Emilia W

16 April 2024 14:05

Iklan

Iklan

Emilia W

16 April 2024 14:05

Pertanyaan

Hewan apa darah yg kaya akan mengalir langsung ke salam kapiler sirkulasi sistematik tanpa terlebih dahulu kembali ke jantung


4

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

Navniaaa N

18 April 2024 05:36

Jawaban terverifikasi

<p>Satu-satunya hewan vertebrata yang darahnya mengalir langsung dari organ pernafasan ke jaringan tubuh tanpa terlebih dahulu kembali ke jantung adalah <strong>ikan.</strong></p><p>karena Ikan merupakan hewan vertebrata yang memiliki jantung dua bilik dan darah beroksigen dari organ pernapasan yaitu insang mengalir ke organ dan jaringan sebelum kembali ke jantung. Ini dikenal sebagai sirkulasi tunggal, berbeda dengan mamalia, amfibi, atau aves yang memilikinya sirkulasi ganda.</p><p>&nbsp;</p><p>jadi jawabannya ikan&nbsp;</p>

Satu-satunya hewan vertebrata yang darahnya mengalir langsung dari organ pernafasan ke jaringan tubuh tanpa terlebih dahulu kembali ke jantung adalah ikan.

karena Ikan merupakan hewan vertebrata yang memiliki jantung dua bilik dan darah beroksigen dari organ pernapasan yaitu insang mengalir ke organ dan jaringan sebelum kembali ke jantung. Ini dikenal sebagai sirkulasi tunggal, berbeda dengan mamalia, amfibi, atau aves yang memilikinya sirkulasi ganda.

 

jadi jawabannya ikan 


Iklan

Iklan

Nanda R

Gold

21 April 2024 10:21

Jawaban terverifikasi

<p>Hewan yang memiliki sirkulasi darah yang mengalir langsung dari jantung ke saluran kapiler dalam sirkulasi sistemik tanpa terlebih dahulu kembali ke jantung disebut dengan sistem sirkulasi terbuka. Salah satu contoh hewan yang memiliki sistem sirkulasi terbuka adalah serangga. Pada serangga, darah dipompa dari jantung langsung ke tubuh melalui aorta, dan kemudian mengalir ke dalam ruang tubuh tempat terjadi pertukaran zat melalui saluran kapiler yang terbuka. Darah kemudian mengalir kembali ke jantung melalui sistem peredaran terbuka ini.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p>

Hewan yang memiliki sirkulasi darah yang mengalir langsung dari jantung ke saluran kapiler dalam sirkulasi sistemik tanpa terlebih dahulu kembali ke jantung disebut dengan sistem sirkulasi terbuka. Salah satu contoh hewan yang memiliki sistem sirkulasi terbuka adalah serangga. Pada serangga, darah dipompa dari jantung langsung ke tubuh melalui aorta, dan kemudian mengalir ke dalam ruang tubuh tempat terjadi pertukaran zat melalui saluran kapiler yang terbuka. Darah kemudian mengalir kembali ke jantung melalui sistem peredaran terbuka ini.

 

 

 


lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

1. Mengapa kondisi bumi tanpa atmosfer tampak seperti gambar? Ke manakah kehiduydan hidrosfer yang ada di bumi? Jelaskan! 2. Berdasarkan gambar tersebut, terlihat perbedaan kondisi benua zaman dahulu dengan zaman sekarang. Perbedaan tersebut terjadi karena ada pergerakan lempeng. Jika permukaan bumi berbentuk padat, mengapa di bumi terjadi pergerakan lempeng? Jelaskan! 3. Kita ketahui bahwa sumber air terbesar berada di laut atau samudra. Jika kamu perhatikan gambar pada soal, letak air terjun berada jauh di atas permukaan air laut. Mengapa di gunung terdapat sumber air seperti air terjun, sungai, maupun danau? 4. Jika terjadi peristiwa gempa bumi akibat aktivitas vulkanisme gunungapi, lalu diikuti dengan aktivitas gunungapi yang mulai meningkat, apa yang harus dilakukan masyarakat disekitar gunungapi dalam menghadapi situasi tersebut? 5. Revolysetiap planet memiliki waktu yang berbeda tergantung dari jaraknya dari matahari. Jika bumi menyelesaikan revolusinya, berapa kali Merkurius dan Venus mengelilingi matahari?

10

5.0

Jawaban terverifikasi

Bacalah teks hikayat berikut, kemudian tentukan konjungsi temporal akibat di dalamnya! Hikayat Abu Nawas: Botol Ajaib Tidak ada henti-hentinya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu memanggil Abu Nawas untuk dijebak dengan berbagai pertanyaan atau tugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas juga dipanggil ke istana. Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman. "Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin," kata Baginda Raja memulai pembicaraan "Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil?" tanya Abu Nawas. "Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya," kata Baginda. Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Ia tidak memikirkan cara menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar angin. Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak. Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja. Abu Nawas tidak begitu sedih karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan. la yakin bahwa dengan berpikir akan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan, terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya.Sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya. Sementara besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja. Abu Nawas hampir putus asa. Abu Nawas benar-benar tidak bisa tidur walau hanya sekedar. Mungkin sudah takdir, sepertinya kali ini Abu Nawas harus menjalani hukuman karena gagal melaksanakan perintah Baginda. la berjalan gontai menuju istana. Di sela-sela kepasrahannya kepada takdir ia mengumpulkan sesuatu, yaitu Aladin dan lampu wasiatnya. "Bukankah jin itu tidak terlihat?" Abu Nawas bertanya kepada diri sendiri. la berjingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah secepat mungkin menyiapkan segala sesuatunya kemudian menuju istana. Di pintu gerbang istana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya. Dengan tidak sabar Baginda langsung bertanya kepada Abu Nawas, "Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai Abu Nawas?" "Sudah Paduka yang mulia," jawab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil botol yang sudah disumbat, kemudian menyerahkan botol itu. Baginda menimang-nimang botol itu. "Mana angin itu, hai Abu Nawas?" tanya Baginda. "Di dalam, Tuanku yang mulia," jawab Abu Nawas penuh takzim. "Aku tak melihat apa-apa," kata Baginda Raja. "Ampun Tuanku, memang angin tak bisa dilihat, tetapi bila Paduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu," kata Abu Nawas menjelaskan. Setelah tutup botol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitu menyenangkan hidung. "Bau apa ini, hai Abu Nawas?! tanya Baginda marah. "Ampun Tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol. Karena hamba takut angin yang hamba buang itu keluar, hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol," kata Abu Nawas ketakutan. Tetapi baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal. Dan untuk kesekian kali Abu Nawas selamat

1

0.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

temukan konjungsi dalam teks hikayat ibnu hasan kemudian jeniskan! Ibnu Hasan Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan, bernama Syekh Hasan. Banyak harta, banyak uang, terkenal ke setiap negeri, merupakan orang terkaya. Bertempat tinggal di negeri Bagdad yang terkenal ke mana-mana sebagai kota yang paling ramai saat itu. Syekh Hasan sangat bijaksana, mengasihi fakir miskin, menyayangi yang kekurangan, menasihati yang berpikiran sempit, mengajarkan ilmu yang baik, walaupun harus mengeluarkan biaya berupa pakaian atau uang. Oleh karena itu, banyak pengikutnya. Syekh Hasan memiliki seorang anak laki-laki yang sangat tampan, pendiam, dan baik budi, berusia sekitar tujuh tahun. Ibnu Hasan namanya. Ibnu Hasan sedang lucu-lucunya. Semua orang senang melihatnya, apalagi orang tuanya. Namun demikian, anak itu tidak sombong, perilakunya kalem, walaupun hidupnya dimanjakan, tidak kekurangan. Ayahnya berpikir, "Alangkah salannya aku, menyayangi di luar batas, tanpa pertimbangan. Bagaimana kalau akhirnya dimurkai Allah Yang Agung? Aku pasti durhaka, tak dapat mendidik anak, mengkaji ilmu yang bermanfaat." Dipanggilnya putranya. Anak itu segera mendatanginya, diusap-usapnya putranya sambil dinasihati, bahwa ia harus mengaji, katanya, "Sekarang saatnya, Anakku. Sebenarnya aku khawatir, tapi pergilah ke Mesir. Carilah jalan menuju keutamaan." Ibnu Hasan menjawab, "Ayah jangan ragu-ragu, semua kehendak orang tua akan hamba turuti, tidak akan kutolak, siang malam hanya perintah Ayah Ibu yang hamba nantikan." Kemudian, Ibnu Hasan berangkat ke pesantren, berpisah dengan kedua orang tuanya, hatinya sangat sedih. Ibunya tidak tahan menangis terisak-isak harus berpisah dengan putranya yang masih sangat kecil, belum cukup usia. "Kelak, apabila Ananda sudah sampai ke tempat merantau, pandai-pandailah menjaga diri karena jauh dari orang tua. Harus tahu ilmunya hidup, jangan keras kepala, angkuh, dan menyombongkan diri, merasa lebih dari yang lain, merasa diri orang kaya lalu menghina sesama. Kalau begitu perbuatanmu, hidupmu tidak akan senang karena dimusuhi semua orang, tidak akan ada yang mau menolong. Kalau celaka tidak akan diperhatikan. Berada di rantau orang kalau judes akan mendapatkan kesusahan. Hati-hatilah menjaga diri. Jangan menganggap enteng segala hal." Ibnu Hasan menjawab dengan takzim, "Apa yang Ibu katakan akan selalu kuingat dan kucatat dalam hati. Doakanlah aku agar selamat. Semoga jangan sampai menempuh jalan yang salah. Pesan Ibu akan kuperhatikan, siang dan malam." Singkat cerita Ibnu Hasan sudah berangkat dikawal dua pengasuhnya sejak kecil, Mairin dan Mairun. Mereka berangkat berjalan kaki. Mairun memikul semua perbekalan dan pakaian, sementara Mairin mengikuti dari belakang, sesekali menggantikan tugas Mairun. Perasaan sedih, prihatin, kehujanan, kepanasan selama perjalanan yang memakan waktu berhari-hari namun akhirnya sampai juga di pusat kota negara Mesir, dengan selamat berkat doa ayah dan ibunda. Selanjutnya, segeralah menemui seorang alim ulama, terus berguru padanya. Pada suatu hari, saat bakda zuhur, Ibnu Hasan sedang di jalan, bertemu seseorang bernama Saleh yang baru pulang dari sekolah. Ibnu Hasan menyapa, "Anda pulang dari mana?" Saleh menjawab dengan sopan, "Saya pulang sekolah." Ibnu Hasan bertanya lagi, "Sekolah itu apa? Coba jelaskan padaku!" Yang ditanya menjawab, "Apakah Anda belum tahu?Sekolah itu tempat ilmu, tepatnya tempat belajar, berhitung, menulis, mengeja, belajar tata krama, sopan santun terhadap yang lebih tua dan yang lebih muda, dan terhadap sesama, harus sesuai dengan aturan." Begitu Ibnu Hasan mendengar penjelasan tersebut, betapa girang hatinya. Dia segera pulang menghadap kyai dan meminta izinnya untuk belajar di sekolah guna mencari ilmu. "Sekarang katakan padaku apa yang sebenarnya kamu harapkan," Kyai berkata demikian. Tujuan untuk menguji muridnya, apakah betul-betul ingin mencari ilmu atau hanya alasan supaya mendapat pujian. Ibnu Hasan menunduk, menjawab agak malu, "Hamba ingin menjelaskan mengapa hamba bersusah payah tanpa mengenal lelah mencari ilmu. Memang sangkaan orang begitu karena ayahku kaya raya, tidak kekurangan uang, ternaknya pun banyak. Hamba tidak usah bekerja karena tidak akan kekurangan. Namun, pendapat hamba tidak demikian, akan sangat memalukan seandainya ayah sudah tiada, sudah meninggal dunia, semua hartanya jatuh ke tangan hamba. Tapi, ternyata tidak terurus karena hamba tidak teliti akhimya harta itu habis, bukan bertambah. Di situlah terlihat temyata kalau hamba ini bodoh. Bukan bertambah masyhur, asalnya anak orang kaya, harus menjadi buruh. Begitulah pendapat hamba karena modal sudah ada, hamba hanya tinggal melanjutkan. Pangkat anakpun begitu pula, walaupun tidak melebihi orang tua, paling tidak harus sama dengan orang tua, dan tidak akan memalukan, apalagi kalau lebih miskin, ibaratnya anak seorang palih" Maka, yakinlah kyai itu akan baik muridnya.

1

0.0

Jawaban terverifikasi