Daniel N

16 November 2023 09:36

Iklan

Daniel N

16 November 2023 09:36

Pertanyaan

karya sastra yang dihasilkan Mpu Taruna atau abad ke-11 masehi adalah

karya sastra yang dihasilkan Mpu Taruna atau abad ke-11 masehi adalah

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

07

:

34

:

37

Klaim

1

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Erwin A

Community

17 November 2023 12:33

Jawaban terverifikasi

<p>Mpu Taruna adalah seorang pujangga Jawa Kuno yang hidup pada abad ke-11 Masehi. Ia dikenal sebagai pengarang dari beberapa karya sastra Jawa Kuno, yaitu:</p><ul><li><strong>Kidung Arjunawiwaha</strong></li><li><strong>Kidung Hariwangsa</strong></li><li><strong>Kidung Sudamala</strong></li></ul><p>Kidung Arjunawiwaha adalah sebuah kakawin yang menceritakan kisah percintaan Arjuna dengan Dewi Sulastri. Kakawin ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan menggunakan pola sastra kakawin.</p><p>Kidung Hariwangsa adalah sebuah kakawin yang menceritakan kisah kelahiran dan kehidupan Prabu Airlangga. Kakawin ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan menggunakan pola sastra kakawin.</p><p>Kidung Sudamala adalah sebuah kakawin yang menceritakan kisah pemusnahan Durga oleh Batara Siwa. Kakawin ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan menggunakan pola sastra kakawin.</p><p>Kidung Arjunawiwaha dan Kidung Hariwangsa merupakan karya sastra yang sangat terkenal dan menjadi salah satu karya sastra klasik Jawa Kuno yang paling penting. Kedua kakawin ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia, Inggris, dan Belanda.</p><p>Kidung Sudamala merupakan karya sastra yang lebih jarang diteliti dan dikaji dibandingkan dengan Kidung Arjunawiwaha dan Kidung Hariwangsa. Namun, kakawin ini juga memiliki nilai-nilai yang penting, baik dari segi sastra maupun budaya.</p><p>Berikut adalah penjelasan singkat tentang ketiga karya sastra tersebut:</p><p><strong>Kidung Arjunawiwaha</strong></p><p>Kidung Arjunawiwaha adalah sebuah kakawin yang menceritakan kisah percintaan Arjuna dengan Dewi Sulastri. Kakawin ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan menggunakan pola sastra kakawin.</p><p>Kisah ini dimulai dengan kisah Arjuna yang sedang bertapa di Gunung Indrakila. Dalam tapanya, Arjuna mendapat wahyu bahwa ia akan menikah dengan Dewi Sulastri, putri Prabu Drupada dari Kerajaan Pancala.</p><p>Arjuna kemudian pergi ke Kerajaan Pancala untuk melamar Dewi Sulastri. Namun, lamarannya ditolak oleh Prabu Drupada. Prabu Drupada menantang Arjuna untuk mengikuti sayembara memanah yang diadakannya.</p><p>Arjuna berhasil memenangkan sayembara tersebut dan ia pun menikah dengan Dewi Sulastri. Pernikahan mereka dilangsungkan dengan meriah di Kerajaan Pancala.</p><p>Kidung Arjunawiwaha adalah sebuah karya sastra yang sangat indah dan puitis. Kakawin ini menggambarkan keindahan alam, percintaan, dan nilai-nilai moral.</p><p><strong>Kidung Hariwangsa</strong></p><p>Kidung Hariwangsa adalah sebuah kakawin yang menceritakan kisah kelahiran dan kehidupan Prabu Airlangga. Kakawin ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan menggunakan pola sastra kakawin.</p><p>Kisah ini dimulai dengan kisah Prabu Erlangga, raja Kerajaan Bali. Prabu Erlangga memiliki dua orang istri, yaitu Dewi Sri Tanjung dan Dewi Laksmi.</p><p>Dewi Sri Tanjung adalah seorang wanita yang sangat cantik dan ia sangat dicintai oleh Prabu Erlangga. Namun, Dewi Sri Tanjung juga menjadi cemburu kepada Dewi Laksmi, yang juga merupakan istri Prabu Erlangga.</p><p>Dewi Sri Tanjung kemudian berselingkuh dengan abdinya, bernama Kebo Ijo. Kebo Ijo adalah seorang pria yang sangat tampan dan gagah.</p><p>Prabu Erlangga mengetahui perselingkuhan tersebut dan ia sangat murka. Ia mengutuk Dewi Sri Tanjung untuk berubah menjadi batu.</p><p>Dewi Sri Tanjung pun berubah menjadi batu dan ia akhirnya tenggelam di Danau Tamblingan.</p><p>Kisah ini kemudian dilanjutkan dengan kisah Prabu Airlangga, putra dari Prabu Erlangga dan Dewi Laksmi. Prabu Airlangga kemudian menjadi raja Kerajaan Kahuripan.</p><p>Kidung Hariwangsa adalah sebuah karya sastra yang sangat penting dalam sejarah Jawa Kuno. Kakawin ini menjadi salah satu sumber utama yang digunakan untuk mempelajari sejarah Kerajaan Bali dan Kerajaan Kahuripan.</p><p><strong>Kidung Sudamala</strong></p><p>Kidung Sudamala adalah sebuah kakawin yang menceritakan kisah pemusnahan Durga oleh Batara Siwa. Kakawin ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan menggunakan pola sastra kakawin.</p><p>Kisah ini dimulai dengan kisah Dewi Uma, istri Batara Siwa. Dewi Uma adalah seorang wanita yang sangat cantik dan ia sangat dicintai oleh Batara Siwa.</p><p>Namun, Dewi Uma juga sangat sombong dan ia sering meremehkan Batara Siwa. Hal ini membuat Batara Siwa murka dan ia mengutuk Dewi Uma untuk berubah menjadi Durga.</p><p>Durga adalah seorang raksasa yang sangat jahat. Ia sering mengganggu manusia dan makhluk lainnya.</p><p>Batara Siwa akhirnya memutuskan untuk menghancurkan Durga. Ia pun bertarung melawan Durga dan akhirnya berhasil membunuhnya.</p>

Mpu Taruna adalah seorang pujangga Jawa Kuno yang hidup pada abad ke-11 Masehi. Ia dikenal sebagai pengarang dari beberapa karya sastra Jawa Kuno, yaitu:

  • Kidung Arjunawiwaha
  • Kidung Hariwangsa
  • Kidung Sudamala

Kidung Arjunawiwaha adalah sebuah kakawin yang menceritakan kisah percintaan Arjuna dengan Dewi Sulastri. Kakawin ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan menggunakan pola sastra kakawin.

Kidung Hariwangsa adalah sebuah kakawin yang menceritakan kisah kelahiran dan kehidupan Prabu Airlangga. Kakawin ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan menggunakan pola sastra kakawin.

Kidung Sudamala adalah sebuah kakawin yang menceritakan kisah pemusnahan Durga oleh Batara Siwa. Kakawin ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan menggunakan pola sastra kakawin.

Kidung Arjunawiwaha dan Kidung Hariwangsa merupakan karya sastra yang sangat terkenal dan menjadi salah satu karya sastra klasik Jawa Kuno yang paling penting. Kedua kakawin ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia, Inggris, dan Belanda.

Kidung Sudamala merupakan karya sastra yang lebih jarang diteliti dan dikaji dibandingkan dengan Kidung Arjunawiwaha dan Kidung Hariwangsa. Namun, kakawin ini juga memiliki nilai-nilai yang penting, baik dari segi sastra maupun budaya.

Berikut adalah penjelasan singkat tentang ketiga karya sastra tersebut:

Kidung Arjunawiwaha

Kidung Arjunawiwaha adalah sebuah kakawin yang menceritakan kisah percintaan Arjuna dengan Dewi Sulastri. Kakawin ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan menggunakan pola sastra kakawin.

Kisah ini dimulai dengan kisah Arjuna yang sedang bertapa di Gunung Indrakila. Dalam tapanya, Arjuna mendapat wahyu bahwa ia akan menikah dengan Dewi Sulastri, putri Prabu Drupada dari Kerajaan Pancala.

Arjuna kemudian pergi ke Kerajaan Pancala untuk melamar Dewi Sulastri. Namun, lamarannya ditolak oleh Prabu Drupada. Prabu Drupada menantang Arjuna untuk mengikuti sayembara memanah yang diadakannya.

Arjuna berhasil memenangkan sayembara tersebut dan ia pun menikah dengan Dewi Sulastri. Pernikahan mereka dilangsungkan dengan meriah di Kerajaan Pancala.

Kidung Arjunawiwaha adalah sebuah karya sastra yang sangat indah dan puitis. Kakawin ini menggambarkan keindahan alam, percintaan, dan nilai-nilai moral.

Kidung Hariwangsa

Kidung Hariwangsa adalah sebuah kakawin yang menceritakan kisah kelahiran dan kehidupan Prabu Airlangga. Kakawin ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan menggunakan pola sastra kakawin.

Kisah ini dimulai dengan kisah Prabu Erlangga, raja Kerajaan Bali. Prabu Erlangga memiliki dua orang istri, yaitu Dewi Sri Tanjung dan Dewi Laksmi.

Dewi Sri Tanjung adalah seorang wanita yang sangat cantik dan ia sangat dicintai oleh Prabu Erlangga. Namun, Dewi Sri Tanjung juga menjadi cemburu kepada Dewi Laksmi, yang juga merupakan istri Prabu Erlangga.

Dewi Sri Tanjung kemudian berselingkuh dengan abdinya, bernama Kebo Ijo. Kebo Ijo adalah seorang pria yang sangat tampan dan gagah.

Prabu Erlangga mengetahui perselingkuhan tersebut dan ia sangat murka. Ia mengutuk Dewi Sri Tanjung untuk berubah menjadi batu.

Dewi Sri Tanjung pun berubah menjadi batu dan ia akhirnya tenggelam di Danau Tamblingan.

Kisah ini kemudian dilanjutkan dengan kisah Prabu Airlangga, putra dari Prabu Erlangga dan Dewi Laksmi. Prabu Airlangga kemudian menjadi raja Kerajaan Kahuripan.

Kidung Hariwangsa adalah sebuah karya sastra yang sangat penting dalam sejarah Jawa Kuno. Kakawin ini menjadi salah satu sumber utama yang digunakan untuk mempelajari sejarah Kerajaan Bali dan Kerajaan Kahuripan.

Kidung Sudamala

Kidung Sudamala adalah sebuah kakawin yang menceritakan kisah pemusnahan Durga oleh Batara Siwa. Kakawin ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan menggunakan pola sastra kakawin.

Kisah ini dimulai dengan kisah Dewi Uma, istri Batara Siwa. Dewi Uma adalah seorang wanita yang sangat cantik dan ia sangat dicintai oleh Batara Siwa.

Namun, Dewi Uma juga sangat sombong dan ia sering meremehkan Batara Siwa. Hal ini membuat Batara Siwa murka dan ia mengutuk Dewi Uma untuk berubah menjadi Durga.

Durga adalah seorang raksasa yang sangat jahat. Ia sering mengganggu manusia dan makhluk lainnya.

Batara Siwa akhirnya memutuskan untuk menghancurkan Durga. Ia pun bertarung melawan Durga dan akhirnya berhasil membunuhnya.


Iklan

Muhammad M

01 April 2024 02:54

<p>Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity) Karya Empuk Tantular</p>

Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity) Karya Empuk Tantular


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Zaman renaissance merupakan zaman setelah abad pertengahan atau abad kegelapan. zaman renaissance menekankan pada ....

120

0.0

Jawaban terverifikasi