Muhamad R

27 Februari 2024 02:53

Iklan

Muhamad R

27 Februari 2024 02:53

Pertanyaan

Mau nanya ini gimana ya penjelasannya kenapa bisa tiba-tiba berubah dari foto 2 jadi foto 3 Ini soal UTBK bagian Pengetahuan Kuantitatif > Bedah soal tipe bilangan > Video 1 > menit 16:00

Mau nanya ini gimana ya penjelasannya kenapa bisa tiba-tiba berubah dari foto 2 jadi foto 3

Ini soal UTBK bagian Pengetahuan Kuantitatif > Bedah soal tipe bilangan > Video 1 > menit 16:00

alt
alt
alt

8 dari 10 siswa nilainya naik

dengan paket belajar pilihan

Habis dalam

02

:

13

:

18

:

32

Klaim

1

1


Iklan

Tjendana T

Community

27 Februari 2024 05:39

<p><strong>Pembahasan&nbsp;</strong></p><p>(-2 + p)/p = 6 - [(-2 + p)/p]&nbsp;</p><p>&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; = (6p/p) &nbsp;- [(-2 + p)/p]&nbsp;</p><p>&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; = (6p + 2 - p)/p</p><p>&nbsp;</p><p>6 = 6p/p, disamakan penyebutnya kemudian tanda kurung pada pembilang dibuka.&nbsp;</p><p>Perhatikan tanda "-" dan "+" (perkalian) saat buka kurung</p>

Pembahasan 

(-2 + p)/p = 6 - [(-2 + p)/p] 

                    = (6p/p)  - [(-2 + p)/p] 

                    = (6p + 2 - p)/p

 

6 = 6p/p, disamakan penyebutnya kemudian tanda kurung pada pembilang dibuka. 

Perhatikan tanda "-" dan "+" (perkalian) saat buka kurung


Iklan

Mau jawaban yang terverifikasi?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

Roboguru Plus

Dapatkan pembahasan soal ga pake lama, langsung dari Tutor!

Chat Tutor

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

1.Bacalah kutipan drama berikut! Abah: "Kalau cari suami harus yang jelas masa depannya, jangan seperti si Kabayan!" Iteung: "Tapi Kang Kabayan mah baik nyaah sama Iteung." Abah: "Baik? Baik apanya? Kalau memang baik pasti suka ngirim uang, paling sedikit ngirim ikan kesenangan Abah. Ikan gurame!" Ambu: "Abah teh kumaha. Apa-apa selalu saja diukur pakai uang." Tokoh Iteung pada kutipan drama tersebut akan lebih menarik jika menggunakan kostum a. celana panjang dan kaos dengan rambut panjang dibiarkan terurai b. celana panjang dan kaos dengan rambut dikepang dua c. kebaya dan celana panjang dengan rambut dibiarkan terurai d. kebaya dan kain dengan rambut di kepang dua 2.Jo : "Hey, jalan yang bener dong!" (keluar dari mobil) Yuda: (tampak terkejut dan menguasai diri) "Maaf Pak." Jo: (melotot) "Maaf, maaf!" (1) Bapak: "Sudahlah Jo, dia sudah minta maaf kok, lagi pula ayah buru- buru nanti terlambat ke kantor." (cepat menyusul keluar dari mobil) Jo : "Tidak bisa, dia harus diberi pela- jaran!" (nyaris melayangkan tinju) (2) Bapak : "Sabar Jo. (melihat kasihan pada Yuda) "Kau pergilah, Nak!" Yuda : "Terima kasih, Pak!" (3) Bapak "Hey, apa yang kau bawa, Nak?" (heran) "Kamu jual lukisan?" Yuda : "lya Pak, ini lukisan kaca." (4) Bapak: "Sungguh baru kali ini aku melihat lukisan kaca, biasanya saya di rumah memajang lukisan kanvas, lukisan kertas, lukisan bulu, dan lain-lain. Tapi, lukisan ini? Ah ya berapa kamu menjual ini?" Yuda: "Yang mana Pak?" (5) Bapak: "Semuanya. Ah sudah jangan bingung, gini aja gimana kalau lukisan itu saya beli lima juta rupiah." Yuda : "Apa? Lima juta!" (6) Bapak: "Apa kurang?" Yuda : "Cu... kup, Pak." Bukti latar waktu dalam kutipan drama tersebut terdapat pada dialog nomor .... a. (1) b. (3) c. (4) d. (6) 3.Perhatikan penggalan drama berikut! "Dari mana saja kau, Badar? Hari sudah petang tapi kau baru pulang," tanya ayah sambil berkacak pinggang. Dialog tersebut diucapkan dengan nada a. keras sambil bercanda b. marah dan serius c. rendah dan penuh tanya d. penuh kasih sayang 4.Cermati kutipan bacaan berikut! "Mohammad-san inilah rumahku." Toshihiko berkata ketika kami sampai di depan sebuah rumah kayu yang sederhana. Lalu berteriak, "Ibu! Ibu! Inilah tamu yang kita tunggu. Lihatlah, seorang Indonesia yang tersesat di kebun anggur Katsunuma. Bukankah ini suatu kehormatan bagi kita?" Bacaan tersebut termasuk teks fiksi karena a. memiliki unsur tema dan tokoh b. bersifat sistematis berdasarkan fakta yang ada c. narasi dan dialog menggunakan ragam bahasa baku d. menggunakan peribahasa untuk membandingkan suatu hal 5.Perhatikan teks berikut! Perkembangan teknologi informatika dalam satu dekade terakhir mengalami lonjakan luar biasa. Munculnya internet memudahkan setiap orang mendapat akses informasi. Tidak hanya sekadar berita, melalui internet orang bisa ber- jualan, memasang iklan, menikmati musik, dan memungkinkan individu mengetahui berbagai peristiwa secara intensif. Berdasarkan wacana tersebut, istilah yang dapat dideretkan dalam indeks dengan tepat adalah a. akses-individu-informatika-informasi- teknologi b. akses-iklan-individu-intensif-internet C. iklan-individu-informasi-intensif-internet d. individu-informasi-intensif-internet-iklan 6.Perhatikan kutipan indeks berikut! Gaib 8 Ilmu Fisika 7 Ilustrasi 57 Imajinasi 59 Implikasi 54 Magnetis 65 Pengetahuan eksakta 46 Pengetahuan keras 47 Pengetahuan lunak 48 Pengetahuan non-eksakta 45 Berikut ini pernyataan yang tidak benar berdasarkan indeks tersebut adalah a. Di halaman 46, kita dapat mempelajari materi pengetahuan keras. b. Materi tentang implikasi dapat kita jumpai di halaman 54. C. Di halaman 45 kita dapat mempelajari pengetahuan non-eksakta d. Pengetahuan eksakta dapat kita pelajari di halaman 46. *kutipan teks drama berikut untuk soal nomor 7 - 9* (1) Mayor: "Berapa lama lagi aku harus menunggu? Lihat semburat matahari sudah terlihat." (sambil menggebrak meja) (2) Kopral: "Sabarlah sedikit, Pak." (3) Mayor "Jangan ditawar lagi." (4) Kopral: "Apanya, Pak?" (5) Mayor: "Kesabarannya! Sejak kemarin kesabaran saya habis. Sabar itu prinsip. Tidak bisa ditawar- tawar, ngerti?" (6) Kopral: "Kalau begitu kuralat ucapanku tadi." (7) Mayor: "Ya, tapi pertanyaanku belum Bung jawab. Berapa lama lagi? Semburat matahari sudah terlihat tu!" 7.Dialog pada kutipan teks drama tersebut yang berisi kramagung ditandai dengan nomor a. (1) b. (3) c. (4) d. (5) 8.Latar disertai bukti nomor pada kutipan drama tersebut adalah .... a.. siang hari, bukti pada dialog nomor (7) b. menjelang maghrib, bukti pada dialog nomor (5) c.pagi hari, bukti pada dialog nomor (7) d. sore hari, bukti pada dialog nomor (1) 9.Amanat yang sesuai dengan kutipan teks drama tersebut adalah .... a. Kemarahan bukanlah cara penyelesaian masalah yang bijak. b. Seorang bawahan tidak sepatutnya melawan atasan sekalipun untuk membela kebenaran. c. Kita harus lebih banyak bersabar menghadapi apa pun. d. Kita harus mengikuti keinginan atasan walaupun tidak sejalan dengannya. *kutipan drama berikut untuk soal nomor 10-13* Fikri: "Hai sobat. Lho ada apa ini? Kamu kok kelihatan sedih?" Bayu: "Enggak. Perasaan kamu saja." Fikri: "Ayolah... Aku kenal kamu dari kecil. Aku bisa tahu kamu sedih, senang, malas, atau marah? Ayo katakan padaku siapa tahu aku bisa membantu." Bayu: "Kamu ini tau aja. Hari ini hari terakhir aku harus membayar SPP. Bapakku masih di luar kota. Ibuku sakit. Aku bingung harus bagaimana." Fikri :"Kenapa harus bingung. Aku bisa membantumu." Bayu: "Maksudmu?" Fikri: "Ya... membantumu. Aku punya uang tabungan dan cukup untuk membayar SPP mu." Bayu: "Wah... enggak ... enggak ... enggak aku tidak bisa menggunakan uang tabunganmu." Fikri: "Ayolah teman... aku tulus... kapan-kapan kamu dapat mengembalikannya." 10. Tema yang digambarkan pada kutipan drama tersebut adalah a. persahabatan antara kedua orang b. tolong-menolong antarteman yang mem- butuhkan c. persahabatan yang didukung oleh kedua orang tua d. masalah ekonomi keluarga yang tak kunjung reda 11.Tokoh Fikri dalam kutipan drama tersebut memiliki watak a. rendah hati b. tinggi hati c. baik hati d. kecil hati 12. Kutipan drama suasana tersebut menceritakan a. haru b. kaget c. kecewa d. sedih 13.(sambil terpogoh-pogoh masuk kamar tamu, Naja menangis) Naja: "Bu, aku sudah tidak kuat lagi kalau begini." Ibu: "Percayalah, Nak, masalah ini akan segera teratasi. Tuhan Maha Pengatur dan Mahabaik." Naja: "Tapi kapan? Kapan? Aku bosan sudah!" Ibu: "Bersabarlah, Nak. Jika sabar, masalah akan terurai satu per satu." (sambil membelai rambut Naja dengan penuh Kesabaran). Dalam struktur teks drama, kutipan tersebut merupakan bagian .... a. orientasi b. resolusi c. komplikasi d. epilog *kutipan buku berikut untuk soal nomor 14 dan 15* Bumi adalah tempat di mana kita, manusia, dan makhluk hidup lainnya berada. Bumi sering disebut juga sebagai planet biru. Kenapa? Karena bumi kalau dilihat dari luar angkasa terlihat dengan warna dominan biru. Tahukah kamu warna biru bumi yang terlihat dari angkasa raya itu? Itu adalah lautan. Karena sekitar 70% permukaan bumi merupakan lautan yang sangat luas. Sisanya 30% merupakan daratan yang tersusun atas dataran, gunung, dan lembah. Bumi juga dikelilingi oleh lapisan atmosfer yang merupakan pelindung bumi. 14. Teks tersebut tergolong sebagai karya nonfiksi karena .... a. berisi cerita karangan manusia b. bersifat informatif dan berisi kenyataan c. berasal dari imajinasi pengarang d. memiliki makna ganda 15. Inti dari kutipan buku tersebut adalah .... a. memaparkan tentang alam dan kerusakannya b. memaparkan secara detail tentang bumi c. menggambarkan tentang jenis-jenis atmosfer d. menjelaskan jenis-jenis planet 16.Bacalah kutipan teks fiksi berikut! Kehidupan keluarga ini sangat sederhana. Ayah dan Ibu setiap hari membanting tulang di ladang, seolah-olah kepala jadi betis, betis jadi kepala demi beberapa mulut yang harus dipenuhi. Orang tua ini ikhlas bekerja dengan tanggung jawab demi keluarga dan anak-anaknya kelak supaya jadi orang. Tak ada rotan akar pun jadi, begitulah kata orang tua itu. Daya tarik cuplikan teks fiksi tersebut tampak pada..... a. konflik dalam cerita b. latar cerita c. gaya bahasa penulis d. tema cerita 17.Perhatikan cuplikan teks berikut! Perempuan memang paling rentan terhadap anemia, terutama anemia karena kekurangan zat besi. Darah memang sangat penting bagi perempuan. Hal ini terutama pada saat hamil, zat besi itu dibagi dua, yaitu bagi si ibu dan janinnya. Apabila si ibu mengalami anemia, bisa terjadi abortus, lahir prematur, dan juga kematian saat melahirkan. Bahkan, bagi janin, zat besi juga dibutuhkan, terutama juga ada kaitannya dengan kecerdasan. Topik untuk diskusi berdasarkan bacaan tersebut adalah a. manfaat zat besi bagi bayi b. kesehatan ibu dan janin C. anemia sebagai penyakit berbahaya bagi perempuan d. sebab-sebab tingginya kernatian bayi dan anak di Indonesia *indeks berikut untuk soal nomor 18 dan 19* Aliterasi, 89, 93 Amanat, 5, 70 Arbitrer, 3, 65 Artikel, 8, 90 Balada, 25, 75 Drama, 89, 99 Epilog, 34, 36, 74 Fiksi, 3, 25, 90 18. Berdasarkan indeks buku nonfiksi tersebut, kita dapat menemukan istilah epilog di halaman.... a. 3,65 b. 25,75 c. 34, 36, dan 74 d. 3, 25, dan 90 19. Berdasarkan indeks buku tersebut, saat membuka halaman 25 kita dapat menemukan kata .... a. balada dan epilog b. balada dan fiksi c. balada dan drama d. balada

23

1.0

Jawaban terverifikasi

Cat Hitam Mendakwa Pentas menggambarkan halaman belakang Sekolah Menengah Pertama. Ada tembok bagian belakang sekolah itu. Di dekat tembok ada semacam bangku panjang yang sudah luntur warna catnya terletak di sebelah kiri. Tampak pada tembok coretan-coretan yang dibuat dengan cat: PROTHOLS, XELEX, THORAX, dan lain-lainnya. Tampaknya, coretan itu belum lama dibuat. Catnya belum kering benar. Tatkala lakon ini berlangsung, waktu menunjuk saat istirahat. Dari sebelah kiri muncul dua orang anak, siswa dan siswi. Tuti menarik tangan Bakri. (Musik) 01. Tuti : (Nada mengajak) Lihat itu! Ayo, cepat. (Menarik tangan Bakri) Lihat itu. (Mereka tiba di depan tembok yang bercorat-coret dan memandangi tulisan itu-Tentu saja, mereka membelakangi penonton, tetapi tidak perlu dipersoalkan karena ada alasannya) Nah, percaya tidak, kamu? 02. Bakri : Gi-la! (Menyentuh coretan) Catnya belum kering benar, Tut. Padahal tembok ini baru dikapur oleh Pak Dullah seminggu yang lalu, ya, kan? 03. Tuti : (Berjalan menuju bangku dan duduk) Ya, aku juga tahu itu. Terlalu! 04. Bakri : (Membalik ke arah Tuti) Siapa yang terlalu? 05. Tuti : Yaaa ...., siapa lagi? 06. Bakri : Jadi, kamu sependapat dengan Pak Guru bahwa si Muhdom yang membuat corat-coret ini? 07. Tuti : Aku tidak bilang sependapat, aku hanya mengatakan siapa lagi, kan? 08. Bakri : (Mendekati Tuti) Maksudmu siapa? (Duduk) Siapa? 09. Tuti : Aku tidak tahu. (Berdiri, berjalan ke arah tembok, lalu membalik ke arah Bakri) Tapi, kalau aku pikir bahwa di sekolah kita hanya Muhdom yang sering membantu Pak Guru membuat dekorasi panggung, hiasan kelas, dan sebangsanya itu. Mungkin dugaan Pak Guru tidak terlalu salah. 10. Bakri : Ah, kamu ini, Tut. (Berdiri) Masak Muhdom? Dia sahabatku. Dan itu tidak mungkin. 11. Tuti : Selama sahabatmu bukan malaikat, kemungkinan selalu ada. Lagi pula, siapa yang pintar main-main cat seperti ini kecuali Muhdom? 12. Bakri : Jika kemungkinan selalu ada, aku menduga ini perbuatan Nyoman. 13. Tuti : Maksudmu Nyoman sahabatku? ltu tuduhan tidak mendasar. 14. Bakri : (Tersenyum) Nah, kalau menurut kamu bukan Nyoman, menurut aku bukan Muhdom yang membuat coretan-coretan ini. (Berjalan ke bangku dan duduk) Kita memang tidak tahu. Lu enggak ngerti, gue pun demikian pula. Huh! (Memandangi tulisan itu) (Terdengar beberapa anak memanggil-manggil, "Tut, Tuti.") 15. Tuti : (Berteriak). Aku di sini....! (Ita, Tarso, dan Bardas muncul ... ) 16. Bardas : Tut, Muhdom akan disidang nanti selepas jam terakhir! (Menatap coretan dan mendekatinya, lalu geleng-geleng kepala 7 (tujuh) kali) 17. Tuti : Oh, ya? (Memandang Bakri) 18. Bakri : (Kaget, lalu berdiri) Apa? 19. Ita : Ya, si Muhdom! Kasihan, dia. (Melihat coretan, lalu geleng-geleng kepala 8 (delapan) kali) 20. Tarso : Bagaimana, Ta. Dia kan sahabatmu .... ? 21. Bakri : (Menahan marah) Gi-la! Pak Guru bilang begitu? 22. Ita : Bukan, bukan Pak Guru. 23. Bakri : Lalu si .... 24. Tarso : (Memotong) Tanjir yang ngomong. 25. Bakri : Tanjir yang berbicara dan kalian percaya? 26. Bardas : Habis, dia keluar dari ruangan guru terus bilang begitu. Siapa tidak percaya? (Semua terdiam, saling memandang. Sepi berlangsung tujuh detik. Ita berjalan pelan-pelan menuju bangku lalu duduk. Berpikir. Bakri mendekatinya dan duduk di sebelahnya. Musik terdengar keras, gemuruh, lalu perlahan-lahan leyap). 27. Ita : (Berbicara lirih, tetapi terdengar jelas) lni gawat. 28. Tuti : Huh, kamu itu ...., sedikit-sedikit 'gawat'. Ulangan 'gawat', mau drama 'gawat'. (Mendekatinya dan berdiri di sampingnya) Apa yang tidak gawat bagi kamu? 29. Tarso : Aku pikir Ita benar. Pak kepala sekolah bisa marah sekali kalau melihat coretan-coretan ini. 30. Ita : Ya. Dengan susah payah Pak Dullah mengapurinya. Enak saja dicoret-coret begitu. Lagi pula, Prothols itu kan nama geng. Kita semua bisa dituduh anggota geng itu. 31. Tuti : Ah, kalian ini! Coba kalian pikir, coretan ini kan bukan kita yang bikin? Kenapa kita cemas? Tenang saja. Aku bawa Bakri kemari karena dia tidak percaya ada coretan ini. ltu saja. Celakanya, Bakri malah menuduh Nyoman yang membuatnya. Sialan! Lalu kalian mau ikut-ikut kemari . Ngapain? Aku mau ke depan. (Berjalan) 32. Bakri : Tuti, ke mana kamu? Tunggu dulu! lni gawat. Kita semua bisa ditahan di sekolah sampai biang keladinya ditangkap. 33. Tuti : Terus, kita semua mau kamu suruh apa? Sebentar lagi kita masuk. 34. Bakri : Aku mau bertanya, siapa yang kemarin sore datang ke sekolah menyelesaikan tugas membuat kliping? 35. Tarso : Kita semua, kan? 36. Bakri : Betul. Tapi siapa lagi? Kamu ingat, Ita? 37. Ita : Muhdom, Yuspar ..... 38. Bardas : (Menukas) Kamu sendiri, Tanjir, Nyo .... 39. Bakri : (Menukas) Nah, Tanjir juga ikut datang. Biasanya dia malas datang, kan? 40. Tuti : Benar. Tapi ..... 41. Tarso : Bukannya malas kalau dia sering tidak datang. Rumahnya jauh dan tidak ada yang mengantarkannya. 42. Bakri : Baik. Kalian tunggu di sini. Kalau ada bel masuk, jangan masuk dulu. Biar aku yang menanggung kalau Pak Guru marah. (Lari ke luar panggung) 43. Tuti : Bakri ke mana? 44. Tarso : Sudah Tut, di sini saja kamu. Taati saja perintah kapten kita. 45. Ita : Mau apa si Bakri? 46. Bardas : Aku benci cara-cara begini. Apa sih susahnya bilang nggak tahu kalau nanti Pak Guru bertanya soal coretan ini? Lagaknya kayak pahlawan. (Menirukan Bakri) "Aku yang menanggungnya." Enak saja. (Terdengar bel masuk). 47. Bardas : Dengar itu, aku mau masuk kelas. 48. Tuti : Jangan, Bardas! 49. Tarso : Bardas di sini saja. 50. Bardas : Nggak. Peduli amat. (Mau berjalan) 51. Ita : Bardas, jangan! 52. Tarso : Aku cubit kalau kamu nekat pergi. (Bakri masuk ke panggung dengan menyeret Tanjir dengan tangan kirinya. Tangan kanannya membawa tas milik Tanjir). 53. Bakri : (Memerintahkan Tanjir, napasnya terengah-engah) Duduk! 54. Tanjir : (Duduk) Apa maksud kalian? 55. Bakri : Dengar. Kamu kemarin pulang lebih dahulu sebelum kami pulang, bukan? 56. Tanjir : Ya. Lalu? Apa salahku? 57. Bakri : Tapi, sebenarnya kamu tidak terus pulang ke rumah. Sebab, ketika kami semua sampai di pintu gerbang halaman sekolah, kakakmu yang menjemputmu masih menunggu kamu di sana. Artinya, kamu masih berada di dalam lingkungan sekolah. Dan ini ... '(Bakri membuka tas Tanjir). Ada noda cat hitam pada tasmu. Cat ini sama dengan yang ada di tembok itu. lni artinya, waktu kamu pamit minta pulang lebih dulu, kamu datang kemari dan membuat coretan ini. Kamu naik di atas bangku ini. Lihat, (Menunjuk bangku) ada noda-noda hitam. lni cat yang sama. Tegakah kamu Tanjir, melihat Muhdom dihukum karena tuduhan membuat coretan yang sebenarnya kamu lakukan? Tegakah kamu mencoratcoret tembok yang putih bersih ini? Tegakah kamu melihat kita semua dimarahi Pak Guru? (Tanjir menunduk lalu menutup mukanya. Ia tampak tersedu-sedu. Yang lainnya memandangnya, lalu satu demi satu meninggalkannya. Tinggal Bakri memperhatikan Tanjir tersedu-sedu). 58. Bakri : (Menarik tangan Tanjir. Tanjir berdiri masih menutup mukanya). Sudahlah, jangan kamu lakukan lagi. Aku akan menemani kamu menghadap Bapak Kepala Sekolah. (Bakri merangkul Tanjir yang tetap menunduk. Berdua keluar dari panggung. Musik terdengar keras) Sumber: Bakdi Soemanto, "Cat Hitam Mendakwa" dalam Majalah Dinding Kumpulan Drama, Yogyakarta, Gama Media, 2006 4. Analisislah watak tokoh Tanjir dalam naskah drama tersebut.

3

4.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Judul : Rindu Penulis : Tere Liye Editor : Andriyati Penerbit : Republika Tebal Buku : ii + 544 hal; 13.5x20.5 em Kota Terbit : Jakarta Tahun Terbit : 2014 Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami? Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan? Apalah arti cinta, ketika menangis terluka atas perasaan yg seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yg seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun? Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja"" Ini adalah kisah tentang masa lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan. Perjalanan panjang penuh kerinduan dimulai ketika sebuah kapal besar bernama Blitar Holland mendarat di Pelabuhan Makassar. Kapal tersebut nantinya akan berhenti dan menaikkan penumpang di Pelabuhan Surabaya, Semarang, Batavia, Lampung, Bengkulu, Padang, Banda Aceh. Kapal itu akan terus melaju hingga Jeddah karena para penumpang kapal tersebut adalah calon jamaah haji. Setelah berhenti di beberapa pelabuhan , rupanya kapal Blitar Holland ditumpangi oleh sepasang kakek - nenek yang saling mencintai. Mbah Kakung dan Mbah Putri beserta satu anak perempuannya naik dari Pelabuhan Semarang, keromantisan pasangan yang tidak lagi muda itu membuat iri seluruh penghuni kapal. Mereka bisa saling mengenal karena setiap solat berjamaah, atau makan di kantin selalu bertemu dan akrab begitu saja, terlebih pada keluarga Daeng Andipati yang memiliki dua putri bertingkah menggemaskan. Hari demi hari berlalu. Kisah perjalanan panjang itu mulai terangkai dan ertanyaan-pertanyaan itu satu per satu hadir. Ya, ada lima pertanyaan yang dibawa oleh penumpang dalam kapal Blitar Holland. Pertanyaan pertama dari Banda Upe, tentang masa lalu yang memilukan. Ternyata di balik pendiamnya Banda Upe yang sering mengurung diri di dalam kabin, memiliki masa lalu yang *memilukan. Siapa sangka Guru mengaji di atas kapal ini dahulunya pernah *terjerumus dalam lubang kemaksiatan. Meski itu sangat terpaksa, karena memang dipaksa. Nasibnya masih untung, karena diselamatkan lelaki yang mencintainya sejak kecil, lelaki yang saat ini menjadi suami tercintanya. Cara terbaik menghadapi masa Lalu adalah dengan dihadapi. Berdiri gagah. Mulailah dengan damai menerima masa Lalumu? Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjadi bagian hidup kita. Peluk* semua kisah itu.Berikan dia tempat terbaik dalam hidupmu. Itulah cara terbaik mengatasinya. (hal 312) Pertanyaan kedua berkaitan tentang kebencian pada seseorang yang seharusnya kita sayangi. Siapa sangka Daeng Andipati yang memiliki kekayaan di usia muda melalu kerja keras dari keringat sendiri ini memiliki kebencian pada seseorang, Daeng Andipati yang terlihat tak memiliki masalah karena selalu terlihat bahagia bersama kedua putri dan istrinya itu ternyata memiliki kebencian pada seseorang, bahkan setelah 5 tahun kemeninggalan orang tersebut malah semakin membencinya, membenci orang yang seharusnya kita sayangi. ".. aku membencinya. Aku membenci ayahku sendiri." (hal. 370)" Ada orang-orang yang kita benci. Ada pula orang-orang yang kita sukai. Hilir mudik datang dalam kehidupan kita. Tapi apakah kita berhak membenci orang lain? ... Pikirkan dalam-dalam, kenapa kita harus *benci? Kenapa? Padahal kita bisa saja mengatur hati kita, bilang saya tidak akan membencinya. Toh itu hati kita sendiri. Kita berkuasa penuh mengatur-aturnya. Kenapa kita tetap memutuskan *membenci? Karena boleh jadi, saat kita *membenci orang Lain, kita sebenarnya sedang *membenci diri sendiri." (hal. 373) "Maka ketahuilah Andi, kesalahan itu ibarat halaman kosong. Tiba-tiba ada yang mencoretnya dengan keliru. Kita bisa memaafkannya dengan menghapus tulisan tersebut, baik dengan penghapus biasa, dengan penghapus canggih,atau dengan apapun. Tapi tetap tersisa bekasnya. Tidak akan hilang. Agar semuanya benar-benar bersih, hanya satu jalan keluarnya, bukalah lembaran kertas baru yang benar-benar kosong.Buka lembaran baru, tutup lembaran lama yang pernah *tercoret. Jangan diungkit-ungkit lagi. Jangan ada tapi, tapi, dan tapi. Tutup lembaran tidak menyenangkan itu. Apakah mudah melakukannya? Tidak mudah. Tapi jika kau sungguh-sungguh, jika kau berniat teguh, kau pasti bisa melakukannya, Andi. Berjanjilah kau akan menutup lembaran lama itu. Mulai membuka lembaran baru yang benar-benar kosong. Butuh waktu untuk melakukannya. Tapi aku percaya, saat kapal ini tiba di Jeddah, hati kau sudah lapan*g seperti halaman baru ... " Kembali ke pertanyaan ketiga yang ternyata datang dari tokoh Mbah Kakung dan Mbah Putri, dalam perjalanan di tengah lautan, Mbah Putri *meninggal. Ini membuat Mbah kakung yang hampir selama hidupnya bisa menjawab semua pertanyaannya sendiri, kini tak bisa menjawab pertanyaan dari kenyataan. Keinginan Mbah Kakung agar kelak ketika *meninggal agar *dikuburkan berdampingan , sepertinya tidak mungkin terjadi, Mbah Putri *dikuburkan seperti para pelaut sejati. Tetap dibungkus kain *kafan, setelah disholati, kemudian *ditenggelamkan dengan diberi beberapa *bandul supaya tubuhnya tidak *mengambang dan jatuh ke dasar lautan. Pertanyaan ketiga terucap ketika Anak Mbah Kakung memutuskan untuk meminta tolong Daeng Andipati, karena seharian Mbah kakung tidak makan apapun. Daeng Andipati datang bersama Guruta. Dan pertanyaan tentang kehilangan kekasih hati terucap, juga terjawab menjadi tiga jawaban dengan pemahaman terbaik. Mulailah menerima dengan Lapang hati, karena kita menerima atau menolaknya, dia tetap terjadi. Takdir tidak pernah bertanya apa perasaan kita, apakah kita bahagia, apakah kita tidak suka. Takdir bahkan basa basi menyapa pun tidak. Tidak peduli. Nah kabar baiknya karena kita tidak bisa mngendalikannya, bukan berarti kita jadi makhluk tak berdaya. Kita tetap bisa menaklukan diri sendiri bagaimana menyikapinya, apakah bisa menerima atau mendustakannya. Biarkan waktu mengobati seluruh kesedihan. Ketika kita tidak tahu mau melakukan apa lagi. Ketika kita merasa semua sudah hilang, musnah, habis sudah, maka itulah saat untuk membiarkan waktu menjadi obat terbaik ... Pertanyaan ke empat, Tentang Cinta sejati,Jawaban dari pertanyaan ini begitu terurai panjang. ""Apakah cinta sejati itu? Maka jawabannya, dalam kasus kau ini, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tutus kau melepaskannya. Persis seperti anak kecil yang menghanyutkan botol tertutup di lautan, dilepas dengan rasa suka-cita. Aku tahu, kau akan prates, bagaimana mungkin? Kita bilang itu cinta sejati, tapi kita justru melepaskannya. Tapi inilah rumus terbalik yang tidak pernah dipahami para pencinta. Mereka tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya, tidak bersedia."" (hal.492) Dan pertanyaan kelima justru datang dari Guruta sendiri, Seorang ulama termashyur, memiliki karya hingga ratusan buku. Bisa menjawab bijak 4 pertanyaan sebelumnya. Tapi dia sendiri tak bisa menjawab pertanyaan yang bersemayam pada dirinya. Dari Ambo Uleng lah pertanyaan Guruta terjawab. Bukan dengan tulisan, bukan dengan lisan, tapi dengan perbuatan ... Terjawab sempurna ketika klimaks cerita terjadi, sebuah klimaks yang tak terduga. Sama sekali tak terduga. Bahkan Guruta sempat dipenjara ketika ketahuan oleh tentara Hindia Belanda yang bertugas mengawal BLITAR HOLLAND saat menyelesaikan sebuah buku karya terbarunya tentang KEMERDEKAAN ADALAH HAK SETIAP BANGSA DAN NEGARA. Sumber: http:/jandikafajar56 blogspot.com/2014/11/bedah-nave/-rindu-tere/iye.html 2d. Hikmah apakah yang dapat kita ambit dari novel Rindu karya Tere Liye?

1

0.0

Jawaban terverifikasi