Muhammad R

24 September 2024 13:53

Iklan

Muhammad R

24 September 2024 13:53

Pertanyaan

munculnya gerakan di/tii kartosuwiryo disebabkan oleh.... a. rasa tidak puas terhadap pemerintahan ri b. rasa tidak puas terhadap hasil perjanjian renville c. keinginan kartosuwiryo mendirikan negara berdasarkan hukum islam d. rasa tidak puas terhadap hijrahnya pasukan tni ke jawa tengah

munculnya gerakan di/tii kartosuwiryo disebabkan oleh.... a. rasa tidak puas terhadap pemerintahan ri b. rasa tidak puas terhadap hasil perjanjian renville c. keinginan kartosuwiryo mendirikan negara berdasarkan hukum islam d. rasa tidak puas terhadap hijrahnya pasukan tni ke jawa tengah

8 dari 10 siswa nilainya naik

dengan paket belajar pilihan

Habis dalam

01

:

14

:

32

:

30

Klaim

1

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Miracle A

24 September 2024 14:36

Jawaban terverifikasi

<p>Halo, sobat Robo Guru! ๐Ÿ‘‹ Apa kabar nih? Balik lagi bareng Miracle, siap bantu kamu jawab semua pertanyaan dengan santai dan asik! ๐Ÿ˜Ž Yuk, langsung aja kita bahas di bawah ini. Stay tuned ya! ๐Ÿš€</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. Gerakan ini dimulai pada tahun 1949 di Jawa Barat dan bertujuan mendirikan negara Islam di Indonesia. Untuk memahami latar belakang munculnya gerakan ini, mari kita bahas beberapa faktor secara rinci.</p><h2>&nbsp;</h2><h2><i><strong><u>โžผ Kartosuwiryo dan Ideologi Negara Islam</u></strong></i></h2><p>Kartosuwiryo adalah seorang ulama dan politisi yang sejak muda terlibat dalam gerakan Islam dan nasionalisme. Ia pernah bergabung dengan Partai Sarekat Islam, di mana ide-ide tentang Islam sebagai dasar negara mulai terbentuk dalam pemikirannya. Bagi Kartosuwiryo, perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya sekadar melawan penjajahan, tetapi juga harus menghasilkan sebuah negara yang berdasarkan hukum Islam. Ketika Indonesia merdeka pada 1945, Kartosuwiryo merasa bahwa negara yang terbentuk, Republik Indonesia, tidak sesuai dengan cita-cita Islam yang diinginkannya.</p><h2>&nbsp;</h2><h2><i><strong><u>โžผ Rasa Tidak Puas Terhadap Pemerintahan Republik Indonesia</u></strong></i></h2><p>Salah satu faktor penting yang mendorong munculnya gerakan DI/TII adalah rasa tidak puas terhadap pemerintahan Republik Indonesia (RI). Pada awal kemerdekaan, Indonesia menghadapi banyak tantangan, baik internal maupun eksternal. Pemerintahan RI dianggap oleh Kartosuwiryo sebagai pemerintahan yang sekuler dan tidak mengedepankan nilai-nilai Islam. Kebijakan pemerintahan saat itu lebih condong pada konsep negara kebangsaan (nation-state) yang pluralis, bukan negara berdasarkan syariat Islam. Kartosuwiryo dan para pengikutnya merasa bahwa perjuangan Islam kurang diperhatikan dalam sistem pemerintahan RI.</p><p>&nbsp;</p><h2><i><strong><u>โžผ Hasil Perjanjian Renville (1948)</u></strong></i></h2><p>Perjanjian Renville yang ditandatangani pada 1948 antara Republik Indonesia dan Belanda menjadi salah satu pemicu penting gerakan DI/TII. Perjanjian ini membatasi wilayah kekuasaan RI dan mengakibatkan hijrahnya pasukan TNI dari Jawa Barat ke Jawa Tengah, karena wilayah Jawa Barat dianggap sebagai bagian dari "daerah pendudukan Belanda". Bagi Kartosuwiryo, hasil perjanjian ini sangat mengecewakan, karena ia melihat bahwa pemerintah RI menyerah pada Belanda dan mengabaikan perjuangan para pejuang di daerah Jawa Barat. Rasa kecewa ini semakin memperkuat posisinya untuk mendirikan negara sendiri yang didasarkan pada syariat Islam.</p><p>&nbsp;</p><h2><i><strong><u>โžผ Keinginan Mendirikan Negara Islam</u></strong></i></h2><p>Faktor utama dan paling signifikan dari munculnya gerakan DI/TII adalah keinginan Kartosuwiryo untuk mendirikan negara yang berdasarkan hukum Islam. Ia memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada 7 Agustus 1949 di desa Cisampah, Jawa Barat. Kartosuwiryo percaya bahwa hanya dengan dasar Islam, Indonesia bisa mencapai kemakmuran dan keadilan yang hakiki. Proklamasi ini menjadi titik awal pemberontakan DI/TII di berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan.</p><h2>&nbsp;</h2><h2><i><strong><u>โžผ Konflik dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI)</u></strong></i></h2><p>Hijrahnya pasukan TNI dari Jawa Barat sebagai bagian dari kesepakatan Perjanjian Renville juga menimbulkan ketidakpuasan di kalangan pejuang di daerah tersebut. Kartosuwiryo dan pengikutnya merasa ditinggalkan oleh pemerintah RI, karena pasukan yang seharusnya melindungi wilayah mereka malah ditarik mundur. Hal ini memperkuat sikap oposisi Kartosuwiryo terhadap pemerintah pusat. Kartosuwiryo pun membentuk pasukan sendiri, yaitu Tentara Islam Indonesia (TII), yang berfungsi sebagai kekuatan militer bagi Negara Islam Indonesia.</p><h2>&nbsp;</h2><h2><i><strong><u>โžผ Dukungan dari Kaum Islamis</u></strong></i></h2><p>Gerakan DI/TII juga mendapatkan dukungan dari sebagian kalangan Islamis yang merasa bahwa aspirasi Islam kurang diakomodasi oleh pemerintahan RI yang bersifat nasionalis-sekuler. Bagi mereka, DI/TII dianggap sebagai perwujudan dari cita-cita untuk mendirikan negara yang menjadikan Islam sebagai dasar hukum dan tatanan sosial. Dukungan ini memungkinkan gerakan DI/TII bertahan selama bertahun-tahun, meskipun mendapat tekanan dari TNI.</p><p>&nbsp;</p><h2><strong>Kesimpulan :</strong></h2><p>Munculnya gerakan DI/TII di bawah pimpinan Kartosuwiryo dipengaruhi oleh kombinasi berbagai faktor, di antaranya:</p><ul><li>Ketidakpuasan terhadap pemerintahan Republik Indonesia yang dianggap tidak berdasarkan syariat Islam.</li><li>Kekecewaan terhadap hasil Perjanjian Renville yang merugikan perjuangan di Jawa Barat.</li><li>Keinginan kuat Kartosuwiryo untuk mendirikan negara yang berdasarkan hukum Islam.</li><li>Rasa tidak puas terhadap keputusan hijrahnya pasukan TNI dari Jawa Barat.</li></ul><p>&nbsp;</p><p>Namun, alasan utama yang mendorong Kartosuwiryo dan gerakan DI/TII adalah <strong>C. Keinginan untuk mendirikan negara Islam</strong> sebagai reaksi terhadap kondisi politik dan ideologi yang berkembang di Indonesia pada saat itu.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>Okay, itu dulu dari Miracle! ๐Ÿ™Œ Kalau ada yang kurang atau salah, feel free buat koreksi ya, sobat. ๐Ÿ˜ Jangan lupa follow Instagram aku di @miracle.nathanael ๐Ÿ“ธ Ayo, kita jadi generasi emas yang keren abis sebagai penerus bangsa! ๐ŸŒŸ Semangat terus!! ๐Ÿ’ช</p>

Halo, sobat Robo Guru! ๐Ÿ‘‹ Apa kabar nih? Balik lagi bareng Miracle, siap bantu kamu jawab semua pertanyaan dengan santai dan asik! ๐Ÿ˜Ž Yuk, langsung aja kita bahas di bawah ini. Stay tuned ya! ๐Ÿš€

 

 

Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. Gerakan ini dimulai pada tahun 1949 di Jawa Barat dan bertujuan mendirikan negara Islam di Indonesia. Untuk memahami latar belakang munculnya gerakan ini, mari kita bahas beberapa faktor secara rinci.

 

โžผ Kartosuwiryo dan Ideologi Negara Islam

Kartosuwiryo adalah seorang ulama dan politisi yang sejak muda terlibat dalam gerakan Islam dan nasionalisme. Ia pernah bergabung dengan Partai Sarekat Islam, di mana ide-ide tentang Islam sebagai dasar negara mulai terbentuk dalam pemikirannya. Bagi Kartosuwiryo, perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya sekadar melawan penjajahan, tetapi juga harus menghasilkan sebuah negara yang berdasarkan hukum Islam. Ketika Indonesia merdeka pada 1945, Kartosuwiryo merasa bahwa negara yang terbentuk, Republik Indonesia, tidak sesuai dengan cita-cita Islam yang diinginkannya.

 

โžผ Rasa Tidak Puas Terhadap Pemerintahan Republik Indonesia

Salah satu faktor penting yang mendorong munculnya gerakan DI/TII adalah rasa tidak puas terhadap pemerintahan Republik Indonesia (RI). Pada awal kemerdekaan, Indonesia menghadapi banyak tantangan, baik internal maupun eksternal. Pemerintahan RI dianggap oleh Kartosuwiryo sebagai pemerintahan yang sekuler dan tidak mengedepankan nilai-nilai Islam. Kebijakan pemerintahan saat itu lebih condong pada konsep negara kebangsaan (nation-state) yang pluralis, bukan negara berdasarkan syariat Islam. Kartosuwiryo dan para pengikutnya merasa bahwa perjuangan Islam kurang diperhatikan dalam sistem pemerintahan RI.

 

โžผ Hasil Perjanjian Renville (1948)

Perjanjian Renville yang ditandatangani pada 1948 antara Republik Indonesia dan Belanda menjadi salah satu pemicu penting gerakan DI/TII. Perjanjian ini membatasi wilayah kekuasaan RI dan mengakibatkan hijrahnya pasukan TNI dari Jawa Barat ke Jawa Tengah, karena wilayah Jawa Barat dianggap sebagai bagian dari "daerah pendudukan Belanda". Bagi Kartosuwiryo, hasil perjanjian ini sangat mengecewakan, karena ia melihat bahwa pemerintah RI menyerah pada Belanda dan mengabaikan perjuangan para pejuang di daerah Jawa Barat. Rasa kecewa ini semakin memperkuat posisinya untuk mendirikan negara sendiri yang didasarkan pada syariat Islam.

 

โžผ Keinginan Mendirikan Negara Islam

Faktor utama dan paling signifikan dari munculnya gerakan DI/TII adalah keinginan Kartosuwiryo untuk mendirikan negara yang berdasarkan hukum Islam. Ia memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada 7 Agustus 1949 di desa Cisampah, Jawa Barat. Kartosuwiryo percaya bahwa hanya dengan dasar Islam, Indonesia bisa mencapai kemakmuran dan keadilan yang hakiki. Proklamasi ini menjadi titik awal pemberontakan DI/TII di berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan.

 

โžผ Konflik dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Hijrahnya pasukan TNI dari Jawa Barat sebagai bagian dari kesepakatan Perjanjian Renville juga menimbulkan ketidakpuasan di kalangan pejuang di daerah tersebut. Kartosuwiryo dan pengikutnya merasa ditinggalkan oleh pemerintah RI, karena pasukan yang seharusnya melindungi wilayah mereka malah ditarik mundur. Hal ini memperkuat sikap oposisi Kartosuwiryo terhadap pemerintah pusat. Kartosuwiryo pun membentuk pasukan sendiri, yaitu Tentara Islam Indonesia (TII), yang berfungsi sebagai kekuatan militer bagi Negara Islam Indonesia.

 

โžผ Dukungan dari Kaum Islamis

Gerakan DI/TII juga mendapatkan dukungan dari sebagian kalangan Islamis yang merasa bahwa aspirasi Islam kurang diakomodasi oleh pemerintahan RI yang bersifat nasionalis-sekuler. Bagi mereka, DI/TII dianggap sebagai perwujudan dari cita-cita untuk mendirikan negara yang menjadikan Islam sebagai dasar hukum dan tatanan sosial. Dukungan ini memungkinkan gerakan DI/TII bertahan selama bertahun-tahun, meskipun mendapat tekanan dari TNI.

 

Kesimpulan :

Munculnya gerakan DI/TII di bawah pimpinan Kartosuwiryo dipengaruhi oleh kombinasi berbagai faktor, di antaranya:

  • Ketidakpuasan terhadap pemerintahan Republik Indonesia yang dianggap tidak berdasarkan syariat Islam.
  • Kekecewaan terhadap hasil Perjanjian Renville yang merugikan perjuangan di Jawa Barat.
  • Keinginan kuat Kartosuwiryo untuk mendirikan negara yang berdasarkan hukum Islam.
  • Rasa tidak puas terhadap keputusan hijrahnya pasukan TNI dari Jawa Barat.

 

Namun, alasan utama yang mendorong Kartosuwiryo dan gerakan DI/TII adalah C. Keinginan untuk mendirikan negara Islam sebagai reaksi terhadap kondisi politik dan ideologi yang berkembang di Indonesia pada saat itu.

 

 

Okay, itu dulu dari Miracle! ๐Ÿ™Œ Kalau ada yang kurang atau salah, feel free buat koreksi ya, sobat. ๐Ÿ˜ Jangan lupa follow Instagram aku di @miracle.nathanael ๐Ÿ“ธ Ayo, kita jadi generasi emas yang keren abis sebagai penerus bangsa! ๐ŸŒŸ Semangat terus!! ๐Ÿ’ช


Iklan

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Iklan