Puisi rakyat merupakan kesusastraan rakyat warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Salah satu contoh jenis puisi rakyat adalah syair.
Syair berasal dari Bahasa Melayu, yakni syu’ur yang artinya perasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syair merupakan puisi lama yang tiap baitnya terdiri atas empat larik dan memiliki akhiran dengan bunyi yang sama.
Majas merupakan salah satu unsur intrinsik pembangun syair. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), majas diartikan sebagai cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain;kiasan.
Majas itu sendiri terdiri dari beberapa jenis diantaranya majas perbandingan. Salah satu contoh dari majas perbandingan adalah majas perumpamaan atau asosiasi, yang didefinisikan sebagai sebuah ungkapan dengan gaya bahasa yang membandingkan dua hal berbeda yang secara umum ditarik kesimpulan terhadap persamaan dari kedua hal tersebut sebagai bahan perbandingan. Pada penerapannya dalam kalimat, majas ini menggunakan beberapa kata penghubung diantaranya ialah bagai, seperti, seumpama, bak, seperti, dan laksana.
Berikut ini adalah kutipan syair di atas yang menunjukkan majas perumpamaan atau asosiasi, yaitu:
- Pada bait pertama baris kedua yang berbunyi "Rasanya arwah ku bagaikan hilang" terdapat salah satu kata penghubung yang digunakan di dalam majas perumpamaan, yaitu kata "bagaikan".
- Pada bait pertama baris kedua yang berbunyi "Seperti anak ayam disambar elang" terdapat salah satu kata penghubung yang digunakan di dalam majas perumpamaan, yaitu kata "seperti".
Dengan demikian, majas pada puisi tersebut adalah majas perumpamaan atau asosiasi.