baron dan hoevel, e.f.e douwes dekker (multatuli) dan l. vitalis merupakan orang orang belanda yang menentang kebijakan .... a. monopoli b. kerja rodi c. sistem sewa tanah d sistem tanam paksa

<p>Jawaban yang tepat adalah D.</p><p>&nbsp;</p><p>Yuk disimak penjelasannya.</p><p>&nbsp;</p><p>Cultuurstelsel atau Sistem Tanam Paksa adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830. Dimana aturan tanam paksa sangat merugikan masyarakat Indonesia dan hal ini merupakan suatu bentuk penindasan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda terhadap rakyat Indonesia. Rakyat harus bekerja keras memenuhi target tanam paksa namun turut menanggung risiko jika terjadi kegagalan panen. Sistem ini pun mendapat kecaman dari berbagai pihak. Sehingga, Belanda terpaksa menghapus sistem tanam paksa.&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>Beberapa tokoh penentang tanam paksa antara lain:&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>1. Eduard Douwes Dekker: memiliki nama pena Multatuli dan pernah bekerja sebagai asisten residen di Lebak, Banten. Setelah melihat banyak penyelewengan yang dilakukan dalam penerapan cultuurstelsel, Dekker membuat buku berjudul "Max Havelaar". Buku itu merupakan kritik terhadap penjajahan dan penerapan cultuurstelsel.&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>2. Baron Van Houvell: Baron pernah tinggal di Indonesia pada 1847 dan melihat penderitaan rakyat akibat cultuurstelsel. Baron merupakan pendeta yang juga sering berbicara mengenai penderitaan bumiputera akibat sistem cultuurstelsel.&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>3. L. Vitalis: inspektur pertanian Belanda yang mengusulkan agar tanam paksa dihapuskan karena merugikan pertanian rakyat. Pada tahun 1835, di Priangan, ia melihat banyak mayat petani bersebaran karena keletihan dan kelaparan. Masalah tersebut kemudian diangkat menjadi konflik bahwa pemerintah Belanda telah melakukan eksploitasi berlebih terhadap bumiputera.</p><p>&nbsp;</p><p>Berdasarkan penjelasan diatas maka jawaban yang tepat adalah D. sistem tanam paksa</p>