Erina F

24 April 2024 05:28

Iklan

Iklan

Erina F

24 April 2024 05:28

Pertanyaan

pelanggaran norma cerita orang Indonesia jepang


4

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

ItsmeJacky I

25 April 2024 06:36

Jawaban terverifikasi

<p><strong>Dari Orang Jepang ke Norma Sosial</strong></p><p>Mengapa orang Jepang lebih disiplin daripada kita? Nyaris segala aspek hidupnya sudah tertata rapi, terutama dalam hal karier dan pendidikan. Bagaimana mereka menjaga kestabilan sosial dan menghormati norma-norma budaya mereka?</p><p>Konsep yang menarik untuk memahami perbedaan ini adalah <strong>“Guilt-shame-fear Spectrum of Culture”</strong>. Ini adalah cara kultur atau budaya dalam suatu masyarakat menjaga kestabilan sosialnya. Mengapa kestabilan sosial harus dijaga? Karena masyarakat yang stabil memungkinkan terjadinya interaksi sosial positif yang lancar. Dengan demikian, sumber daya dapat diperoleh, dimanfaatkan, dan dijual dengan lebih mudah.</p><p>Ada tiga unsur budaya yang memainkan peran penting dalam menjaga norma-norma sosial:</p><p><strong>1. Rasa Menyesal (Guilt)</strong>: Masyarakat yang memiliki kontrol sosial berbasis rasa menyesal cenderung menaati norma agar terhindar dari perasaan menyesal. Perasaan ini muncul karena perbuatan melanggar nilai-nilai hidup atau agama seseorang. Misalnya, mencuri adalah tindakan yang dilarang dalam agama, dan orang yang melakukannya akan merasa menyesal karena tahu bahwa mencuri mengambil hak orang lain yang bukan miliknya.</p><p><strong>2. Rasa Malu (Shame)</strong>: Rasa malu bukan hanya perasaan sementara, tetapi juga hukuman sosial dari masyarakat. Orang yang melanggar norma akan merasa malu di depan tetangga dan digunjingkan. Rasa malu ini memotivasi mereka untuk mematuhi norma.</p><p><strong>3. Rasa Takut (Fear)</strong>: Masyarakat yang mengandalkan kontrol sosial berbasis rasa takut mematuhi norma karena takut akan konsekuensi negatif. Contohnya, takut mendapat dosa atau hukuman di akhirat jika melanggar norma agama.</p><p>Jadi, orang Jepang mungkin lebih disiplin karena budaya mereka menggabungkan ketiga unsur ini dengan baik. Mereka mematuhi norma dengan rasa menyesal, merasa malu jika melanggar, dan takut akan konsekuensi negatif. Semua ini berkontribusi pada kestabilan sosial yang tinggi di Jepang.</p><p>Selain itu, jika Anda tertarik memahami lebih dalam tentang etiket dan protokol di Jepang, berikut adalah garis besar beberapa aturan dasar yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan masyarakat Jepang.</p>

Dari Orang Jepang ke Norma Sosial

Mengapa orang Jepang lebih disiplin daripada kita? Nyaris segala aspek hidupnya sudah tertata rapi, terutama dalam hal karier dan pendidikan. Bagaimana mereka menjaga kestabilan sosial dan menghormati norma-norma budaya mereka?

Konsep yang menarik untuk memahami perbedaan ini adalah “Guilt-shame-fear Spectrum of Culture”. Ini adalah cara kultur atau budaya dalam suatu masyarakat menjaga kestabilan sosialnya. Mengapa kestabilan sosial harus dijaga? Karena masyarakat yang stabil memungkinkan terjadinya interaksi sosial positif yang lancar. Dengan demikian, sumber daya dapat diperoleh, dimanfaatkan, dan dijual dengan lebih mudah.

Ada tiga unsur budaya yang memainkan peran penting dalam menjaga norma-norma sosial:

1. Rasa Menyesal (Guilt): Masyarakat yang memiliki kontrol sosial berbasis rasa menyesal cenderung menaati norma agar terhindar dari perasaan menyesal. Perasaan ini muncul karena perbuatan melanggar nilai-nilai hidup atau agama seseorang. Misalnya, mencuri adalah tindakan yang dilarang dalam agama, dan orang yang melakukannya akan merasa menyesal karena tahu bahwa mencuri mengambil hak orang lain yang bukan miliknya.

2. Rasa Malu (Shame): Rasa malu bukan hanya perasaan sementara, tetapi juga hukuman sosial dari masyarakat. Orang yang melanggar norma akan merasa malu di depan tetangga dan digunjingkan. Rasa malu ini memotivasi mereka untuk mematuhi norma.

3. Rasa Takut (Fear): Masyarakat yang mengandalkan kontrol sosial berbasis rasa takut mematuhi norma karena takut akan konsekuensi negatif. Contohnya, takut mendapat dosa atau hukuman di akhirat jika melanggar norma agama.

Jadi, orang Jepang mungkin lebih disiplin karena budaya mereka menggabungkan ketiga unsur ini dengan baik. Mereka mematuhi norma dengan rasa menyesal, merasa malu jika melanggar, dan takut akan konsekuensi negatif. Semua ini berkontribusi pada kestabilan sosial yang tinggi di Jepang.

Selain itu, jika Anda tertarik memahami lebih dalam tentang etiket dan protokol di Jepang, berikut adalah garis besar beberapa aturan dasar yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan masyarakat Jepang.


Iklan

Iklan

Nanda R

Gold

26 April 2024 10:45

Jawaban terverifikasi

<p>Sebuah contoh cerita tentang pelanggaran norma antara orang Indonesia dan Jepang mungkin seperti ini:</p><p>Di suatu hari, seorang pelajar Indonesia yang baru saja tiba di Jepang untuk belajar bahasa dan budaya Jepang di sebuah sekolah bahasa. Saat di kelas, guru memberikan instruksi kepada siswa untuk selalu membersihkan tempat duduk mereka setiap selesai pelajaran. Namun, pelajar Indonesia tersebut tidak melakukannya, karena di Indonesia, biasanya petugas kebersihan yang bertanggung jawab membersihkan ruangan kelas.</p><p>Rekan-rekan sekelasnya dari Jepang yang melihat perilaku tersebut menjadi tidak nyaman dan terkejut, karena di budaya Jepang, membersihkan lingkungan adalah norma yang sangat dijunjung tinggi, dan mereka menganggap pelajar Indonesia tersebut tidak menghormati aturan dan lingkungan sekolah mereka.</p><p>Ketika guru menegur pelajar Indonesia tersebut, dia merasa bingung dan tidak mengerti mengapa harus melakukan hal tersebut, karena di negara asalnya, itu bukanlah tugas siswa. Akibatnya, terjadi ketegangan antara pelajar Indonesia dan rekan-rekan sekelasnya serta guru, karena perbedaan pemahaman tentang norma dan nilai budaya antara Indonesia dan Jepang.</p><p>Dalam cerita ini, pelanggaran norma terjadi karena perbedaan budaya antara kedua negara. Hal ini menunjukkan pentingnya pemahaman dan penghargaan terhadap norma dan nilai budaya setiap negara untuk menghindari konflik dan ketegangan sosial.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p><br>&nbsp;</p>

Sebuah contoh cerita tentang pelanggaran norma antara orang Indonesia dan Jepang mungkin seperti ini:

Di suatu hari, seorang pelajar Indonesia yang baru saja tiba di Jepang untuk belajar bahasa dan budaya Jepang di sebuah sekolah bahasa. Saat di kelas, guru memberikan instruksi kepada siswa untuk selalu membersihkan tempat duduk mereka setiap selesai pelajaran. Namun, pelajar Indonesia tersebut tidak melakukannya, karena di Indonesia, biasanya petugas kebersihan yang bertanggung jawab membersihkan ruangan kelas.

Rekan-rekan sekelasnya dari Jepang yang melihat perilaku tersebut menjadi tidak nyaman dan terkejut, karena di budaya Jepang, membersihkan lingkungan adalah norma yang sangat dijunjung tinggi, dan mereka menganggap pelajar Indonesia tersebut tidak menghormati aturan dan lingkungan sekolah mereka.

Ketika guru menegur pelajar Indonesia tersebut, dia merasa bingung dan tidak mengerti mengapa harus melakukan hal tersebut, karena di negara asalnya, itu bukanlah tugas siswa. Akibatnya, terjadi ketegangan antara pelajar Indonesia dan rekan-rekan sekelasnya serta guru, karena perbedaan pemahaman tentang norma dan nilai budaya antara Indonesia dan Jepang.

Dalam cerita ini, pelanggaran norma terjadi karena perbedaan budaya antara kedua negara. Hal ini menunjukkan pentingnya pemahaman dan penghargaan terhadap norma dan nilai budaya setiap negara untuk menghindari konflik dan ketegangan sosial.

 

 

 


 


lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu. Adapun dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika. Ide pokok pada bacaan tersebut adalah a. menceritakan keluarga Bung Karno b. presiden pertama RI yang kerap dipanggil Bung Karno lahir di Blitar dan meninggal di Jakarta. C. semasa hidupnya mempunyai tiga istri dan delapan anak d. ia memiliki istri yang berasal dari Jepang yakni, Naoko Nemoto e. ia merupakan keturunan ningrat

10

0.0

Jawaban terverifikasi