Sara K

08 Maret 2022 14:30

Iklan

Iklan

Sara K

08 Maret 2022 14:30

Pertanyaan

Di pedalaman sebuah hutan yang hijau, ketika musim panas tiba, seekor semut bersama kawanannya tampak akur, berjalan bergerombol dan senantiasa saling menolong untuk mencari makan. Mereka amat kompak mengikuti komando dari sang pemimpin. Di tengah perjalanan, mereka berjumpa dengan tikus. “Hai, Semut! Mengapa kalian mencari makan saat musim panas begini?” tanya tikus. “Kami mencari makan untuk bekal saat musim hujan datang nanti. Kalian pun sebaiknya mencari makan sejak awal. Kalau tidak, saat musim hujan nanti kita bisa kelaparan.” “Terima kasih atas nasihatmu, Semut. Kami juga akan segera mencari makanan kami,” kata tikus. Tak lama kemudian, semut-semut itu bertemu ayam hutan yang terkenal bersuara merdu. Ia tinggal di sebuah kandang bagus yang dibuatkan oleh seorang manusia yang selalu memberinya makan setiap akhir pekan. Ia bertanya mengapa semut-semut itu bekerja keras mencari makan saat musim panas. Semut menjelaskan alasannya mencari makan. Namun, tidak seperti tikus yang mengikuti saran semut, si ayam hutan justru terbahak mendengar jawaban semut. “Kasihan sekali kalian, semut-semut kecil! Aku tak perlu mencari makan seperti kalian. Sebab aku punya tuan yang selalu memberiku makan!” kata ayam sambil tergelak. Semut tak peduli kata-kata ayam dan segera melanjutkan perjalanan. Suatu hari, langit menjadi gelap dan hujan tiba-tiba mengguyur seluruh hutan. Rupanya, musim hujan sudah tiba. Semut dan tikus kembali ke sarangnya masing-masing. Mereka bisa mulai menikmati hasil kerja kerasnya selama mengumpulkan makanan saat hari-hari masih cerah. Namun, ayam hutan yang sombong tak memiliki persediaan makanan. Saat banjir melanda hutan itu, ayam hutan akhirnya mati tenggelam saat kelaparan. Sudut pandang yang digunakan dalam kutipan fabel di atas adalah.... A. Orang pertama B. Orang kedua C. Orang ketiga D. Campuran


10

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

P. Rahmalina

26 Maret 2022 15:10

Jawaban terverifikasi

Halo, Sara K. Terima kasih sudah bertanya ke Roboguru. Kakak bantu jawab ya 😊 Jawaban dari pertanyaan di atas adalah C. Untuk memahami alasannya, mari simak pembahasan berikut. Fabel adalah cerita fiksi dengan tokoh utamanya *binatang yang berperilaku seperti manusia. Sudut pandang merupakan salah satu unsur intrinsik yang ada pada setiap teks cerita. Sudut pandang (point of view), yaitu posisi pengarang dalam menyampaikan ceritanya. Jenis-jenis sudut pandang adalah sebagai berikut. 1) Sudut pandang orang pertama pelaku utama. Penulis menggunakan kata aku, kami sebagai tokoh utama cerita dan mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya. 2) Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan. Penulis menggunakan kata aku, kami tetapi tidak sebagai tokoh utama, tidak mempengaruhi jalannya cerita, hanya menyampaikan pendapatnya mengenai suatu kejadian yang kemudian akan diceritakan langsung melalui tokoh utama. 3) Sudut pandang orang ketiga terbatas. Dalam sudut pandang ini maksudnya kata “dia” sangat terbatas. Penulis menggunakan kata ganti orang ketiga dia atau nama orang untuk tokoh-tokohnya. Tokoh tersebut hanya sebagai pengamat, penulis tidak terlibat dalam cerita. Penulis cerita menggambarkan apa yang dilihat, didengar, yang dialami dan yang dirasakan oleh tokoh utama dalam cerita, akan tetapi hal tersebut sangat terbatas hanya pada seorang tokoh saja. 4) Sudut pandang orang ketiga serba tahu. Orang ketiga serba tahu memosisikan penulis mengetahui jalan pemikiran tokoh. Biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga dia atau nama orang untuk tokoh-tokohnya. Sudut pandang yang digunakan dalam kutipan fabel di atas adalah sudut pandang orang ketiga. Hal ini dibuktikan dengan penyebutan nama *binatang dan penggunaan kata ganti orang ketiga (mereka). Salah satu bukti kutipannya adalah, "Mereka bisa mulai menikmati hasil kerja kerasnya selama mengumpulkan makanan saat hari-hari masih cerah. Namun, ayam hutan yang sombong tak memiliki persediaan makanan. Saat banjir melanda hutan itu, ayam hutan akhirnya mati tenggelam saat kelaparan." Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah pilihan C. Semoga membantu ya 😊


Iklan

Iklan

lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Bacalah kutipan buku nonfiksi berikut! Puputan Upacara puputan atau dhautan bagi masyarakat Jawa merupakan upacara yang dilakukan dalam rangkaian upacara kelahiran seorang anak. Upacara ini dilaksanakan pada sore hari ketika tali pusar si bayi telah putus atau lepas (puput atau dhaut berarti lepas). Waktu yang diperlukan untuk penyelenggaraan puputan tidak dapat ditentukan secara pasti Hal ini bergantung kepada lama tidaknya tali pusar si bayi lepas dengan sendirinya. Tali pusar si bayi dapat putus sebelum seminggu bahkan lebih dari seminggu sejak kelahiran. Keluarga si bayi harus siap mengadakan upacara puputan jika sewaktu- waktu tali pusar tersebut putus. Upacara ini diselenggarakan dengan mengadakan kenduri atau selamatan yang dihadiri oleh kerabat dan tetangga terdekat. Sesajian (makanan) yang disediakan dalam upacara puputan, antara lain nasi gudangan yang terdiri atas nasi dengan lauk-pauk, sayur-mayur dan parutan kelapa, bubur merah, bubur putih, dan jajan pasar. Upacara puputan biasanya ditandai dengan dipasangnya sawuran (bawang merah, dlingo bengle yang dimasukkan ke ketupat), dan aneka macam duri kemarung di sudut- sudut kamar bayi. Selain sawuran dipasang juga daun nanas yang diberi warna hitam putih (bergaris-garis), daun apa-apa, awar-awar, girang, dan duri kemarung. Di halaman rumah dipasang tumbak sewu, yaitu sapu lidi yang didirikan dengan tegak. Di tempat tidur si bayi diletakkan benda-benda tajam seperti pisau dan gunting. Dalam upacara puputan dhautan terdapat makna atau lambang atau yang tersirat dalam makanan dan alat yang digunakan tersebut. Sumber: Maryani, Indonesia nan Indah: Upacara Adat, Semarang. Alprin, 2019 Buatlah rangkuman isi kutipan buku nonfiksi tersebut!

296

0.0

Jawaban terverifikasi