Filia C

09 Mei 2024 13:06

Iklan

Filia C

09 Mei 2024 13:06

Pertanyaan

jelaskan praktek nepotisme pada masa orde baru

jelaskan praktek nepotisme pada masa orde baru

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

10

:

46

:

34

Klaim

1

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Nanda R

Community

12 Mei 2024 05:49

Jawaban terverifikasi

<p><br>Pada masa Orde Baru di Indonesia, praktik nepotisme atau pemberian jabatan kepada anggota keluarga atau kerabat dekat merupakan fenomena yang cukup umum terjadi. Hal ini terutama terjadi karena kekuasaan yang sangat sentralistik dipegang oleh pemerintah Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, yang memungkinkan para pejabat tinggi atau elit politik untuk menyalahgunakan kekuasaan mereka demi kepentingan pribadi atau keluarga mereka. Berikut adalah beberapa contoh praktek nepotisme yang terjadi pada masa Orde Baru:</p><p><strong>Penempatan Keluarga atau Kerabat sebagai Pejabat Tinggi:</strong> Banyak pejabat pemerintahan atau anggota militer pada masa Orde Baru menempatkan anggota keluarga atau kerabat dekat mereka dalam posisi-posisi penting dalam pemerintahan, militer, atau perusahaan negara. Mereka sering kali ditempatkan di posisi-posisi strategis tanpa mempertimbangkan kualifikasi atau kompetensi yang sesuai.</p><p><strong>Pengalihan Aset dan Bisnis Kepada Keluarga atau Kerabat:</strong> Pejabat pemerintah Orde Baru sering menggunakan kekuasaan mereka untuk mengalihkan aset negara atau bisnis-bisnis milik negara kepada keluarga atau kerabat mereka. Hal ini sering kali dilakukan dengan cara yang tidak transparan dan merugikan negara serta masyarakat.</p><p><strong>Pemberian Proyek-Proyek atau Kontrak-Kontrak kepada Pihak yang Terkait:</strong> Para pejabat pemerintah Orde Baru sering kali memberikan proyek-proyek konstruksi atau kontrak-kontrak kepada perusahaan atau pihak yang terkait dengan keluarga atau kerabat mereka, tanpa melalui proses lelang atau seleksi yang adil dan transparan.</p>


Pada masa Orde Baru di Indonesia, praktik nepotisme atau pemberian jabatan kepada anggota keluarga atau kerabat dekat merupakan fenomena yang cukup umum terjadi. Hal ini terutama terjadi karena kekuasaan yang sangat sentralistik dipegang oleh pemerintah Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, yang memungkinkan para pejabat tinggi atau elit politik untuk menyalahgunakan kekuasaan mereka demi kepentingan pribadi atau keluarga mereka. Berikut adalah beberapa contoh praktek nepotisme yang terjadi pada masa Orde Baru:

Penempatan Keluarga atau Kerabat sebagai Pejabat Tinggi: Banyak pejabat pemerintahan atau anggota militer pada masa Orde Baru menempatkan anggota keluarga atau kerabat dekat mereka dalam posisi-posisi penting dalam pemerintahan, militer, atau perusahaan negara. Mereka sering kali ditempatkan di posisi-posisi strategis tanpa mempertimbangkan kualifikasi atau kompetensi yang sesuai.

Pengalihan Aset dan Bisnis Kepada Keluarga atau Kerabat: Pejabat pemerintah Orde Baru sering menggunakan kekuasaan mereka untuk mengalihkan aset negara atau bisnis-bisnis milik negara kepada keluarga atau kerabat mereka. Hal ini sering kali dilakukan dengan cara yang tidak transparan dan merugikan negara serta masyarakat.

Pemberian Proyek-Proyek atau Kontrak-Kontrak kepada Pihak yang Terkait: Para pejabat pemerintah Orde Baru sering kali memberikan proyek-proyek konstruksi atau kontrak-kontrak kepada perusahaan atau pihak yang terkait dengan keluarga atau kerabat mereka, tanpa melalui proses lelang atau seleksi yang adil dan transparan.


Iklan

Salsabila M

Community

10 Mei 2024 00:54

Jawaban terverifikasi

<p>Pada masa Orde Baru di Indonesia, praktek nepotisme menjadi salah satu ciri khas dalam sistem pemerintahan yang diperintah oleh Presiden Soeharto. Nepotisme merujuk pada praktik memberikan posisi atau keuntungan kepada anggota keluarga atau kerabat dekat, bukan berdasarkan pada kualifikasi atau kompetensi yang sesungguhnya. Beberapa contoh praktek nepotisme pada masa Orde Baru antara lain:</p><p><strong>Penunjukan Keluarga dalam Pemerintahan</strong>: Soeharto sering kali menunjuk anggota keluarga atau kerabat dekatnya untuk posisi strategis dalam pemerintahan, termasuk dalam kabinet, badan-badan pemerintahan, dan perusahaan milik negara. Contohnya adalah penunjukan anak-anaknya seperti Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto), Bambang Trihatmodjo, dan Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut Soeharto) ke berbagai posisi penting.</p><p><strong>Pengaruh Bisnis Keluarga</strong>: Keluarga Soeharto juga terlibat dalam bisnis yang berkembang pesat selama masa pemerintahannya. Banyak anggota keluarga yang mendapatkan hak istimewa dalam proyek-proyek pembangunan atau pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah. Hal ini memberikan mereka keuntungan ekonomi yang signifikan dan mendominasi sektor bisnis tertentu.</p><p><strong>Pemberian Izin dan Lisensi</strong>: Nepotisme juga terjadi dalam pemberian izin dan lisensi usaha kepada perusahaan-perusahaan yang terkait dengan keluarga atau kerabat dekat Soeharto. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengendalikan sektor-sektor tertentu dalam ekonomi dengan lebih mudah.</p><p><strong>Penunjukan dalam Birokrasi</strong>: Banyak anggota keluarga atau kerabat dekat Soeharto yang ditempatkan di posisi-posisi penting dalam birokrasi, baik di tingkat pusat maupun daerah. Praktek ini sering kali mengakibatkan penyimpangan dalam pelayanan publik dan pengambilan keputusan yang tidak transparan.</p>

Pada masa Orde Baru di Indonesia, praktek nepotisme menjadi salah satu ciri khas dalam sistem pemerintahan yang diperintah oleh Presiden Soeharto. Nepotisme merujuk pada praktik memberikan posisi atau keuntungan kepada anggota keluarga atau kerabat dekat, bukan berdasarkan pada kualifikasi atau kompetensi yang sesungguhnya. Beberapa contoh praktek nepotisme pada masa Orde Baru antara lain:

Penunjukan Keluarga dalam Pemerintahan: Soeharto sering kali menunjuk anggota keluarga atau kerabat dekatnya untuk posisi strategis dalam pemerintahan, termasuk dalam kabinet, badan-badan pemerintahan, dan perusahaan milik negara. Contohnya adalah penunjukan anak-anaknya seperti Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto), Bambang Trihatmodjo, dan Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut Soeharto) ke berbagai posisi penting.

Pengaruh Bisnis Keluarga: Keluarga Soeharto juga terlibat dalam bisnis yang berkembang pesat selama masa pemerintahannya. Banyak anggota keluarga yang mendapatkan hak istimewa dalam proyek-proyek pembangunan atau pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah. Hal ini memberikan mereka keuntungan ekonomi yang signifikan dan mendominasi sektor bisnis tertentu.

Pemberian Izin dan Lisensi: Nepotisme juga terjadi dalam pemberian izin dan lisensi usaha kepada perusahaan-perusahaan yang terkait dengan keluarga atau kerabat dekat Soeharto. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengendalikan sektor-sektor tertentu dalam ekonomi dengan lebih mudah.

Penunjukan dalam Birokrasi: Banyak anggota keluarga atau kerabat dekat Soeharto yang ditempatkan di posisi-posisi penting dalam birokrasi, baik di tingkat pusat maupun daerah. Praktek ini sering kali mengakibatkan penyimpangan dalam pelayanan publik dan pengambilan keputusan yang tidak transparan.


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Berdasarkan gambar di atas, jelaskan aliran energi yang terjadi pada rantai makanan kolam tersebut!

2

5.0

Jawaban terverifikasi

[1] Gaya hidup sedentari alias kurang gerak atau mager (malas gerak) adalah masalah yang sering dialami oleh penduduk perkotaan. [2] Bekerja di depan layar komputer sepanjang hari, kelamaan terjebak macet di jalan,atau hobi main gim tanpa diimbangi olahraga merupakan bentuk dari gaya hidup sedentari. [3] Jika Anda termasuk salah satu orang yang sering melakukan berbagai rutinitas tersebut, Anda harus waspada. [4] Pasalnya, gaya hidup sedentari sangat berbahaya karena membuat Anda berisiko terkena diabetes tipe 2. [5] Gaya hidup sedentari menyebabkan masyarakat, terutama penduduk kota, malas bergerak. [6] Coba ingat-ingat, dalam sehari ini, sudah berapa kali Anda dalam menggunakan aplikasi online untuk memenuhi kebutuh Anda? [7] Selain itu, tilik juga berapa banyak langkah yang sudah Anda dapatkan pada hari ini? [8] Seiring dengan pengembangan teknologi yang makin canggih, apa pun yang Anda butuhkan kini bisa langsung diantar ke ruangan kantor Anda atau depan rumah. [9] Selain hemat waktu, Anda pun jadi tak perlu mengeluarkan energi untuk mendapatkan apa yang Anda mau. [10] Namun, tahukah Anda bahwa segala kemudahan tersebut menyimpan bahaya bagi tubuh Anda? [11] Minimnya aktifitas fisik karena gaya hidup ini membuatmu berisiko lebih tinggi terkena berbagai penyakit kronis, termasuk diabetes. [12] Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa gaya hidup ini juga termasuk 1 dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. [13] Selain itu, data terbaru dari Riskedas 2018 menguak bahwa DKI Jakarta merupakan provinsi dengan tingkat diabetes melitus tertinggi di Indonesia. [14] Ini menunjukkan bahwa gaya hidup mager amat erat kaitannya dengan tingkat diabetes di perkotaan. Bentuk bahasa yang sejenis dengan mager pada kalimat 1 adalah.... a. magang b. oncom c. rudal d. pugar

9

5.0

Jawaban terverifikasi