Kalysta H

Ditanya 2 hari yang lalu

Iklan

Kalysta H

Ditanya 2 hari yang lalu

Pertanyaan

jelaskan hubungan antara politik balas budi van deventer dan kelahiran kelompok elite terdidik indonesia dan pembentukan organisasi kebangsaan di awal 1900-an

jelaskan hubungan antara politik balas budi van deventer dan kelahiran kelompok elite terdidik indonesia dan pembentukan organisasi kebangsaan di awal 1900-an

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

01

:

08

:

22

:

18

Klaim

12

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Sumber W

Community

Dijawab 2 hari yang lalu

Jawaban terverifikasi

<p>Politik Etis atau Politik Balas Budi yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda (sekarang Indonesia) memiliki hubungan dengan lahirnya kelompok elite terdidik dan pembentukan organisasi kebangsaan di awal 1900-an, yaitu :</p><p>&nbsp;</p><p><strong>Pemunculan kelompok elite terdidik</strong></p><p>Politik Etis melahirkan kaum terpelajar yang memiliki semangat tinggi dan peduli pada bangsanya.</p><p>&nbsp;</p><p><strong>Pembentukan organisasi kebangsaan</strong></p><p>Kaum terpelajar yang lahir dari Politik Etis mendirikan berbagai perkumpulan, seperti Budi Utomo, Indische Partij, dan Sarekat Islam. Organisasi-organisasi ini menjadi cikal bakal nasionalisme dan kemerdekaan Indonesia.</p><p>&nbsp;</p><p><strong>Perubahan mendalam</strong></p><p>Perubahan yang terjadi pada orang-orang Indonesia akibat Politik Etis sering disebut sebagai "Kebangkitan Nasional Indonesia".</p><p>&nbsp;</p><p>Politik Etis adalah pemikiran kolonial yang berlangsung selama empat dekade, dari 1901 sampai tahun 1942. Pemikiran ini menyatakan bahwa pemerintah kolonial bertanggung jawab secara moral atas kesejahteraan pribumi. Politik Etis dikemukakan oleh Van Deventer melalui Trilogi, yang meliputi: Pembangunan sarana irigasi, Penyebaranluasan penyelenggaraan pendidikan, Program transmigrasi dari Jawa ke luar Jawa.</p>

Politik Etis atau Politik Balas Budi yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda (sekarang Indonesia) memiliki hubungan dengan lahirnya kelompok elite terdidik dan pembentukan organisasi kebangsaan di awal 1900-an, yaitu :

 

Pemunculan kelompok elite terdidik

Politik Etis melahirkan kaum terpelajar yang memiliki semangat tinggi dan peduli pada bangsanya.

 

Pembentukan organisasi kebangsaan

Kaum terpelajar yang lahir dari Politik Etis mendirikan berbagai perkumpulan, seperti Budi Utomo, Indische Partij, dan Sarekat Islam. Organisasi-organisasi ini menjadi cikal bakal nasionalisme dan kemerdekaan Indonesia.

 

Perubahan mendalam

Perubahan yang terjadi pada orang-orang Indonesia akibat Politik Etis sering disebut sebagai "Kebangkitan Nasional Indonesia".

 

Politik Etis adalah pemikiran kolonial yang berlangsung selama empat dekade, dari 1901 sampai tahun 1942. Pemikiran ini menyatakan bahwa pemerintah kolonial bertanggung jawab secara moral atas kesejahteraan pribumi. Politik Etis dikemukakan oleh Van Deventer melalui Trilogi, yang meliputi: Pembangunan sarana irigasi, Penyebaranluasan penyelenggaraan pendidikan, Program transmigrasi dari Jawa ke luar Jawa.


Iklan

Rendi R

Community

Dijawab 42 menit yang lalu

<p>Hubungan antara <strong>politik balas budi Van Deventer</strong>, kelahiran kelompok elite terdidik Indonesia, dan pembentukan organisasi kebangsaan di awal 1900-an sangat erat dan saling berkaitan. Berikut penjelasannya:</p><p><strong>1. Politik Balas Budi Van Deventer</strong></p><p>Politik balas budi atau <i>Ethische Politiek</i> dicetuskan oleh Conrad Theodor Van Deventer pada akhir abad ke-19. Ia berpendapat bahwa Belanda memiliki tanggung jawab moral terhadap rakyat Hindia Belanda (Indonesia) setelah mengeksploitasi sumber daya mereka melalui <i>cultuurstelsel</i> (sistem tanam paksa). Politik ini diterapkan sejak awal abad ke-20 dan mencakup tiga program utama:</p><ul><li><strong>Irigasi</strong>: Pembangunan saluran air untuk mendukung pertanian.</li><li><strong>Emigrasi</strong>: Pemindahan penduduk ke wilayah-wilayah yang kurang padat.</li><li><strong>Pendidikan</strong>: Memberikan akses pendidikan bagi penduduk pribumi.</li></ul><p><strong>2. Kelahiran Kelompok Elite Terdidik Indonesia</strong></p><p>Melalui program pendidikan, pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah-sekolah bagi kaum pribumi, seperti:</p><ul><li><strong>STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen)</strong> untuk mendidik dokter pribumi.</li><li>Sekolah dasar dan menengah dengan jenjang ELS, HIS, dan MULO.</li><li>Perguruan tinggi, seperti <i>Technische Hogeschool</i> (sekarang ITB) di Bandung.</li></ul><p>Kelompok pribumi yang mendapatkan pendidikan ini menjadi elite terdidik yang mampu berpikir kritis, memiliki wawasan modern, dan mulai menyadari ketidakadilan sistem kolonial. Mereka menjadi cikal bakal pemimpin gerakan nasional di Indonesia.</p><p><strong>3. Pembentukan Organisasi Kebangsaan</strong></p><p>Kesadaran kaum terdidik akan ketidakadilan penjajahan memicu lahirnya organisasi-organisasi yang menjadi tonggak pergerakan nasional. Beberapa contohnya:</p><ul><li><strong>Budi Utomo (1908):</strong> Organisasi ini lahir dari inisiatif para mahasiswa STOVIA, dipimpin oleh dr. Soetomo. Fokus utamanya adalah pendidikan dan kebudayaan.</li><li><strong>Sarekat Islam (1911):</strong> Berawal sebagai organisasi perdagangan, lalu berkembang menjadi gerakan politik yang menuntut hak-hak rakyat pribumi.</li><li><strong>Indische Partij (1912):</strong> Organisasi politik yang secara terang-terangan menyerukan kemerdekaan Indonesia, dipimpin oleh Tjipto Mangoenkoesoemo, Douwes Dekker, dan Soewardi Soerjaningrat.</li></ul><p><strong>Hubungan dan Dampaknya</strong></p><ul><li><strong>Pendidikan hasil politik balas budi</strong> menciptakan generasi yang sadar akan pentingnya memperjuangkan hak rakyat dan melawan ketidakadilan kolonial.</li><li>Kaum terdidik inilah yang menjadi motor penggerak awal pembentukan organisasi kebangsaan, yang perlahan mengubah perjuangan rakyat dari bentuk fisik ke arah yang lebih terorganisir dan strategis.</li><li>Pada akhirnya, kesadaran politik yang tumbuh dari kelompok ini menjadi dasar bagi munculnya gerakan nasionalis yang lebih besar di kemudian hari, hingga mencapai proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945.</li></ul><p>Dengan demikian, <strong>politik balas budi Van Deventer secara tidak langsung berkontribusi pada lahirnya elite terdidik dan organisasi kebangsaan yang menjadi ujung tombak perjuangan kemerdekaan Indonesia</strong>.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p>

Hubungan antara politik balas budi Van Deventer, kelahiran kelompok elite terdidik Indonesia, dan pembentukan organisasi kebangsaan di awal 1900-an sangat erat dan saling berkaitan. Berikut penjelasannya:

1. Politik Balas Budi Van Deventer

Politik balas budi atau Ethische Politiek dicetuskan oleh Conrad Theodor Van Deventer pada akhir abad ke-19. Ia berpendapat bahwa Belanda memiliki tanggung jawab moral terhadap rakyat Hindia Belanda (Indonesia) setelah mengeksploitasi sumber daya mereka melalui cultuurstelsel (sistem tanam paksa). Politik ini diterapkan sejak awal abad ke-20 dan mencakup tiga program utama:

  • Irigasi: Pembangunan saluran air untuk mendukung pertanian.
  • Emigrasi: Pemindahan penduduk ke wilayah-wilayah yang kurang padat.
  • Pendidikan: Memberikan akses pendidikan bagi penduduk pribumi.

2. Kelahiran Kelompok Elite Terdidik Indonesia

Melalui program pendidikan, pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah-sekolah bagi kaum pribumi, seperti:

  • STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) untuk mendidik dokter pribumi.
  • Sekolah dasar dan menengah dengan jenjang ELS, HIS, dan MULO.
  • Perguruan tinggi, seperti Technische Hogeschool (sekarang ITB) di Bandung.

Kelompok pribumi yang mendapatkan pendidikan ini menjadi elite terdidik yang mampu berpikir kritis, memiliki wawasan modern, dan mulai menyadari ketidakadilan sistem kolonial. Mereka menjadi cikal bakal pemimpin gerakan nasional di Indonesia.

3. Pembentukan Organisasi Kebangsaan

Kesadaran kaum terdidik akan ketidakadilan penjajahan memicu lahirnya organisasi-organisasi yang menjadi tonggak pergerakan nasional. Beberapa contohnya:

  • Budi Utomo (1908): Organisasi ini lahir dari inisiatif para mahasiswa STOVIA, dipimpin oleh dr. Soetomo. Fokus utamanya adalah pendidikan dan kebudayaan.
  • Sarekat Islam (1911): Berawal sebagai organisasi perdagangan, lalu berkembang menjadi gerakan politik yang menuntut hak-hak rakyat pribumi.
  • Indische Partij (1912): Organisasi politik yang secara terang-terangan menyerukan kemerdekaan Indonesia, dipimpin oleh Tjipto Mangoenkoesoemo, Douwes Dekker, dan Soewardi Soerjaningrat.

Hubungan dan Dampaknya

  • Pendidikan hasil politik balas budi menciptakan generasi yang sadar akan pentingnya memperjuangkan hak rakyat dan melawan ketidakadilan kolonial.
  • Kaum terdidik inilah yang menjadi motor penggerak awal pembentukan organisasi kebangsaan, yang perlahan mengubah perjuangan rakyat dari bentuk fisik ke arah yang lebih terorganisir dan strategis.
  • Pada akhirnya, kesadaran politik yang tumbuh dari kelompok ini menjadi dasar bagi munculnya gerakan nasionalis yang lebih besar di kemudian hari, hingga mencapai proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945.

Dengan demikian, politik balas budi Van Deventer secara tidak langsung berkontribusi pada lahirnya elite terdidik dan organisasi kebangsaan yang menjadi ujung tombak perjuangan kemerdekaan Indonesia.

 

 


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

24. Berikut yang bukan termasuk penggolongan masyarakat Indonesia pada zaman kolonial Eropa adalah a. golongan raja dan keluarganya b. golongan elite c. golongan nonelite d. golongan pendatang e. golongan bangsawan

15

0.0

Jawaban terverifikasi