apa isi konferensi malino

Konferensi Malino: Sebuah Upaya Belanda Memecah Belah Persatuan Indonesia Konferensi Malino, yang diadakan di Malino, Sulawesi Selatan, pada tanggal 15-25 Juli 1946, merupakan salah satu upaya Belanda untuk memecah belah persatuan Indonesia setelah kemerdekaan. Konferensi ini dihadiri oleh 39 orang dari 15 daerah di Kalimantan dan Timur Besar, dan dipimpin oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Hubertus Johannes van Mook. Tujuan utama Konferensi Malino adalah: * Membentuk negara-negara bagian yang berbentuk federasi di Indonesia. * Membentuk negara baru yang meliputi daerah-daerah di Indonesia bagian Timur, yang kemudian dikenal sebagai Negara Indonesia Timur (NIT). Hasil-hasil Konferensi Malino: * Pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT): NIT dibentuk dengan menggabungkan beberapa daerah di Indonesia bagian timur, seperti Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Timor. NIT memiliki pemerintahan sendiri dengan parlemen dan presidennya. * Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Timur (DPR NIT): DPR NIT terdiri dari 50 anggota yang dipilih oleh rakyat NIT. * Pembentukan Presiden NIT: Presiden NIT dipilih oleh DPR NIT. * Pembentukan Kabinet NIT: Kabinet NIT dibentuk oleh Presiden NIT. Dampak Konferensi Malino: * Konferensi Malino ditentang oleh banyak pihak di Indonesia, termasuk pemerintah Republik Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno dan Hatta. Mereka menganggap konferensi ini sebagai upaya Belanda untuk memecah belah persatuan Indonesia dan melemahkan Republik Indonesia. * Konferensi Malino tidak berhasil mencapai tujuannya untuk melemahkan Republik Indonesia. NIT hanya bertahan selama beberapa tahun dan akhirnya dibubarkan pada tahun 1950. Kesimpulan: Konferensi Malino merupakan salah satu upaya Belanda untuk memecah belah persatuan Indonesia setelah kemerdekaan. Konferensi ini tidak berhasil mencapai tujuannya dan justru memperkuat persatuan bangsa Indonesia.