Nakula N

13 Agustus 2022 16:54

Iklan

Nakula N

13 Agustus 2022 16:54

Pertanyaan

HOS Cokroaminoto, Sang Guru Bangsa Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai Bupati Ponorogo. Tjokro lahir di Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur, pada tanggal 16 Agustus 1882. Awalnya kehidupan Tjokro terbilang biasa-biasa saja. Semasa kecil ia dikenal sebagai anak yang nakal dan suka berkelahi. Setelah beberapa kali berpindah sekolah, akhirnya ia berhasil menyelesaikan sekolahnya di OSVIA (sekolah calon pegawai pemerintah atau pamong praja) di Magelang pada tahun 1902. Setelah menamatkan OSVIA, Tjokro bekerja sebagai seorang juru tulis di Ngawi, Jawa Timur. Tiga tahun kemudian ia bekerja di perusahaan dagang di Surabaya. Kepindahannya ke Surabaya membawanya terjun ke dunia politik. Di kota pahlawan itu Tjokro kemudian bergabung dalam Sarekat Dagang Islam (SDI) pimpinan H. Samanhudi. Ia menyarankan agar SDI diubah menjadi partai politik. SDI kemudian resmi diubah menjadi Sarekat Islam (SI) dan Tjokro menjadi Ketua SI pada tanggal 10 September 1912. Tjokroaminoto dipercaya untuk memangku jabatan ketua setelah sebelumnya menjabat sebagai komisaris SI. Di bawah kepemimpinannya, SI mengalami kemajuan pesat dan berkembang menjadi partai massa sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Pemerintah Hindia Belanda berupaya menghalangi SI yang termasuk organisasi Islam terbesar pada saat itu. Pemerintah kolonial sangat membatasi kekuasaan pengurus pusat SI agar mudah diawasi dan dipengaruhi pangreh praja setempat. Situasi itu menjadikan SI menghadapi kesenjangan antara pusat dan daerah yang menyebabkan kesulitan dalam mobilisasi para anggotanya. Pada periode tahun 1912-1916, Tjokroaminoto dan para pemimpin SI lainnya sedikit bersikap moderat terhadap pemerintah Belanda. Mereka memerjuangkan penegakan hak-hak manusia serta meningkatkan taraf hidup masyarakat. Tapi sejak tahun 1916, menghadapi pembentukan Dewan Rakyat, suasana menjadi hangat. Dalam kongres-kongres SI, Tjokroaminoto mulai melancarkan ide pembentukan nation (bangsa) dan pemerintahan sendiri. Sebagai reaksi terhadap "Janji November" (November beloftem), Gubernur Jenderal van Lim burgh Stirum, Tjokroaminoto selaku wakil SI dalam Volksraad bersama sastrawan, akitivis, jurnalis Abdul Muis, Cipto Mangukusumo mengajukan mosi yang kemudian dikenal dengan "Mosi Tjokroaminoto" pada tanggal 25 November 1918. Mereka menuntut: Pertama, pembentukan Dewan Negara di mana penduduk semua wakil dari kerajaan. Kedua, pertangggungjawaban departemen/pemerintah Hindia Belanda terhadap perwakilan rakyat. Tiga, pertangggungjawaban terhadap perwakilan rakyat. Keempat, reformasi pemerintahan dan desentralisasi. Intinya, mereka menuntut pemerintah Belanda membentuk parlemen yang anggotanya dipilih dari rakyat dan oleh rakyat. Pemerintah sendiri dituntut bertanggung jawab pada parlemen. Namun, oleh Ketua Parlemen Belanda, tuntutan tersebut dianggap hanya fantasi belaka. Selanjutnya, pada kongres nasional SI di Yogyakarta tanggal2-6 Maret 1921, SI pimpinan Tjokro memberikan reaksi atas sikap pemerintah Belanda tersebut dengan merumuskan tujuan perjuangan politik SI sebagai, "Untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan Belanda". Selama hidupnya, Tjokroaminoto merupakan sosok yang berpengaruh besar terhadap tokoh-tokoh muda pergerakan nasional saat itu. Keahliannya berpidato ia gunakan untuk mengecam kesewenang-wenangan pemerintah Belanda. Semasa perjuangannya, dia misalnya mengecam perampasan tanah oleh Belanda untuk dijadikan perkebunan milik Belanda. Ia juga mendesak Sumatera Landsyndicaat supaya mengembalikan tanah rakyat di Gunung Seminung (tepi Danau Ranau, Sumatera Selatan). Nasib para dokter pribumi juga turut dipejuangkannya dengan menuntut kesetaraan kedudukan antara dokter Indonesia dengan dokter Belanda. Pada tahun 1920, Tjokro dijebloskan ke penjara dengan tuduhan menghasut dan mempersiapkan pemberontakan untuk menggulingkan pemerintah Belanda. Pada April 1922, setelah tujuh bulan meringkuk di penjara, ia kemudian dibebaskan. Tjokroaminoto kemudian diminta kembali untuk duduk dalam Volksraad, namun permintaan itu ditolaknya karena ia sudah tak mau lagi beke~a sama dengan pemerintah Belanda. Sebagai tokoh masyarakat, pemerintah colonial menjulukinya sebagai de Ongekroonde Koning van Java (Raja Jawa yang tidak "bermahkota" atau tidak "dinobatkan"). Pengaruh Tjokro yang luas menjadikannya sebagai tokoh panutan masyarakat. Karena alasan itu pula maka R.M. Soekemi Sasrodihardjo mengirimkan anaknya Soekarno untuk Pendidikan dengan in de kost di rumahnya. Selain menjadi politikus, Tjokroaminoto aktif menulis karangan di majalah dan surat kabar. Salah satu karyanya ialah buku yang bejudul "Islam dan Nasionalisme." Tjokroaminoto menghembuskan nafasnya yang terakhir pada tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakarta pada usia 51 tahun. Atas jasa- jasanya kepada negara, Haji Oemar Said Cokroaminoto dianugerahkan gelar pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No.590 Tahun 1961, tanggal 9 Nopember 1961. (Dicuplik dengan penggubahan dari www.tokohindonesia.com) 4p. Apa yang diprotes Tjokro dalam pidato-pidatonya?

alt

8 dari 10 siswa nilainya naik

dengan ruangbelajar

Habis dalam

00

:

00

:

52

:

19

Klaim

14

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

R. Sari

Mahasiswa/Alumni Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

28 September 2022 02:55

Jawaban terverifikasi

Jawaban yang benar adalah yang diprotes Tjokro dalam pidato-pidatonya yaitu mengecam kesewenang-wenangan pemerintah Belanda. Berdasarkan teks biografi tentang Tjokroaminoto tersebut dapat diketahui bahwa, selama hidupnya Tjokroaminoto merupakan sosok yang berpengaruh terhadap tokoh-tokoh muda pergerakan nasional saat itu. Adapun keahliannya dalam berpidato ia gunakan untuk mengecam kesewenang-wenangan pemerintah Belanda, seperti mengecam perampasan tanah oleh Belanda untuk dijadikan perkebunan, mengembalikan tanah rakyat di Gunung Seminung, dan memperjuangkan kesetaraan kedudukan antara dokter Indonesia dengan dokter Belanda. Sehingga kesimpulannya, yang diprotes Tjokro dalam pidato-pidatonya yaitu mengecam kesewenang-wenangan pemerintah Belanda.


Iklan

Hengki H

22 April 2024 12:27

Apa yang di protes Tjokro dalam pidato pidatonya


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Iklan