Reaksi tersebut tergolong reaksi redoks.
Reaksi redoks terjadi apabila ada kenaikan bilangan oksidasi (oksidasi) dan penurunan bilangan oksidasi (reduksi) secara bersamaan dari unsur-unsur yang bereaksi. Penentuan bilangan oksidasi setiap unsur sesuai aturan, yaitu:
Unsur Cl:
Merupakan unsur halogen dengan bilangan oksidasi = -1, kecuali pada Cl2 atau senyawa oksihalogen. Pada ruas kiri dan kanan tidak ada senyawa oksihalogen, berarti bilangan oksidasi Cl tidak berubah.
Unsur Fe:
Merupakan unsur transisi yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari 1. Unsur ini terdapat pada FeCl3 (ruas kiri) dan FeCl2 (ruas kanan).
(1×biloks Fe)+(3×biloks Cl)biloks Fe+(3×−1)biloks Fe−3biloks Febiloks Fe=====biloks total000+3+3
(1×biloks Fe)+(2×biloks Cl)biloks Fe+(2×−1)biloks Fe−2biloks Febiloks Fe=====biloks total000+2+2
Unsur Fe mengalami penurunan bilangan oksidasi dari +3 menjadi +2 atau mengalami reduksi.
Unsur H:
Memiliki bilangan oksidasi +1,kecuali pada senyawa hidrida. Pada ruas kiri dan kanan, tidak ada hidrida, berarti unsur H tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi.
Unsur S:
Terdapat pada H2S (ruas kiri) dan S (unsur bebas, ruas kanan).
(2×biloks H)+(1×biloks S)(2×+1)+biloks Sbiloks S+2biloks Sbiloks S=====biloks total000−2−2
Adapun pada unsur bebas, unsur S memiliki bilangan oksidasi = 0. Berarti, unsur S mengalami kenaikan bilangan oksidasi dari -2 menjadi 0 atau mengalami oksidasi.
Dengan demikian, reaksi tersebut tergolong reaksi redoks karena terjadi reaksi oksidasi (kenaikan biloks) pada S dan reaksi reduksi (penurunan biloks pada Fe dalam satu reaksi.