Iqviana I

17 Agustus 2024 09:05

Iklan

Iqviana I

17 Agustus 2024 09:05

Pertanyaan

kereta rel listrik commuter line mengangkut para pekerja yang tinggal di daerah pinggiran ibukota Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. angkutan massal ini banyak diminati karena lebih tepat waktu terhindar dari macet dan biayanya lebih murah fenomena tersebut jika dikaji dengan menggunakan konsep geografi sesuai dengan konsep?

kereta rel listrik commuter line mengangkut para pekerja yang tinggal di daerah pinggiran ibukota Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. angkutan massal ini banyak diminati karena lebih tepat waktu terhindar dari macet dan biayanya lebih murah fenomena tersebut jika dikaji dengan menggunakan konsep geografi sesuai dengan konsep?

Belajar bareng Champions

Brain Academy Champions

Hanya di Brain Academy

Habis dalam

01

:

14

:

23

:

40

Klaim

50

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Aura M

27 Agustus 2024 10:04

Jawaban terverifikasi

Konsep Geografi yang sesuai dengan fenomena kereta rel listrik Commuter Line yang mengangkut para pekerja yang tinggal di daerah pinggiran ibukota Jakarta adalah konsep keterjangkauan atau aksesibilitas.


Iklan

Buka akses jawaban yang telah terverifikasi

lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

PINGGIRAN MENAHAN MIGRASI KE JAKARTA Setelah libur perayaan lebaran usai, dipastikan Jakarta akan dibanjiri pendatang dari luar. Namun dalam kurun waktu enam tahun terakhir, beban Jakarta untuk menampung arus urbanisasi cenderung berkurang. Arus migrasi masuk cenderung turun meski sempat terjadi lonjakan pendatang sebulan setelah idul fitri. Dari data survei Penduduk Antarsensus (Supas) 1995 diketahui sebanyak 33 persen penduduk masuk ke wilayah Jakarta Timur dan 24 persen ke wilayah Jakarta Barat. Sisanya, para migran masuk ke wilayah pusat, utara, dan selatan dengan persentase masing-masing di awah 20 persen. Selama 1971-2000, Bdan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tren migrasi yang masuk ke Jakarta cenderung meningkat. Angka migrasi keluar pun meningkat. Kecenderungan penurunan pendatang baru terjadi pada tahun 2005. Tahun 1971, hasil sensus penduduk menunjukkan sekitar 1,8 juta penduduk masuk ke Jakarta. Pada saat yang bersamaan, hanya 132.000 penduduk yang bermigrasi keluar. Tahun 2000, pendatang meningkat dua kali lipat (sekitar 3,5 juta), sebaliknya 1,83 juta penduduk keluar dari Jakarta. Baru pada tahun 2005, hasil Supas menunjukkan bahwa angka migrasi masuk turun menjadi 3,3 juta jiwa dan migrasi keluar meningkat menjadi 2,05 juta jiwa. Penurunan pendatang selanjutnya juga tercatat oleh Disdukcapil DKI Jakarta. Selama 2008-2010, terjadi penurunan 30 persen penduduk yang datang ke Jakarta. Tahun 2008 masih terdapat sekitar 39.000 pendatang. Dua tahun berikutnya menjadi 30.000 pendatang. Penurunan arus migrasi masuk bukan berarti GULA Jakarta sudah berkurang manisnya. Pengaruh urbanisasi yang cukup deras sejak tahun 1971 sampai 2000 pada akhirnya juga ikut memengaruhi perkembangan daerah sekitarnya, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Kepadatan ruang di Jakarta mengakibatkan sebagian kaum urban tinggal di wilayah pinggiran Jakarta untuk mencari tempat tiggal yang lebih layak dan luas. Selain itu, industri yang menjamur di daerah pinggiran Jakarta juga banyak menarik tenaga kerja secara khusus dan penduduk secara umum untuk bermigrasi di wilayah tersebut. Akibatnya, laju pertumbahan penduduk di wilayah penyangga Jakarta cenderung tinggi. Periode 1971-1980, laju pertumbuhan penduduk Jakarta sekitar 5,4 persen per tahun. Namun, periode 2000-2010, laju itu menurun tajam menjadi 1,42 persen. Berbeda dengan Jakarta, pertumbuhan penduduk di wilayah pinggiran Jakarta cenderung tinggi. Selama 2005-2010, angka pertumbuhan penduduk di wilayah administrasi di Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi berkisar antara 2 persen dan 5,5 persen. Disarikan dari internasional.kompas.com edisi 12 September 2011, diakses 6 Januari 2014, 05.30 WIB PERTANYAAN 1. Apa fenomena kependudukan yang kamu amati dari artikel di atas? 2. Dimana fenomena kependudukan dalam artikel tersebut terjadi? 3. Mengapa fenomena kependudukan dalam artikel tersebut terjadi? 4. Kapan fenomena kependudukan dalam artikel tersebut terjadi? 5. Siapa yang terlibat dalam fenomena kependudukan dalam artikel tersebut terjadi? 6. Bagaimana penyelesaian permasalahan fenomena kependudukan dalam artikel tersebut terjadi?

4

0.0

Jawaban terverifikasi

PINGGIRAN MENAHAN MIGRASI KE JAKARTA Setelah libur perayaan lebaran usai, dipastikan Jakarta akan dibanjiri pendatang dari luar. Namun dalam kurun waktu enam tahun terakhir, beban Jakarta untuk menampung arus urbanisasi cenderung berkurang. Arus migrasi masuk cenderung turun meski sempat terjadi lonjakan pendatang sebulan setelah idul fitri. Dari data survei Penduduk Antarsensus (Supas) 1995 diketahui sebanyak 33 persen penduduk masuk ke wilayah Jakarta Timur dan 24 persen ke wilayah Jakarta Barat. Sisanya, para migran masuk ke wilayah pusat, utara, dan selatan dengan persentase masing-masing di awah 20 persen. Selama 1971-2000, Bdan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tren migrasi yang masuk ke Jakarta cenderung meningkat. Angka migrasi keluar pun meningkat. Kecenderungan penurunan pendatang baru terjadi pada tahun 2005. Tahun 1971, hasil sensus penduduk menunjukkan sekitar 1,8 juta penduduk masuk ke Jakarta. Pada saat yang bersamaan, hanya 132.000 penduduk yang bermigrasi keluar. Tahun 2000, pendatang meningkat dua kali lipat (sekitar 3,5 juta), sebaliknya 1,83 juta penduduk keluar dari Jakarta. Baru pada tahun 2005, hasil Supas menunjukkan bahwa angka migrasi masuk turun menjadi 3,3 juta jiwa dan migrasi keluar meningkat menjadi 2,05 juta jiwa. Penurunan pendatang selanjutnya juga tercatat oleh Disdukcapil DKI Jakarta. Selama 2008-2010, terjadi penurunan 30 persen penduduk yang datang ke Jakarta. Tahun 2008 masih terdapat sekitar 39.000 pendatang. Dua tahun berikutnya menjadi 30.000 pendatang. Penurunan arus migrasi masuk bukan berarti GULA Jakarta sudah berkurang manisnya. Pengaruh urbanisasi yang cukup deras sejak tahun 1971 sampai 2000 pada akhirnya juga ikut memengaruhi perkembangan daerah sekitarnya, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Kepadatan ruang di Jakarta mengakibatkan sebagian kaum urban tinggal di wilayah pinggiran Jakarta untuk mencari tempat tiggal yang lebih layak dan luas. Selain itu, industri yang menjamur di daerah pinggiran Jakarta juga banyak menarik tenaga kerja secara khusus dan penduduk secara umum untuk bermigrasi di wilayah tersebut. Akibatnya, laju pertumbahan penduduk di wilayah penyangga Jakarta cenderung tinggi. Periode 1971-1980, laju pertumbuhan penduduk Jakarta sekitar 5,4 persen per tahun. Namun, periode 2000-2010, laju itu menurun tajam menjadi 1,42 persen. Berbeda dengan Jakarta, pertumbuhan penduduk di wilayah pinggiran Jakarta cenderung tinggi. Selama 2005-2010, angka pertumbuhan penduduk di wilayah administrasi di Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi berkisar antara 2 persen dan 5,5 persen. Disarikan dari internasional.kompas.com edisi 12 September 2011, diakses 6 Januari 2014, 05.30 WIB PERTANYAAN 1. Apa fenomena kependudukan yang kamu amati dari artikel di atas? 2. Dimana fenomena kependudukan dalam artikel tersebut terjadi? 3. Mengapa fenomena kependudukan dalam artikel tersebut terjadi? 4. Kapan fenomena kependudukan dalam artikel tersebut terjadi? 5. Siapa yang terlibat dalam fenomena kependudukan dalam artikel tersebut terjadi? 6. Bagaimana penyelesaian permasalahan fenomena kependudukan dalam artikel tersebut terjadi?

3

0.0

Jawaban terverifikasi

Iklan