solutions</strong></i><strong>)</strong><br>Solusi ini mencakup konservasi hutan, pembuatan area resapan, dan restorasi lahan basah untuk meningkatkan penyerapan air tanah dan menjaga kualitas air. Infrastruktur hijau ini dapat mengurangi limpasan air hujan, memulihkan aliran sungai, dan mendukung siklus hidrologi yang alami.</p><p><strong>5. Program Pengurangan Kebocoran dan Pengelolaan Air Efisien</strong><br>Wilayah dengan sistem perpipaan yang menua sering kali kehilangan air dalam jumlah besar akibat kebocoran. Investasi dalam sistem deteksi kebocoran dan pemeliharaan infrastruktur distribusi air dapat menghemat hingga 20–30% air bersih yang hilang.</p><p><strong>6. Kebijakan Penggunaan Air Terukur dan Harga Berdasarkan Konsumsi</strong><br>Dengan menerapkan harga berbasis konsumsi, masyarakat didorong untuk menggunakan air lebih bijak. Sistem tarif progresif, di mana biaya meningkat sesuai volume penggunaan, memberikan insentif bagi pengguna untuk mengurangi konsumsi air yang tidak esensial.</p><p><strong>7. Pertanian Berbasis Teknologi Hemat Air</strong><br>Mengadopsi teknik seperti irigasi tetes (drip irrigation) dan sensor kelembapan tanah membantu menghemat air di sektor pertanian. Teknologi ini memastikan bahwa air digunakan dengan efisien dan sesuai kebutuhan tanaman, sehingga mengurangi pemborosan.</p><p>&nbsp;</p><p>Setiap kebijakan ini dapat disesuaikan sesuai dengan kondisi wilayah dan ditingkatkan melalui kolaborasi dengan masyarakat setempat serta pemangku kepentingan lainnya.</p>

Untuk mengatasi tantangan air akibat tekanan pada sumber daya air, kebijakan inovatif dan berkelanjutan yang dapat diterapkan mencakup pendekatan berbasis teknologi, konservasi, dan manajemen terpadu. Berikut adalah beberapa kebijakan yang efektif:

1. Pengelolaan Air Terpadu (Integrated Water Resource Management - IWRM)
IWRM adalah pendekatan holistik yang melibatkan berbagai sektor (pertanian, industri, rumah tangga) dalam pengelolaan air. Dengan mengoordinasikan penggunaan dan distribusi air secara efisien, IWRM memastikan alokasi yang adil dan perlindungan sumber daya air dari pemanfaatan berlebihan.

2. Penggunaan Teknologi Desalinasi
Desalinasi air laut bisa menjadi solusi inovatif, terutama di wilayah pesisir. Teknologi desalinasi yang lebih hemat energi, seperti reverse osmosis berbasis membran, dapat menyediakan sumber air minum yang berkelanjutan untuk wilayah dengan sedikit sumber air tawar alami.

3. Pengolahan dan Daur Ulang Air Limbah
Dengan menerapkan teknologi pengolahan air limbah untuk mengubah air limbah menjadi air yang dapat digunakan kembali (reuse water), air bekas rumah tangga dan industri dapat dimanfaatkan untuk irigasi, industri, atau bahkan diproses lebih lanjut sebagai air minum. Sistem daur ulang air terbukti mengurangi tekanan pada sumber air alamiah.

4. Penggunaan Infrastruktur Hijau dan Solusi Berbasis Alam (Nature-based Solutions)
Solusi ini mencakup konservasi hutan, pembuatan area resapan, dan restorasi lahan basah untuk meningkatkan penyerapan air tanah dan menjaga kualitas air. Infrastruktur hijau ini dapat mengurangi limpasan air hujan, memulihkan aliran sungai, dan mendukung siklus hidrologi yang alami.

5. Program Pengurangan Kebocoran dan Pengelolaan Air Efisien
Wilayah dengan sistem perpipaan yang menua sering kali kehilangan air dalam jumlah besar akibat kebocoran. Investasi dalam sistem deteksi kebocoran dan pemeliharaan infrastruktur distribusi air dapat menghemat hingga 20–30% air bersih yang hilang.

6. Kebijakan Penggunaan Air Terukur dan Harga Berdasarkan Konsumsi
Dengan menerapkan harga berbasis konsumsi, masyarakat didorong untuk menggunakan air lebih bijak. Sistem tarif progresif, di mana biaya meningkat sesuai volume penggunaan, memberikan insentif bagi pengguna untuk mengurangi konsumsi air yang tidak esensial.

7. Pertanian Berbasis Teknologi Hemat Air
Mengadopsi teknik seperti irigasi tetes (drip irrigation) dan sensor kelembapan tanah membantu menghemat air di sektor pertanian. Teknologi ini memastikan bahwa air digunakan dengan efisien dan sesuai kebutuhan tanaman, sehingga mengurangi pemborosan.

 

Setiap kebijakan ini dapat disesuaikan sesuai dengan kondisi wilayah dan ditingkatkan melalui kolaborasi dengan masyarakat setempat serta pemangku kepentingan lainnya.


Iklan

Rendi R

Community

07 November 2024 00:47

Jawaban terverifikasi

<p>Untuk mengatasi krisis air di wilayah dengan tekanan tinggi terhadap sumber daya air, kebijakan yang inovatif dan berkelanjutan harus mencakup pendekatan yang mengurangi konsumsi air, meningkatkan efisiensi penggunaan air, dan mendiversifikasi sumber daya air. Berikut adalah beberapa kebijakan yang paling efektif:</p><p><strong>Pengelolaan Air Terpadu</strong> (<i>Integrated Water Resource Management</i>, IWRM)**: Kebijakan ini menggabungkan perencanaan penggunaan air di sektor-sektor utama (seperti pertanian, industri, dan rumah tangga) agar lebih efisien. IWRM mendorong semua pihak terkait untuk bekerja bersama dalam menyusun kebijakan, mengalokasikan air, dan melindungi ekosistem air. Pendekatan ini memastikan air digunakan dengan bijak dan sesuai prioritas kebutuhan masyarakat dan lingkungan.</p><p><strong>Penggunaan Teknologi Daur Ulang dan Pemurnian Air</strong>: Teknologi <i>recycling</i> air memungkinkan air limbah diolah dan digunakan kembali, baik untuk kebutuhan industri, irigasi, ataupun rumah tangga. Pemurnian air menggunakan metode seperti desalinasi (untuk air laut) dan pemurnian limbah domestik dapat menjadi solusi dalam jangka panjang, terutama di wilayah pesisir atau wilayah dengan sumber air tawar terbatas.</p><p><strong>Pengurangan Kebocoran dan Efisiensi Jaringan Distribusi</strong>: Di banyak wilayah, kebocoran pada jaringan distribusi air menyebabkan hilangnya persentase besar dari total suplai air. Investasi dalam teknologi pemantauan kebocoran, perbaikan jaringan pipa, dan pemeliharaan infrastruktur air dapat mengurangi kehilangan air, sehingga air yang tersedia dapat lebih dimaksimalkan.</p><p><strong>Penggunaan Teknologi Hemat Air di Sektor Industri dan Pertanian</strong>: Industri dan pertanian adalah konsumen air terbesar di banyak wilayah. Inovasi seperti sistem irigasi tetes (<i>drip irrigation</i>) di pertanian dan teknologi <i>water-efficient</i> di industri dapat mengurangi konsumsi air tanpa mengorbankan produktivitas. Di pertanian, misalnya, sistem irigasi modern dapat mengarahkan air tepat ke akar tanaman, mengurangi pemborosan.</p><p><strong>Pengembangan Kebijakan Harga Air Berdasarkan Penggunaan</strong>: Memberlakukan tarif air yang berbeda berdasarkan sektor dan volume penggunaan dapat mendorong efisiensi penggunaan air, karena pengguna akan lebih sadar terhadap biaya air yang mereka konsumsi. Pengguna komersial yang besar bisa dikenakan tarif lebih tinggi, sedangkan pengguna rumah tangga mendapatkan subsidi untuk kebutuhan dasar.</p><p><strong>Pendidikan dan Kesadaran Publik</strong>: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi air dapat mendorong perilaku yang lebih bertanggung jawab, baik dalam skala individu maupun institusi. Kampanye hemat air, kesadaran tentang penanaman tanaman yang hemat air, dan penerapan <i>green infrastructure</i> dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam jangka panjang.</p><p><strong>Pemulihan dan Pelindungan Ekosistem Air</strong>: Melindungi dan merehabilitasi sumber-sumber air seperti sungai, danau, dan lahan basah dapat membantu meningkatkan kualitas air dan menjaga ketersediaan air dalam jangka panjang. Ekosistem yang sehat dapat menyimpan dan menyaring air secara alami, sehingga mengurangi kebutuhan akan teknologi pemurnian yang lebih intensif.</p><p>Mengombinasikan kebijakan-kebijakan ini dalam strategi pengelolaan air akan memberikan pendekatan berkelanjutan untuk mengatasi krisis air dan melindungi sumber daya air bagi generasi mendatang.</p>

Untuk mengatasi krisis air di wilayah dengan tekanan tinggi terhadap sumber daya air, kebijakan yang inovatif dan berkelanjutan harus mencakup pendekatan yang mengurangi konsumsi air, meningkatkan efisiensi penggunaan air, dan mendiversifikasi sumber daya air. Berikut adalah beberapa kebijakan yang paling efektif:

Pengelolaan Air Terpadu (Integrated Water Resource Management, IWRM)**: Kebijakan ini menggabungkan perencanaan penggunaan air di sektor-sektor utama (seperti pertanian, industri, dan rumah tangga) agar lebih efisien. IWRM mendorong semua pihak terkait untuk bekerja bersama dalam menyusun kebijakan, mengalokasikan air, dan melindungi ekosistem air. Pendekatan ini memastikan air digunakan dengan bijak dan sesuai prioritas kebutuhan masyarakat dan lingkungan.

Penggunaan Teknologi Daur Ulang dan Pemurnian Air: Teknologi recycling air memungkinkan air limbah diolah dan digunakan kembali, baik untuk kebutuhan industri, irigasi, ataupun rumah tangga. Pemurnian air menggunakan metode seperti desalinasi (untuk air laut) dan pemurnian limbah domestik dapat menjadi solusi dalam jangka panjang, terutama di wilayah pesisir atau wilayah dengan sumber air tawar terbatas.

Pengurangan Kebocoran dan Efisiensi Jaringan Distribusi: Di banyak wilayah, kebocoran pada jaringan distribusi air menyebabkan hilangnya persentase besar dari total suplai air. Investasi dalam teknologi pemantauan kebocoran, perbaikan jaringan pipa, dan pemeliharaan infrastruktur air dapat mengurangi kehilangan air, sehingga air yang tersedia dapat lebih dimaksimalkan.

Penggunaan Teknologi Hemat Air di Sektor Industri dan Pertanian: Industri dan pertanian adalah konsumen air terbesar di banyak wilayah. Inovasi seperti sistem irigasi tetes (drip irrigation) di pertanian dan teknologi water-efficient di industri dapat mengurangi konsumsi air tanpa mengorbankan produktivitas. Di pertanian, misalnya, sistem irigasi modern dapat mengarahkan air tepat ke akar tanaman, mengurangi pemborosan.

Pengembangan Kebijakan Harga Air Berdasarkan Penggunaan: Memberlakukan tarif air yang berbeda berdasarkan sektor dan volume penggunaan dapat mendorong efisiensi penggunaan air, karena pengguna akan lebih sadar terhadap biaya air yang mereka konsumsi. Pengguna komersial yang besar bisa dikenakan tarif lebih tinggi, sedangkan pengguna rumah tangga mendapatkan subsidi untuk kebutuhan dasar.

Pendidikan dan Kesadaran Publik: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi air dapat mendorong perilaku yang lebih bertanggung jawab, baik dalam skala individu maupun institusi. Kampanye hemat air, kesadaran tentang penanaman tanaman yang hemat air, dan penerapan green infrastructure dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam jangka panjang.

Pemulihan dan Pelindungan Ekosistem Air: Melindungi dan merehabilitasi sumber-sumber air seperti sungai, danau, dan lahan basah dapat membantu meningkatkan kualitas air dan menjaga ketersediaan air dalam jangka panjang. Ekosistem yang sehat dapat menyimpan dan menyaring air secara alami, sehingga mengurangi kebutuhan akan teknologi pemurnian yang lebih intensif.

Mengombinasikan kebijakan-kebijakan ini dalam strategi pengelolaan air akan memberikan pendekatan berkelanjutan untuk mengatasi krisis air dan melindungi sumber daya air bagi generasi mendatang.


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Soal Pilihan Ganda tentang Ekonomi. Perhatikan kutipan korupsi berikut! Data Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebutkan kerugian negara akibat kasus korupsi mencapai Rp238,14 triliun selama 10 tahun terakhir (2013-2022. ICW mencatat data ini berdasarkan putusan korupsi yang dikeluarkan oleh pengadilan tingkat pertama hingga kasasi. Data detailnya seperti berikut ini : Tahun 2013 : Rp3,46 triliun Tahun 2014 : Rp10,69 triliun Tahun 2015 : Rp1,74 triliun Tahun 2016 : Rp3,08 triliun Tahun 2017 : Rp29,42 triliun Tahun 2018 : Rp9,29 triliun Tahun 2019 : Rp12 triliun Tahun 2020 : Rp56,74 triliun Tahun 2021 : Rp62,93 triliun Tahun 2022 : Rp48,79 triliun Dalam buku edukasi antikorupsi Pantang Korupsi Sampai Mati (KPK: 2015) dijelaskan tentang konsep kerugian keuangan negara yang berkaitan dengan korupsi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, konsep kerugian keuangan negara mengandung delik formil. Unsur “dapat merugikan keuangan negara” artinya tindakan akan dianggap merugikan keuangan negara ketika suatu tindakan tersebut berpotensi menyebabkan kerugian negara secara langsung maupun tidak langsung. Jadi, apakah secara nyata kerugian negara memang terjadi atau tidak, bukanlah hal yang penting. ↓ Bayangkan saja betapa mirisnya negara Indonesia jika korupsi ini diteruskan. Maka Korupsi mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi negara, menurunnya investasi, meningkatnya kemiskinan serta meningkatnya ketimpangan pendapatan. Korupsi juga dapat menurunkan tingkat kebahagiaan masyarakat di suatu negara. Alhasil skor anti korupsi jadi menurun, dari 40 poin menjadi 34 poin. Berdasarkan kutipan diatas, yang dirasakan oleh penduduk dan cara mengatasi situasi tersebut adalah .... A. Pata penduduk merasa sedih dan pasrah terhadap situasi negara Indonesia. Solusi yang bisa dilakukan adalah melakukan kebijakan peraturan tentang anti korupsi, bahwa siapapun yang melakukan korupsi akan dihukum sesuai UUD. B. Penduduk merasa kecewa, marah, dan kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Solusi yang bisa dilakukan adalah penguatan sistem pengawasan, penegakan hukum yang tegas, transparansi dalam pengelolaan keuangan negara, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penting menolak dan melaporkan tindakan korupsi. C. Prihatin dengan KPK yang justru diramaikan dengan kasus dugaan pelanggaran etik. Padahal kondisi lembaga sedang terpuruk setelah Ketua KPK sebelumnya, Firli Bahuri menjadi tersangka korupsi. Akibatnya para rakyatnya jadi tidak percaya lagi sama KPK. Solusinya ada menegakkan keadilan negeri. D. Korupsi berdampak begitu besar bagi negara &amp; masyarakat. Salah satunya, kerugian finansial dan ekonomi. Dengan kerugian seperti itu sangat mempengaruhi kualitas pelayanan publik. Cara mengatasinya adalah membuat sebuah peraturan UUD tentang korupsi, dimana pemeriksaan penjabat dilakukan secara menyeluruh bagi seluruh penjabat negeri. E. Para warga merasa kecewa &amp; marah terhadap pemerintah negara. Karena semua pajak yang mereka bayar jadi sia-sia. Jadi, dia mengatakan celah tersebut akan hilang jika wajib pajak taat aturan dan tak berupaya mengurangi pajak yang harusnya dibayarkan. Dia berharap celah tersebut bisa ditutup untuk mencegah korupsi. Tingkat kesulitan : Nearly impossible (HOTS/Menciptakan) : 🤯 Jawab dengam benar. Jika jawaban salah, maka bintang tidak akan dinilai.

3

5.0

Jawaban terverifikasi

Pemanasan global, yaitu meningkatnya rata-rata suhu di atmosfer bumi akibat peningkatan gas rumah kaca, menyebabkan terjadinya masalah kekeringan dan berkurangnya curah hujan di banyak wilayah. Hal tersebut berdampak pada berkurangnya pasokan air yang masuk ke dalam tanah. Hal ini tentunya akan menyebabkan masalah pada kuantitas air tanah. Selain itu, pasokan air yang masuk ke dalam tanah akan menjadi bagian dari lapisan tanah. Berkurangnya pasokan air yang menjadi bagian dari lapisan tanah akan mengakibatkan muka air tanah menjadi lebih rendah. Pada saat yang bersamaan, pemompaan dan konsumsi air tanah yang terus meningkat seiring pertumbuhan jumlah penduduk menyebabkan penurunan muka air tanah menjadi makin lebih cepat. Rendahnya muka air tanah juga bisa memicu ketidakseimbangan tekanan dan aliran air. Kondisi ini mengakibatkan aliran air dari air permukaan, seperti sungai, rawa, dan danau, merembes atau terinfiltrasi masuk ke dalam lapisan tanah sehingga air permukaan ini menjadi bagian air tanah. Tidak hanya airnya, polutan yang terkandung dalam aliran air permukaan itu pun juga akan masuk ke dalam lapisan tanah. Polutan ini utamanya berasal dari aktivitas manusia, dan bisa berupa residu obat, sisa-sisa bahan kimia, limbah industri, dan lain-lain. Jika polutan masuk ke dalam lapisan air tanah, hal tersebut akan menyebabkan terjadinya pencemaran air tanah. Saat ini terjadi, kualitas air tanah pun akan menurun. Jadi, pemanasan global yang awalnya berdampak terhadap kuantitas air tanah, ternyata akan berdampak pula pada kualitas air tanahnya. 4. Berikut ini perkiraan yang dapat dibuat setelah membaca teks bacaan tersebut. Jika kekeringan tidak terjadi, curah hujan melimpah, dan konsumsi air tanah dilakukan dengan efektif, ... berkurang. A. kualitas air tanah B. laju perubahan iklim C. permukaan air tanah D. pasokan air tanah ke sungai E. polutan yang masuk ke air tanah

9

0.0

Jawaban terverifikasi

Tentukan ide pokok pada teks argumentasi di bawah ini! Diversifikasi untuk Ketahanan Pangan Ketahanan pangan sangat penting untuk diperkuat sekarang ini. Tingginya tingkat ketergantungan pada beras sebagai sumber karbohidrat utama menjadikan bangsa ini cukup rentan dalam hal kedaulatan pangan. Data yang ada menunjukkan tingkat konsumsi beras mencapai 94,9 kg per kapita per tahun dengan total kebutuhan mencapai 29,6 juta ton per tahun. Konsumsi yang besar ini membuat Indonesia tidak dapat terhindar dari upaya impor beras. Memang produksi beras lebih tinggi daripada kebutuhan, tetapi pemerintah butuh impor sebagai persediaan untuk mengendalikan harga di pasaran. Dari data pada 1954, komposisi karbohidrat dalam struktur menu bangsa kita menunjukkan proporsi beras hanya 53,5%. Sisanya dipenuhi dari ubi kayu (22,6%), jagung (18,9% ), dan kentang (4,99%). Akan tetapi, kondisi itu terus berubah pada era Orde Baru. Pada akhir 80-an, proporsi beras semakin dominan mencapai 81,1%, sisanya ubi kayu (10,02%) dan jagung (7,82 %). Orde Baru makin mendorong beras untuk menjadi bahan pangan utama di seluruh Indonesia. Penyeragaman konsumsi beras di Indonesia membuat makanan pokok lokal terabaikan. Kini upaya mengembalikan keragaman pangan tengah dilakukan oleh pemerintahan melalui Gerakan Diversifikasi Pangan yang dipelopori Kementerian Pertanian. Gerakan ini serentak dimulai di 34 provinsi di seluruh Indonesia sebagai antisipasi krisis pangan. Gerak- an ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan konsumsi beras dan sebagai penyedia sumber pangan alternatif berupa sumber karbohidrat lokal nonberas. Dengan demikian, konsumsi pangan lokal sebagai sumber karbohidrat lain pun diharapkan terus meningkat. Kementerian Pertanian mengajak seluruh gubernur dan bupati/ wali kota untuk bersinergi menguatkan gerakan diversifikasi pangan ini dalam upaya mengukuhkan ketahanan pangan. Kita akan kembali meneguhkan bahwa bangsa ini punya keanekaragaman pangan yang besar, tidak hanya beras yang membuat kenyang. Hal ini ditindaklanjuti dengan gerakan di sejumlah daerah yang mengeluarkan kebijakan sehari tanpa nasi. Akan tetapi, kebijakan itu tidak pernah efektif dilaksanakan. Perlu keteladanan dari kepala daerah untuk mulai memelopori mengonsumsi pangan lokal. Upaya diversifikasi pangan lokal ini ditargetkan menurunkan konsumsi beras dari 94,9 kg per kapita per tahun menjadi 85 kg per kapita per tahun pada 2024. Selain itu, upaya ini diharapkan dapat menumbuhkan UMKM pangan sebagai penyedia pangan lokal. Namun, upaya ini tentu tidak mudah. Membalikkan persepsi masyarakat untuk mengganti beras dengan komoditas lain harus diikuti dengan kebijakan dan aksi kampanye yang masif. Pekerjaan rumah lainnya, pasokan bahan pangan nonberas harus bisa diandalkan. Pemerintah tidak bisa tiba-tiba memaksakan kebijakan diversifikasi pangan jika produksi pangan lokal, seperti umbi- umbian, di setiap wilayah belum bisa ditingkatkan. Ketersediaan bahan baku yang terbatas dan harga yang kurang kompetitif dibanding dengan komoditas pangan utama, yakni beras masih menjadi kendala terbesar. Sinergi dari semua pihak untuk mengangkat produk pangan lokal selain beras memang harus sudah mulai dilaksanakan dengan segera di 34 provinsi di Indonesia.

153

3.0

Jawaban terverifikasi