Rini P

13 Januari 2022 09:47

Iklan

Rini P

13 Januari 2022 09:47

Pertanyaan

Menanam Seribu Pohon Karya: Vindasya Almeira Pagi itu, suara Ibu membuat aku terbangun dari tidur. Ibu akan mengajakku pergi ke taman untuk menghadiri acara menanam seribu pohon pada pukul 08.00 nanti. Aku pun bergegas bangun, merapikan tempat tidur, dan pergi ke kamar mandi. Aku mandi pagi. Setelah mandi, aku segera melakukan persiapan. Tidak lupa aku menyiapkan cangkul. Untuk menanam tanaman. Kemudian, aku pergi ke ruang makan dan sarapan pagi. Aku sarapan bersama ayah, ibu, dan Kak Tia (kakakku). Kami sarapan dengan telur dadar, kecap, dan ikan teri. Wah, sedap sekali! Setelah sarapan, kami sekeluarga pergi ke balai desa (warga memang disuruh berkumpul di balai desa) yang lumayan jauh. Kami memilih berjalan kaki daripada naik motor. Dengan berjalan kaki, kami bisa mengurangi polusi udara. Sebaliknya, jika naik motor, kami akan menambah asap yang dapat menyebabkan polusi dan merusak lingkungan. Selain itu, dengan berjalan kaki kami bisa sekaligus berolahraga. Walaupun tempatnya jauh, kami terus berjalan hingga sampai ke tempat tujuan. Sampai di balai desa, kami dan semua warga diberi dua kantong bibit pohon mangga oleh Pak Kades. Satu kantong bibit ditanam di Taman Panca Indah, sedangkan satu kantong bibit yang satu lagi ditanam di pekarangan rumah masing-masing. Setelah berkumpul di balai desa, semua warga pergi ke Taman Panca Indah yang tidak jauh dari balai desa. Kami dan semua warga pergi ke taman bersama, termasuk Pak Kades. Sebagian besar warga membawa peralatan untuk menanam, seperti cangkul, pupuk, dan ember untuk mengambil air. Semua tampak bersemangat untuk menanam seribu pohon. Sesampainya di Taman Panca Indah, semua warga segera membuat persiapan untuk menanam bibit mangga. Mereka segera mencangkuli tanah. Setelah itu, mereka memasukkan bibit pohon mangga ke dalam tanah yang telah di cangkul. Begitu juga denganku. Aku mencangkuli tanah. Aku mencangkuli tanah sampai dalam. Lalu, aku menaruh bibit pohon mangga di dalamnya. Kemudian, aku menguburnya lagi dengan tanah yang sudah kucangkul tadi. Aku melakukannya terus-menerus sampai sekitar 10 kali. Jadi, aku menanam 10 bibit pohon mangga. Aku juga menyiraminya dengan air yang kudapat dari keran air. Huhh! Melelahkan, tetapi aku senang! Setelah melakukan kegiatan menanam seribu pohon, kami diberi segelas jus mangga oleh Pak Kades. Hmm.. enak! Segar sekali! Setiap tegukan membuat tenggorokanku tenang dan menghilangkan haus serta dahaga. Sepertinya, tenaga yang telah terkuras sudah kembali lagi. Sungguh menyenangkan sekali menanam seribu pohon secara bersama-sama. Coba seandainya kami tidak bekerja bakti dan melakukannya sendiri. Pasti sekarang belum selesai! Itulah sebabnya, kita perlu kebersamaan agar bisa menciptakan suatu kebaikan bersama. Sekarang, waktunya kami pulang ke rumah masing-masing! Keesokan harinya, setelah pulang sekolah, aku mengayuh sepedaku keTaman Panca Indah. Sebelum pulang ke rumah, aku ingin melewati Taman Panca Indah. Aku ingin melihat pohon mangga yang kutanam kemarin di sana. Aku ingin mengetahui apakah pohon manggaku sudah tumbuh atau belum. Saatku melewatinya, batang pohon manggaku sudah tumbuh. Sungguh senang hatiku. Aku merasa senang dan bahagia sekali karena bisa menanam pohon. Dengan menanam pohon, kita dapat mengurangi polusi udara, bukan? Kita dapat menebarkan kebaikan kepada semua orang. Manusia dapat merasakan suasana sejuk dan udara segar karena kita menanam pohon yang menghasilkan oksigen bagi manusia. Buah yang nantinya tumbuh juga bisa dimakan oleh banyak orang. Dengan demikian, hidup akan sehat dan gembira, serta kita juga melakukan sesuatu yang mulia bagi semua umat. Bukankah itu menyenangkan? Sumber: http://cerpenmu.com/cerpen-nasihat/menanam-seribu-pohon.html, dengan pengubahan seperlunya. Pesan apakah yang dapat kalian petik dari cerita tersebut?

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

01

:

15

:

59

:

14

Klaim

1

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

N. Nurrohmah

Mahasiswa/Alumni Universitas Pendidikan Indonesia

16 Januari 2022 16:39

Jawaban terverifikasi

Hai, Rini P :) Terima kasih sudah bertanya di Roboguru. Kakak bantu jawab ya. Pesan atau amanat yang dapat diambil dari cerita tersebut adalah kita harus menjaga lingkungan dengan baik dan tanpa paksaan. Untuk memahami alasannya, mari simak pembahasan berikut. Amanat, pesan, atau pembelajaran, semua hal tersebut termasuk ke dalam koda. Pembaca akan diajak untuk mengambil hikmah dari cerpen tersebut. Teks tersebut berjudul "Menanam Seribu Pohon". Dalam teks tersebut menceritakan tentang tokoh Aku yang menghadiri acara menanam seribu pohon di balai desa. Tokoh Aku mendapat dua kantong bibit pohon mangga oleh Pak Kades. Satu kantong bibit ditanam di Taman Panca Indah, sedangkan satu kantong bibit yang satu lagi ditanam di pekarangan rumah masing-masing. Tokoh Aku menanam 10 bibit pohon mangga. Seandainya para warga tersebut tidak bekerja bakti dan melakukannya sendiri. Pasti pekerjaan menanam pohon mangga tidak akan selesai cepat. Hal inilah yang menyebabkan permasalah dari teks tersebut. Tokoh Aku mengatakan kita perlu kebersamaan agar bisa menciptakan suatu kebaikan bersama. Dengan demikian, pesan atau amanat yang dapat diambil dari cerita tersebut adalah kita harus menjaga lingkungan dengan baik dan tanpa paksaan. Bumi sudah melakukan hal yang baik buat kita. Tapi mengapa kita membalasnya dengan cara merusak? Itulah yang harus kita pikirkan mulai sekarang. Kita harus merawat bumi seperti bumi memberi kebaikan oleh kita. Semoga membantu ya :)


Iklan

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

Roboguru Plus

Dapatkan pembahasan soal ga pake lama, langsung dari Tutor!

Chat Tutor

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Dalam teks eksplanasi, pernyataan umum, isi, dan penutup harus berkaitan dan saling ... . a. memahami b. mendorong c. menggambarkan d. menjelaskan

27

5.0

Jawaban terverifikasi