Membaca Teks tentang Kesehatan
Akibat Hujan-hujanan
Seperti kemarin, hari ini Wulan tidak sekolah. Ia terbaring sayu di bawah selimut tebal di kamarnya. Wulan sakit.
Kemarin dia rilerasa demam. Ketika dokter bilang, ia harus tidur di kamar dan minum obat yang agak pahit. Wulan sedih sekali bayangkan harus tidur terus dan minum obat!
Namun ia pun mengakui kesalahan nya. Pada hari sebelumnya ia berhujan-hujanan sepulang sekolah. Padahal mestinya menanti hujan reda. Wulan tak sabaran.
Semalam Wulan bermimpi jelek dan rasanya ada gempa bumi. Kepala Wulan terasa terbalik-balik . "Tujuh keliling" kata Mama. Dan ketika Wulan berkata "Tujuh keliling itu tidak enak ya, Ma" Mama cuma tersenyum saja. Kata mama, " Tapi Wulan bakal sembuh asalkan nanti tidak hujan-hujanan lagi" Wulan pun menjawab dengan anggukan lemah.
Kepala Wulan pening, muka terasa tebal dan mata pegal. la ingin menangis saat papanya hendak ke kantor.
"Wulan kamu mau apa, jeruk atau pisang? Atau apa?" ujar Papa.
Wulan menggeleng. Semua yang enak-enak terasa pahit di mulutnya. Wulan kehilangan selera makan. Ia cuma ingin sembuh dan pergi bersuka cita dengan teman-temannya.
Setelah Papa pergi. Kak Lia sekolah, dan Mama sibuk di dapur. Wulan merasa kesepian. Ia ingin bangkit dan duduk di ruang tengah atau di dekat Mama. Tapi tubuhnya lemah dan kepa lanya berat sekali. Wu lan terdiam dan
men itikkan air matanya.
Tiba-tiba ada yang bergerak-gerak di kaki Wulan sesuatu yang kenyaI dan berbulu halus! Ai, itu si Cantik boneka Wulan! Kini mulai bergerak ke arah wajah Wulan.
"Wulan, kau menangis?"
"Wulan, ta nganmu panas"
"Wulan, wajahmu pucat pasi"
"Wulan, kau sakit?"
Wulan masih juga terdiam. Dia cuma memandang si Cantik. Ia ingin menjerit melihat si Cantik kelihatan lebih cantik dan penuh perhatian. Matanya nampak jelita dan suaranya begitu lembut. Tetapi pening Wulan menghalanginya. Ia tak mampu berbuat apa-apa. Kini si Cantik melompat-lompat di atas dada Wulan. Matanya sangat lucu. Hendak apa dia?
"Sudahlah, Cantik" bisik Wulan perlahan. Ia ingin menyendiri saja. Wulan ingin menangis sendirian.
"Wulan sedih karena sekarang sakit!" tanya si Cantik.
"Ya. Kepala Wulan sakit sekali"
Terdengar suara dari luar. Suara Mama. Si Cantik Iekas bersembunyi di balik selimut Wulan.
"Mama datang, Wulan" katanya, "dan aku harus bersembunyi"
"Mengapa?" tanya Wulan tak mengerti.
"lni Mama bawakan bubur" kata Mama "Makan dulu, Lan"
"Kalau Wulan ingin Iekas sembuh makan dulu, lalu di minum obatnya, Ya, Sayang!"
Mama menyuapi Wulan. Wulan memadang ke arah jendela. Bunga-bunga di dekat jendela nampak indah memekar. Cuaca cerah dan daun-daun bergerak-gerak di permainkan angin.
"Jendela di buka, Ma"
"Jangan, Wulan, banya k angin, nanti bertambah sakit"
Betapa tidak enaknya, ya. Setelah lima suap. Wulan merasa kenyang dan Mama pun meletakan mangkuk bubur dan minum obat.
"Nah, Wulan, Mama mau masak dulu, kamu tiduran saja, ya"
Wulan pun sendiri lagi. Tapi tidak! Lihatlah si Canti k menampakan diri dari balik selimut.
"Mengapa kau bersembunyi tadi?" tanya Wulan kepadanya.
"Ah, aku malu Wulan. Aku hanya bermain denganmu saja" Sahut si Cantik.
"Canti k, benarkah aku tidak boleh keluar rumah dan kena angin?" kata Wulan minta pendapat.
"Memang betul Wulan, kamu harus banyak-banyak beristirahat biar sembuh"
"Wah, sangat tidak enak, ya"
"Wulan!" panggil mamanya, dan si Cantik pun buru-buru bersembunyi.
Mama muncul dengan bunga-bunga di tangan. Lantas mengaturnya di atas meja.
Oii ... betapa seju knya hati ini. la rnengucapkan terima kasih kepada mamanya.
"Bunga-bunga yang cantik" guman Wulan.
"Lihat, Wulan! Seru si Cantik menunjukkan ke jendela"
Ya, Wulan melihatnya. Seekor kupu-kupu warna kuning beserta warna-warni yang lain. Wah, cantiknya .. !
"Dan, Wulan sebentar lagi teman-temanmu akan datang menjenguk. Juga Bu Guru. Siapa bilang kamu tak bisa bertemu dengan mereka?" celoteh si Cantik.
Ia mondar-mandir mirip nenek-nenek. Ya, nenek cerewet. Perkataan si nenek ternyata betul. Siang hari kamar Wulan sudah dipenuhi oleh ternan-ternan dan Bu Guru.
"Aduh Wulan" uj r Tina yang keriting, "kau ini, lagi sakit kok malah kelihatan tambah cantik saja!"
Wulan tersenyum kemalu-maluan. Parasnya bersemu merah.
"Eh, betul kata Tina" tambah Rindu si kucir dua, "dan pipinya yang merah ini kelihatan manis sekali !" dan Rindu segera menciumnya. Mmm!
Mereka membawa kan buah-buahan yang manis. Kemudian Kak Lia pulang membawa majalah baru untuk Wulan. Setelah berganti pa kaian Kak Lia membacakan majalah itu untuknya, karena kepalanya yang sakit tak memungkinkan dia membaca sendiri. Selanjutnya Papa muncul di pintu dengan tawanya yang selalu jenaka. Apa yang dibawanya? "Coba, tebak" kata Papa.
"Mmm, apa, ya?"Wulan berpikir-pikir. Bungkusan itu kecil.
Papa membukanya.
"Ow, sapu tanga n mungil warna-warn i, semuanya lima helai!"
Kemudian Papa, Ka k Lia, dan Mama makan siang. Wulan ditemani oleh si Cantik.
"Nah, Wulan keadaan tidak seburuk yang engkau kira, kan" ujar si Cantik. "Semuanya baik dan menyenangkan:"'Ya"
"Wulan, Tuhan itu selalu mengasihi orang-orang sa bar ketika sakit'"
"Oh, Ya Tuhan juga akan menyembuh kan Wulan, kan?" kata Wulan.
Si Cantik pun tertawa. Ya, tentu saja Wulan.
Apa penyebab sakit demam yang diderita Wulan?

5