Hilya H

28 Maret 2024 03:59

Iklan

Hilya H

28 Maret 2024 03:59

Pertanyaan

Dina sedang membantu ibu memasak dan ibu meminta Dina untuk menambahkan garam. Dina merasakan dengan lidahnya dan garam mempunyai rasa asin. Ketika garam ditaburkan dalam sayur yang dimasak, butiran garam langsung hilang dan tidak terlihat. Sifat kimia yang dimiliki oleh garam adalah … A. garam mempunyai rasa asin B. garam mudah larut dalam air C. garam mengalami ionisasi dalam air D. larutan garam dapat menghantarkan arus listrik

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

01

:

08

:

02

:

53

Klaim

4

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Dela A

Community

28 Maret 2024 03:59

Jawaban terverifikasi

<p><strong>Jawaban: C. garam mengalami ionisasi dalam air</strong></p><p><br>Pembahasan:<br>Sifat fisika suatu benda terdiri dari wujud zat, warna zat, kelarutan zat, titik didih zat, titik lebur zat, daya hantar listrik, daya hantar panas, kemagnetan zat. Sifat kimia suatu benda terdiri dari mudah terbakar, mudah meledak, berkarat, mudah membusuk, terionisasi, dan beracun.<br>Maka sifat kimia dari garam adalah garam mengalami ionisasi dalam air.</p>

Jawaban: C. garam mengalami ionisasi dalam air


Pembahasan:
Sifat fisika suatu benda terdiri dari wujud zat, warna zat, kelarutan zat, titik didih zat, titik lebur zat, daya hantar listrik, daya hantar panas, kemagnetan zat. Sifat kimia suatu benda terdiri dari mudah terbakar, mudah meledak, berkarat, mudah membusuk, terionisasi, dan beracun.
Maka sifat kimia dari garam adalah garam mengalami ionisasi dalam air.


Iklan

Mazaya M

Community

30 Maret 2024 00:41

<p>C. Garam mengalami ionisasi&nbsp;</p>

C. Garam mengalami ionisasi 


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Sumber Energi Panas Suatu benda yang dapat menghasilkan energi panas dikatakan sebagai sumber energi panas. Contoh sumber energi panas adalah matahari, api, gesekan benda, dan listrik. 1. Matahari Matahari menghasilkan panas. Oleh karena itu, matahari juga disebut sebagai sumber energi panas. Matahari sangat panas. Suhu permukaan matahari sekitar 6.000 derajat celcius atau sekitar 200 kali suhu tubuh manusia. Karena suhunya sangat tinggi, panas matahari terasa hingga ke bumi. Energi panas matahari yang sampai ke bumi menyebabkan udara menjadi hangat. Jika tidak ada matahari, bumi akan selalu gelap dan makin lama makin dingin. Akibatnya, kehidupan di bumi akan musnah sebab semua makhluk hidup memerlukan energi panas matahari. Energi panas matahari membantu proses pembuatan makanan pada tumbuhan yang disebut fotosintesis. Makanan yang dihasilkan dari proses fotosintesis menjadi sumber energi makhluk hidup lainnya, yaitu manusia dan hewan. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak aktivitas yang memanfaatkan panas matahari. Contohnya petani mengeringkan padi setelah panen, pengrajin kerupuk mengeringkan kerupuk, nelayan mengeringkan ikan asin, dan Ibu mengeringkan pakaian setelah dicuci Saat ini sudah ditemukan pula alat yang mampu mengubah sinar matahari menjadi tenaga listrik. Alat itu disebut sel surya. Di kota-kota besar sudah banyak perumahan yang memanfaatkan sel surya. Pernahkah kalian berada di sekitar api yang sedang menyala? Ketika berada di sekitar api, tentu kalian dapat merasakan panasnya. Hal itu menunjukkan bahwa api adalah sumber panas. Untuk mendapatkan api, kalian membutuhkan bahan bakar dan udara. Bahan bakar yang digunakan dapat berupa kayu bakar, kertas bekas, dan gas. Selain bahan bakar, udara juga diperlukan karena tanpa udara, api akan mati. Api dapat dimunculkan dari korek api dan batu api. Batu api biasanya dipasangkan pada pemantik. Api sangat bermanfaat bagi kehidupan, di antaranya untuk memasak, menerangi lingkungan, serta membersihkan kuman. Namun, kalian harus hati-hati menggunakannya. Api dapat menyebabkan kebakaran. Bukan hanya harta yang hilang, tetapi nyawa juga dapat hilang. Oleh karena itu,jika sudah tidak diperlukan maka matikanlah api tersebut. 3. Gesekan Benda Cobalah kalian menggesek-gesekkan kedua telapak tangan. Dapatkah kalian merasakan panas yang timbul padakedua telapak tangan? Ulangi dengan gesekan yang lebih cepat. Apakah yang kalian rasakan pada kedua telapak tangan? Kalian tentu merasakan panas. Pada zaman dahulu, api dihasilkan dengan menggesekkan dua benda, misalnya kayu dengan kayu atau batu dengan batu secara terus-menerus. Panas yang terjadi dapat menimbulkan percikan api. Percikan api yang mengenai benda kering seperti daun kering atau ranting jika ditiup-tiup atau dikipas-kipas akan menghasilkan api yang besar. 4. Listrik Apakah di rumah kalian ada setrika? Energi panas setrika berasal dari listrik. Selain setrika, banyak peralatan listrik yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi panas. Contohnya dispenser, rice cooker setrika listrik, dan solder. Masing-masing alat tersebut menghasilkan panas meskipun pemanfaatan alat tersebut memiliki perbedaan fungsi. Tulislah kata kunci paragraf ke-10 pada bacaan di atas! Kata kunci adalah kata-kata yang kalian anggap penting dalam setiap paragraf.

5

0.0

Jawaban terverifikasi

TARIAN PENA Virginia C.C. Pomantow Di bawah terik matahari aku menyusuri jalan kampung yang tampak tak berpenghuni. Samar-samar nyanyian tonggeret terdengar di sampingku. Bagai melodi yang tak tertata, sekali lagi aku mendengarnya. Sesampai dalam “istana tuaku”, terlihat seorang perempuan tua yang menyambutku dengan hangat. Nasi yang berselimut lauk-pauk tersedia dengan manis di meja makan. Setelah itu, aku masuk ke dalam ruang yang mengetahui setiap gerak-gerikku. Aku mulai memegang pena dan menggoreskannya di atas lembaran putih. Kutuang semua rasa yang bergejolak dalam hatiku. Tiba-tiba langit mulai gelap. Kuterlelap dalam buaian dingin yang kalap, bermimpi seorang pangeran gagah datang dengan kereta emas menjemputku dan merangkulku. Pagi cerah menanti sosok pelajar dari ibu pertiwi. Aku berdiri di lantai dua sekolah menanti kawan yang menyapa dengan senyuman. Kutatap pohon dan tanaman yang asri dan tersusun pula dengan rapi. Angin menyambar wajahku. “Fuuuuuuuuuu....” Seketika aku merasa tersengat dan memiliki semangat yang tak kunjung pudar. Di halaman sekolah para siswa bermain basket dengan lihai dan sebagian siswi berbincang-bincang dengan santai. Aku senang sekali menuangkan semua yang kulihat dalam sebuah tulisan, baik itu puisi maupun diary, hanya dengan kata yang mudah dipahami dan makna yang tersirat dengan sentuhan rasa kasih. Sungguh, aku tak ingin orang banyak mengetahui apa yang tersirat dalam catatanku. Waktu berjalan begitu cepat menyongsong matahari yang mengingini senja. Besi kuning mulai menjerit. “Teng, teng, teng.” Waktunya pulang ke “istanaku”. Seperti biasa, setibaku di istana tuaku, perempuan tua menyambutku dengan hangat. Terlihat nasi yang berselendangkan lauk-pauk, membekaskan lezat pada lidahku. Tak tahu mengapa, saat itu aku mengucapkan terima kasih pada perempuan tua itu. Aku pun masuk ke dalam ruang yang mengetahui gerak-gerikku dengan mengajak pena menari di atas lembaran putih. Kali ini, terpikirkan olehku sosok perempuan tua yang selalu terbayang di benakku. Susunan kalimat pun sudah selesai. “Aryo!” teriakku kepada lelaki yang belum pernah kudapati. Ketika aku membuka mata, Aryo sudah berada di depanku. Seketika pipiku mulai memerah dan bibirku menjadi sedikit kaku. “Apakah ini mimpi. Ini masih terlalu dini. Lagipula, aku masih terlalu muda!” teriakku dalam hati. Air dingin pun jatuh membasahi wajahku. Perlahan aku membuka mata dan mendapati ibuku memegang gayung air dari kamar mandi. “Ibu, mengapa Ibu menyiram air ke wajahku?” tanyaku. “Kamu tidur seperti kerbau,” canda ibu. Keesokan harinya, pagi-pagi buta, perempuan tua menyodorkan susu yang berbalut sediri kopi. Terasa lengkap akhir pekan ini. Kuintip dia dari balik lembaran kain yang tergantung di bawah ventilasi, dia di sana. Perempuan tua itu duduk di sebuah kayu berlapis kapuk yang membatu. Aku sedikit tersenyum manis. “Hemmm....” Wajahnya tampak di bawah naungan yang diharapkan selalu terjadi dan berharap waktu terus begini. “Ibu telah meninggal” kata seseorang yang menyapaku dengan tepukan di bahu kanan. Aku terdiam dan tak dapat berbuat apa pun, selain menangis bak orang gila. “Aaah.... Hee.... Tidak! Tidak! Ibuku tidak akan meninggalkan- ku,” jeritan keras yang tak pernah kuteriakkan sepanjang hidupku. Seketika aku tersadar dari lamunku. ‘Uhh, untung saja itu hanya sebuah khayalan baru yang terlintas di kepalaku,’ kesalku. Pada sore hari menjelang bulan naik perlahan menggantikan surya, perempuan itu pulang dengan letihnya. Wajah lesu, tangan yang lemas, dan kaki yang perlahan membeku. Kulihat dari seberang utara ruang tamu. Aku melangkahkan kaki dengan pasti dan memeluk tubuh perempuan tua itu, walau peluhnya pun menempel di bajuku. “Bu, maafkan aku. Aku tidak akan membuatmu kesal dan capek,” tangisku yang tersedu dalam sesal. “Eh, ada apa, sih, kamu ini tiba-tiba memeluk Ibu. Minta maaf pula. Tumben-tumbenan,” kata ibu dengan bingung. Kemudian, aku pergi ke ruang yang mengetahui gerak-gerikku. Kuhanyut dalam renungan pada malam sepi ini, merasakan dua hati yang saling melukai, antara sesal dan sedih. Dua rasa yang sejenis, tetapi memiliki arti masing-masing yang sangat mendalam. Sekali lagi aku menorehkan pena di hadapan lembaran kertas putih. Lilin kecil yang memercikkan api jingga menemaniku saat itu. Bersama itu, aku berdiam diri sambal menulis sebuah kisahku hari itu. Perlahan aku memejamkan mata dan bunyi rekaman lama terdengar. Aku terbangun dan keluar dari ruang yang mengetahui gerak-gerikku. Aku terkejut melihat banyak orang mengerumuni kamar perempuan tua itu. Kupandangi arah kamar perempuan tua itu. Lututku terjatuh perlaham menghampiri lantai. Aku tak dapat berbicara, tanganku dingin bak es yang keluar dari freezer. “Ibu!” teriakku sekuat tenaga sambil meratapi malangnya nasibku. Perempuan tua tak dapat mengatakan apa pun, hanya terdiam, membeku, dan tergeletak, tinggal menunggu untuk dikebumikan. Aku hanya menangis, menangis tak karuan. Sekarang hari-hariku dipenuhi sesal yang tak berarti. Berangkat ke sekolah dengan seragam kumuh, tidak pula membuat sarapan karena malas dan resah, serta serintih harapan tak dapat kuadu. Masa tersulit pun kualami. Merajut asa tanpa sosok ibu di sisiku. Rindu tak terbalaskan. Bak pungguk merindukan bulan. “Ibu, aku rindu. Aku ingin Ibu masih bersamaku. Aku tak ingin semua ini terjadi. Aku lelah dengan semua kejadian ini!” jeritku kepada perempuan tua itu. “Tamat. Sekarang sudah larut malam. Sebaiknya cepat tidur. Selamat malam, Putriku,” kata ibuku sambil mencium keningku. “Selamat malam juga, Ibu,” jawabku sambil menarik selimut mungil dan terlelap pada malam itu dengan embusan angin yang menyapa dengan dingin. (Sumber: Di Sini Rinduku Tuntas; Antologi Cerita Pendek Bengkel Sastra 2019Balai Bahasa Sulawesi Utara, 2019) 2. Bagaimana alur dibangun dalam cerita tersebut?

325

5.0

Jawaban terverifikasi

Iklan