Ida H

22 Agustus 2023 12:13

Iklan

Ida H

22 Agustus 2023 12:13

Pertanyaan

Berilah contoh konkret yang menunjukkan bahwa sosiologi bersifat empiris teoritis kumulatif dan nonetis Tema : kejahatan,kenakalan, kemiskinan,waris bebas dari 4 trsbt Secepatnya tolong kaπŸ™πŸ½πŸ™πŸ½πŸ™πŸ½πŸ™πŸ½πŸ™πŸ½

Berilah contoh konkret yang menunjukkan bahwa sosiologi bersifat empiris teoritis kumulatif dan nonetis

Tema : kejahatan,kenakalan, kemiskinan,waris bebas dari 4 trsbt

Secepatnya tolong kaπŸ™πŸ½πŸ™πŸ½πŸ™πŸ½πŸ™πŸ½πŸ™πŸ½

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

01

:

23

:

33

:

58

Klaim

3

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Vincent M

Community

22 Agustus 2023 15:23

Jawaban terverifikasi

<p>Tema: Kemiskinan</p><p>Contoh Contoh Konkret:</p><p><strong>Sosiologi sebagai Empiris:</strong> Studi empiris dalam sosiologi dapat mencakup penelitian tentang kemiskinan dalam masyarakat. Misalnya, seorang sosiolog dapat melakukan survei untuk mengumpulkan data tentang tingkat kemiskinan di berbagai kelompok masyarakat. Mereka dapat menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kemiskinan, seperti pendidikan rendah, akses terbatas terhadap pekerjaan, atau kurangnya fasilitas kesehatan. Dengan mengumpulkan data empiris, sosiolog dapat mengidentifikasi tren dan pola yang terkait dengan kemiskinan dan menyusun penjelasan yang lebih baik tentang masalah tersebut.</p><p><strong>Sosiologi sebagai Teoritis:</strong> Dalam konteks kemiskinan, sosiologi sebagai disiplin teoritis dapat mengembangkan konsep dan teori yang menjelaskan mengapa kemiskinan terjadi dan bagaimana interaksi sosial serta struktur masyarakat memengaruhi fenomena ini. Contohnya, teori struktural-fungsionalis dapat menjelaskan bagaimana ketidaksetaraan sosial dan pekerjaan dalam masyarakat dapat berkontribusi pada kemiskinan. Teori konflik, di sisi lain, mungkin menyoroti ketidaksetaraan kekayaan dan distribusi sumber daya sebagai faktor yang berpengaruh pada kemiskinan. Teori-teori ini membantu menyusun kerangka pemahaman tentang kompleksitas kemiskinan.</p><p><strong>Sosiologi sebagai Kumulatif:</strong> Dalam studi tentang kemiskinan, sosiologi bersifat kumulatif karena penelitian sebelumnya telah memberikan pemahaman yang semakin mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan. Penelitian-penelitian terdahulu memberikan landasan bagi penelitian baru yang memperkaya pemahaman kita tentang fenomena tersebut. Misalnya, penelitian-penelitian sebelumnya tentang mobilitas sosial atau ketidaksetaraan telah memberikan wawasan yang berkontribusi pada pemahaman tentang bagaimana kemiskinan terkait dengan aspek-aspek ini.</p><p><strong>Sosiologi sebagai Nonetis:</strong> Dalam studi tentang kemiskinan, sosiologi berfokus pada analisis obyektif dan pemahaman tentang fenomena tersebut tanpa menilai nilai etis atau moralnya. Sosiolog tidak berusaha memberikan penilaian moral tentang kemiskinan, tetapi mereka mencari pemahaman yang lebih dalam tentang penyebab, dampak, dan interaksi sosial yang terlibat dalam konteks kemiskinan. Ini memungkinkan sosiologi untuk tetap netral dan objektif dalam pendekatannya terhadap isu-isu sosial.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p><br>&nbsp;</p>

Tema: Kemiskinan

Contoh Contoh Konkret:

Sosiologi sebagai Empiris: Studi empiris dalam sosiologi dapat mencakup penelitian tentang kemiskinan dalam masyarakat. Misalnya, seorang sosiolog dapat melakukan survei untuk mengumpulkan data tentang tingkat kemiskinan di berbagai kelompok masyarakat. Mereka dapat menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kemiskinan, seperti pendidikan rendah, akses terbatas terhadap pekerjaan, atau kurangnya fasilitas kesehatan. Dengan mengumpulkan data empiris, sosiolog dapat mengidentifikasi tren dan pola yang terkait dengan kemiskinan dan menyusun penjelasan yang lebih baik tentang masalah tersebut.

Sosiologi sebagai Teoritis: Dalam konteks kemiskinan, sosiologi sebagai disiplin teoritis dapat mengembangkan konsep dan teori yang menjelaskan mengapa kemiskinan terjadi dan bagaimana interaksi sosial serta struktur masyarakat memengaruhi fenomena ini. Contohnya, teori struktural-fungsionalis dapat menjelaskan bagaimana ketidaksetaraan sosial dan pekerjaan dalam masyarakat dapat berkontribusi pada kemiskinan. Teori konflik, di sisi lain, mungkin menyoroti ketidaksetaraan kekayaan dan distribusi sumber daya sebagai faktor yang berpengaruh pada kemiskinan. Teori-teori ini membantu menyusun kerangka pemahaman tentang kompleksitas kemiskinan.

Sosiologi sebagai Kumulatif: Dalam studi tentang kemiskinan, sosiologi bersifat kumulatif karena penelitian sebelumnya telah memberikan pemahaman yang semakin mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan. Penelitian-penelitian terdahulu memberikan landasan bagi penelitian baru yang memperkaya pemahaman kita tentang fenomena tersebut. Misalnya, penelitian-penelitian sebelumnya tentang mobilitas sosial atau ketidaksetaraan telah memberikan wawasan yang berkontribusi pada pemahaman tentang bagaimana kemiskinan terkait dengan aspek-aspek ini.

Sosiologi sebagai Nonetis: Dalam studi tentang kemiskinan, sosiologi berfokus pada analisis obyektif dan pemahaman tentang fenomena tersebut tanpa menilai nilai etis atau moralnya. Sosiolog tidak berusaha memberikan penilaian moral tentang kemiskinan, tetapi mereka mencari pemahaman yang lebih dalam tentang penyebab, dampak, dan interaksi sosial yang terlibat dalam konteks kemiskinan. Ini memungkinkan sosiologi untuk tetap netral dan objektif dalam pendekatannya terhadap isu-isu sosial.

 

 


 


Iklan

Miftah B

Community

22 Agustus 2023 14:37

Jawaban terverifikasi

Halo sobat πŸ‘‹ Jawaban: Tema kejahatan yang bisa kita gunakan adalah misalnya "Korupsi di dalam sektor publik.": 1. Perspektif Empiris: Dengan pendekatan empiris, kita dapat mengumpulkan data dan fakta yang terkait dengan kasus-kasus korupsi di sektor publik. Ini melibatkan menganalisis laporan resmi, studi kasus, dan statistik terkait kejahatan ini. Data empiris dapat memberikan gambaran tentang pola korupsi, sektor-sektor yang paling rentan, nilai kerugian ekonomi yang terjadi, dan faktor-faktor yang berkontribusi pada tingkat korupsi. Misalnya, melalui analisis data korupsi yang dikumpulkan oleh lembaga antikorupsi, kita dapat melihat tren kenaikan atau penurunan kasus korupsi dalam beberapa tahun terakhir, serta sektor-sektor mana yang paling sering terkena kasus korupsi. 2. Perspektif Teoritis: Dalam pendekatan teoritis, kita dapat menggunakan teori-teori yang ada untuk menjelaskan penyebab dan motivasi di balik kasus korupsi di sektor publik. Misalnya, teori perilaku agen-prinsipal dapat membantu menjelaskan bagaimana insentif dan ketidakpastian dapat mempengaruhi tingkat korupsi di sektor publik. Teori konflik sosial juga dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana asimetri kekuatan dan ketidakadilan dapat memicu perilaku korupsi. Dengan menggunakan teori-teori ini, kita dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku korupsi dan dapat membantu mengidentifikasi strategi pencegahan dan penanggulangan yang efektif. 3. Perspektif Kumulatif: Dalam perspektif kumulatif, kami dapat melihat perkembangan penelitian sebelumnya tentang kasus korupsi di sektor publik. Ini melibatkan mempelajari laporan penelitian, studi akses publik, dan analisis akademik yang telah dilakukan. Pendekatan kumulatif memungkinkan kita untuk membangun pengetahuan yang lebih kaya dan lebih lengkap tentang korupsi dan memahami bagaimana faktor-faktor sosial, ekonomi, dan politik yang saling berinteraksi di tengah kejahatan ini. Misalnya, dengan memadukan temuan dari penelitian sebelumnya, kita dapat mengidentifikasi pola umum kasus korupsi yang muncul di berbagai sektor publik di berbagai negara, dan memahami bagaimana faktor institusional dan budaya dapat mempengaruhi tingkat korupsi. 4. Perspektif Non-etis: Perspektif non-etis dalam analisis kasus korupsi dapat melibatkan pendekatan netral dan objektif dalam mempelajari fenomena tersebut. Ini berarti tidak mendasarkan penilaian pada suatu nilai moral yang khusus, tetapi fokus pada pemahaman faktual tentang penyebab, dampak, dan cara mengatasi kasus korupsi di sektor publik. Perspektif non-etis menghindari sudut pandang moralistik yang berkaitan dengan korupsi dan menjaga kajian tersebut tetap netral dan objektif.


Ida H

22 Agustus 2023 15:11

terimakasih banyak kak semoga ini menjadi jawaban terbaik di kelas akuu

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Identifikasikan lima dampak positif konflik sosial!

34

0.0

Jawaban terverifikasi