Balon U

23 Maret 2024 08:35

Iklan

Iklan

Balon U

23 Maret 2024 08:35

Pertanyaan

Perbaikilah penulisan kalimat di bawah ini sesuai PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)! 1. Untuk keefektifan belajar bahasa Inggris, rektor Universitas Islam Jakarta memfasilitasi labor bahasa; infokus; komputer. 2. Perjalan Jakarta-Padang dapat ditempuh selama 45 menit dengan pesawat terbang. 3. Tentu saja, majalah Cycling harus menyediakan halaman khusus untuk anggota pramuka. 4. Bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus “45.

Perbaikilah penulisan kalimat di bawah ini sesuai PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)!
1. Untuk keefektifan belajar bahasa Inggris, rektor Universitas Islam Jakarta memfasilitasi labor bahasa; infokus; komputer.
2. Perjalan Jakarta-Padang dapat ditempuh selama 45 menit dengan pesawat terbang.
3. Tentu saja, majalah Cycling harus menyediakan halaman khusus untuk anggota pramuka.
4. Bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus “45.
 


7

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

Nanda R

Gold

24 Maret 2024 07:22

Jawaban terverifikasi

<ol><li>Untuk efektivitas belajar bahasa Inggris, rektor Universitas Islam Jakarta memfasilitasi laboratorium bahasa, infokus, dan komputer.</li><li>Perjalanan Jakarta-Padang dapat ditempuh dalam waktu 45 menit dengan pesawat terbang.</li><li>Tentu saja, majalah Cycling harus menyediakan halaman khusus untuk anggota Pramuka.</li><li>Bangsa Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus 1945.</li></ol><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p><br>&nbsp;</p>

  1. Untuk efektivitas belajar bahasa Inggris, rektor Universitas Islam Jakarta memfasilitasi laboratorium bahasa, infokus, dan komputer.
  2. Perjalanan Jakarta-Padang dapat ditempuh dalam waktu 45 menit dengan pesawat terbang.
  3. Tentu saja, majalah Cycling harus menyediakan halaman khusus untuk anggota Pramuka.
  4. Bangsa Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus 1945.

 

 

 


 


Iklan

Iklan

Salsabila M

Community

31 Maret 2024 03:19

Jawaban terverifikasi

<p>Berikut ini adalah penulisan ulang kalimat-kalimat di atas sesuai dengan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia):</p><ol><li>Untuk efektivitas belajar bahasa Inggris, rektor Universitas Islam Jakarta memfasilitasi laboratorium bahasa, infokus, dan komputer.</li><li>Perjalanan Jakarta-Padang dapat ditempuh selama 45 menit dengan pesawat terbang.</li><li>Tentu saja, majalah Cycling harus menyediakan halaman khusus untuk anggota pramuka.</li><li>Bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus 1945.</li></ol>

Berikut ini adalah penulisan ulang kalimat-kalimat di atas sesuai dengan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia):

  1. Untuk efektivitas belajar bahasa Inggris, rektor Universitas Islam Jakarta memfasilitasi laboratorium bahasa, infokus, dan komputer.
  2. Perjalanan Jakarta-Padang dapat ditempuh selama 45 menit dengan pesawat terbang.
  3. Tentu saja, majalah Cycling harus menyediakan halaman khusus untuk anggota pramuka.
  4. Bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus 1945.

lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

H.B. Jassin, Paus Sastra Indonesia H.B Jassin merupakan tokoh sastra Indonesia kelahiran Gorontalo, pada tanggal 31 juli 1917. Bernama lengkap Hans Bague Jassin, ia adalah tokoh yang banyak mempunyai andil dalam kemajuan sastra di tanah air kita ini. Pemerhati yang amat berjasa dalam mengembangkan sastra dan tata bahasa Indonesia. Masih segar dalam catatan sejarah sastra dan kebudayaan di Indonesia, tentang kurang lebih 30 ribuan koleksi H.B. Jassin baik berupa buku, majalah sastra, guntingan surat kabar, dan catatan-catatan pribadi dari pengarang yang ada di Indonesia. Kini koleksi itu tersimpan di pusat dokumentasi sastra H.B. Jassin di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Hal itu membuktikan bahwa H.B. Jassin sangat peduli dengan sastra dan menjalaninya dengan ketekunan, sebab butuh ketelitian yang lebih dalam menata koleksi-koleksi sastra yang berhasil dihimpun. Tidak dapat dipungkiri, fakta tentang besarnya pengaruh H.B. Jassin di kalangan sesama sastrawan, bahkan H.B. Jassin sampai dijuluki "Paus Sastra Indonesia" oleh Gajus Siagian. Hal ini terjadi karena pada waktu itu, setiap sastrawan akan benar-benar diterima di kalangan sastrawan Indonesia pada waktu itu apabila telah mendapat pengakuan dari H.B. Jassin. Agak berlebihan memang, tetapi itulah fakta yang terjadi pada waktu itu. Contoh yang paling dikenal adalah Chairil Anwar yang dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor angkatan 45. Sampai-sampai Prof. A.A. Teeuw yang juga seorang ahli sastra Indonesia pun menyempatkan diri untuk memberi sebuah julukan lain bagi H.B. Jassin, yaitu "Wali Penjaga Sastra Indonesia." Semasa hidupnya, H.B. Jassin adalah sosok yang sangat peduli dengan sastra dan perkembangannya di Indonesia. Ia memberikan perhatiannya dari waktu ke waktu dalam mendorong kemajuan sastra dan kebudayaan di Indonesia. H.B. Jassin juga dikenal oleh banyak kalangan sebagai kritisi sastra terkemuka Indonesia, dan kesemuanya itu bukanlah asal kritikan yang tanpa memiliki dasar. Hal itu disebabkan H.B. Jassin yang memiliki dokumntasi sastra pribadi yang paling lengkap, yang sudah pasti menjadi acuannya, sebagai bahan perbandingan yang yang relevan. H.B. Jassin merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Ayahnya bernama Bague Mantu Jassin, seorang kerani (pegawai) Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), dan ibunya bernama Habiba Jau. Kegemarannya dalam membaca telah terlihat ketika memulai pendidikannya di Hollansislanse School (HIS). Dari sini pulalah ia mulai mengenal hal-hal tentang sastra, terutama mengarang dan puisi. Bakatnya itu semakin jelas terlihat setelah tamat MULO, yaitu ketika dia di HBS yang dijalaninya di Medan, karena mengikuti ayahnya yang pada waktu itu harus pindah ke BPM di Pangkalan Brandan. Beberapa karyanya telah dimuat di majalah pada waktu itu. Setelah tamat dari HBS, H.B. Jassin bekerja di kantor Asisten Residen Gorontalo. Walaupun hal itu dilakoni dengan tanpa menerima gaji, namun memberinya banyak kesempatan untuk dapat mempelajari cara membuat dokumentasi secara baik. Kemudian H.B. Jassin menerima tawaran pekerjaan dari Sutan Takdir Alisjahbana, yang pada waktu itu adalah redaktur majalah Balai Poestaka tahun 1940. Selama bekerja di Balai Pustaka, H.B. Jassin menulis juga beberapa cerpen dan sajak. Kemudian H.B. Jassin pindah ke bidang kritik serta dokumentasi sastra. Semasa di Balai Pustaka ini jugalah, H.B. Jassin mulai mengenal banyak sastrawan yang telah lebih dahulu dikenal. Ketika pindah di bidang kritik serta dokumentasi sastra, H.B. Jassin banyak belajar tentang bagaimana cara membuat sebuah timbangan buku yang baik, dan hal ini dia perolehnya dari Armin Pane. H.B. Jassin juga pernah menjadi redaktur di beberapa majalah sastra dan budaya seperti Horison, Mimbar Indonesia, Pandji Poestaka, Pantja Raja, Zenith, Kisah, Sastra, Buku Kita dan Medan Ilmu Pengetahuan. Gelar kesarjananya dari jurusan sastra di Fakultas Sastra Universitas Indonesia diperolehnya pada tahun 1957. Kemudian doktor sastra modern ini memperoleh doktor honoris causa-nya juga di Universitas Indonesia. H.B. Jassin juga sempat mendalami ilmu tentang perbandingan sastra di Universitas Yale, Amerika Serikat. H.B. Jassin adalah tipe sastrawan yang lebih banyak menulis dan sangat berhati-hati ketika berbicara. Kehati-hatiannya ini, membuat dia kadang menolak ketika didaulat untuk berbicara di depan publik pada kegiatan-kegiatan resmi, seperti seminar atau simposium. Tawaran untuk dia agar tampil sebagai pembicara, pasti akan ditampiknya, jika sadar bahwa ujung-ujungnya akan menghasilkan sebuah perdebatan. Dia pernah dikecam setelah menandatangani Manifestasi Kebudayaan (Manikebu). Oleh kelompok Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), H.B. Jassin dianggap sosok yang anti-Soekarno. Oleh karena itu, dia dipecat sebagai staf pengajar di Universitas Indonesia dan dari lembaga bahasa. Cerpen karangan H.B. Jassin yang berjudul "Panji Kusmin, Langit Makin Mendung", yang dimuat pada majalah sastra, 1971 bahkan sempat dianggap menghina Tuhan, yang berujung sampai ke persidangan. Di pengadilan, H.B. Jassin diminta untuk mengungkapkan siapa tokoh yang bernama Ki Panji Kusmin dalam cerpen itu. Satu tahun penjara dengan masa percobaan dua tahun adalah imbalan, karena H.B. Jassin menolak untuk mengungkapkan tentang siapa Ki Panji Kusmin. Perceraian H.B. Jassin dengan Tientje van Buren adalah riwayat dari 3 kali menikah yang dialaminya. Istri kedua dari tokoh yang memiliki 4 orang anak ini adalah Arsiti, yang kemudian meninggal pada tahun 1962 setelah memberinya 2 orang anak. Satu lagi wanita bernama Yuliko Willem adalah istri terakhir H.B. Jassin yang juga memberinya 2 orang anak. H.B. Jassin meninggal di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, pada tanggal 11 maret 2000, dalam usia 83 tahun. Sebagai penghormatan pemerintah Republik Indonesia atas jasa-jasa beliau, H.B. Jassin dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta. Sastrawan besar itu telah pergi untuk selamanya, namun jasa dan pengabdiannya dalam membesarkan sastra dan kebudayaan di tanah air, akan selalu ada dalam kenangan sejarah bangsa ini. Sastrawan sekaligus pengkritik sastra indonesia ini meninggalkan banyak bukti otentik tentang lingkaran sejarah sastra dan kesusastraan di tanah air ini. Tak kurang, sebuah pernyataan almarhum mantan presiden Kyai Haji Abdurahman Wahid atau Gus Dur yang menerangkan, "saya dibesarkan dalam tulisan beliau dalam mimbar Indonesia dan pada beberapa buku, saya menghormati beliau, karena beliau adalah raksasa tern pat kita berutang kepadanya". Gus Dur adalah pengagum salah satu tulisan H.B. Jassin yang berjudul "Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai," yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1954. (Dicuplik dengan penggubahan dari www.pendjarasoetji.blogspot.co.idjtakoh-sastra-indonesia. html) 8a. Apa yang membuat H.B. Jassin istimewa atau menarik?

46

0.0

Jawaban terverifikasi

H.B. Jassin, Paus Sastra Indonesia H.B Jassin merupakan tokoh sastra Indonesia kelahiran Gorontalo, pada tanggal 31 juli 1917. Bernama lengkap Hans Bague Jassin, ia adalah tokoh yang banyak mempunyai andil dalam kemajuan sastra di tanah air kita ini. Pemerhati yang amat berjasa dalam mengembangkan sastra dan tata bahasa Indonesia. Masih segar dalam catatan sejarah sastra dan kebudayaan di Indonesia, tentang kurang lebih 30 ribuan koleksi H.B. Jassin baik berupa buku, majalah sastra, guntingan surat kabar, dan catatan-catatan pribadi dari pengarang yang ada di Indonesia. Kini koleksi itu tersimpan di pusat dokumentasi sastra H.B. Jassin di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Hal itu membuktikan bahwa H.B. Jassin sangat peduli dengan sastra dan menjalaninya dengan ketekunan, sebab butuh ketelitian yang lebih dalam menata koleksi-koleksi sastra yang berhasil dihimpun. Tidak dapat dipungkiri, fakta tentang besarnya pengaruh H.B. Jassin di kalangan sesama sastrawan, bahkan H.B. Jassin sampai dijuluki "Paus Sastra Indonesia" oleh Gajus Siagian. Hal ini terjadi karena pada waktu itu, setiap sastrawan akan benar-benar diterima di kalangan sastrawan Indonesia pada waktu itu apabila telah mendapat pengakuan dari H.B. Jassin. Agak berlebihan memang, tetapi itulah fakta yang terjadi pada waktu itu. Contoh yang paling dikenal adalah Chairil Anwar yang dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor angkatan 45. Sampai-sampai Prof. A.A. Teeuw yang juga seorang ahli sastra Indonesia pun menyempatkan diri untuk memberi sebuah julukan lain bagi H.B. Jassin, yaitu "Wali Penjaga Sastra Indonesia." Semasa hidupnya, H.B. Jassin adalah sosok yang sangat peduli dengan sastra dan perkembangannya di Indonesia. Ia memberikan perhatiannya dari waktu ke waktu dalam mendorong kemajuan sastra dan kebudayaan di Indonesia. H.B. Jassin juga dikenal oleh banyak kalangan sebagai kritisi sastra terkemuka Indonesia, dan kesemuanya itu bukanlah asal kritikan yang tanpa memiliki dasar. Hal itu disebabkan H.B. Jassin yang memiliki dokumntasi sastra pribadi yang paling lengkap, yang sudah pasti menjadi acuannya, sebagai bahan perbandingan yang yang relevan. H.B. Jassin merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Ayahnya bernama Bague Mantu Jassin, seorang kerani (pegawai) Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), dan ibunya bernama Habiba Jau. Kegemarannya dalam membaca telah terlihat ketika memulai pendidikannya di Hollansislanse School (HIS). Dari sini pulalah ia mulai mengenal hal-hal tentang sastra, terutama mengarang dan puisi. Bakatnya itu semakin jelas terlihat setelah tamat MULO, yaitu ketika dia di HBS yang dijalaninya di Medan, karena mengikuti ayahnya yang pada waktu itu harus pindah ke BPM di Pangkalan Brandan. Beberapa karyanya telah dimuat di majalah pada waktu itu. Setelah tamat dari HBS, H.B. Jassin bekerja di kantor Asisten Residen Gorontalo. Walaupun hal itu dilakoni dengan tanpa menerima gaji, namun memberinya banyak kesempatan untuk dapat mempelajari cara membuat dokumentasi secara baik. Kemudian H.B. Jassin menerima tawaran pekerjaan dari Sutan Takdir Alisjahbana, yang pada waktu itu adalah redaktur majalah Balai Poestaka tahun 1940. Selama bekerja di Balai Pustaka, H.B. Jassin menulis juga beberapa cerpen dan sajak. Kemudian H.B. Jassin pindah ke bidang kritik serta dokumentasi sastra. Semasa di Balai Pustaka ini jugalah, H.B. Jassin mulai mengenal banyak sastrawan yang telah lebih dahulu dikenal. Ketika pindah di bidang kritik serta dokumentasi sastra, H.B. Jassin banyak belajar tentang bagaimana cara membuat sebuah timbangan buku yang baik, dan hal ini dia perolehnya dari Armin Pane. H.B. Jassin juga pernah menjadi redaktur di beberapa majalah sastra dan budaya seperti Horison, Mimbar Indonesia, Pandji Poestaka, Pantja Raja, Zenith, Kisah, Sastra, Buku Kita dan Medan Ilmu Pengetahuan. Gelar kesarjananya dari jurusan sastra di Fakultas Sastra Universitas Indonesia diperolehnya pada tahun 1957. Kemudian doktor sastra modern ini memperoleh doktor honoris causa-nya juga di Universitas Indonesia. H.B. Jassin juga sempat mendalami ilmu tentang perbandingan sastra di Universitas Yale, Amerika Serikat. H.B. Jassin adalah tipe sastrawan yang lebih banyak menulis dan sangat berhati-hati ketika berbicara. Kehati-hatiannya ini, membuat dia kadang menolak ketika didaulat untuk berbicara di depan publik pada kegiatan-kegiatan resmi, seperti seminar atau simposium. Tawaran untuk dia agar tampil sebagai pembicara, pasti akan ditampiknya, jika sadar bahwa ujung-ujungnya akan menghasilkan sebuah perdebatan. Dia pernah dikecam setelah menandatangani Manifestasi Kebudayaan (Manikebu). Oleh kelompok Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), H.B. Jassin dianggap sosok yang anti-Soekarno. Oleh karena itu, dia dipecat sebagai staf pengajar di Universitas Indonesia dan dari lembaga bahasa. Cerpen karangan H.B. Jassin yang berjudul "Panji Kusmin, Langit Makin Mendung", yang dimuat pada majalah sastra, 1971 bahkan sempat dianggap menghina Tuhan, yang berujung sampai ke persidangan. Di pengadilan, H.B. Jassin diminta untuk mengungkapkan siapa tokoh yang bernama Ki Panji Kusmin dalam cerpen itu. Satu tahun penjara dengan masa percobaan dua tahun adalah imbalan, karena H.B. Jassin menolak untuk mengungkapkan tentang siapa Ki Panji Kusmin. Perceraian H.B. Jassin dengan Tientje van Buren adalah riwayat dari 3 kali menikah yang dialaminya. Istri kedua dari tokoh yang memiliki 4 orang anak ini adalah Arsiti, yang kemudian meninggal pada tahun 1962 setelah memberinya 2 orang anak. Satu lagi wanita bernama Yuliko Willem adalah istri terakhir H.B. Jassin yang juga memberinya 2 orang anak. H.B. Jassin meninggal di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, pada tanggal 11 maret 2000, dalam usia 83 tahun. Sebagai penghormatan pemerintah Republik Indonesia atas jasa-jasa beliau, H.B. Jassin dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta. Sastrawan besar itu telah pergi untuk selamanya, namun jasa dan pengabdiannya dalam membesarkan sastra dan kebudayaan di tanah air, akan selalu ada dalam kenangan sejarah bangsa ini. Sastrawan sekaligus pengkritik sastra indonesia ini meninggalkan banyak bukti otentik tentang lingkaran sejarah sastra dan kesusastraan di tanah air ini. Tak kurang, sebuah pernyataan almarhum mantan presiden Kyai Haji Abdurahman Wahid atau Gus Dur yang menerangkan, "saya dibesarkan dalam tulisan beliau dalam mimbar Indonesia dan pada beberapa buku, saya menghormati beliau, karena beliau adalah raksasa tern pat kita berutang kepadanya". Gus Dur adalah pengagum salah satu tulisan H.B. Jassin yang berjudul "Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai," yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1954. (Dicuplik dengan penggubahan dari www.pendjarasoetji.blogspot.co.idjtakoh-sastra-indonesia. html) 8c. Kata sifat apa yang mungkin akan sering kamu gunakan untuk menggambarkan H.B. Jassin?

96

0.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan